Ceria 17 Agustus, Lomba Kampung hingga Bersih-bersih Ciliwung
Berbagai perlombaan hingga bersih sampah plastik di Sungai Ciliwung membawa semangat untuk berjuang bersama bebas dari pandemi Covid-19 hingga merdeka dari sampah.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Perayaan Kemerdekaan Ke-77 Republik Indonesia disambut antusias dan keceriaan warga dengan berbagai lomba hingga membersihkan sungai dari sampah plastik.
Keceriaan dan kebahagian perayaan 17 Agustus terlihat seperti di Kampung Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Hujan deras tak menghalangi para orangtua dan anak-anak terjun ke jalan untuk memeriahkan hari kemerdekaan setelah dua tahun tak digelar karena pandemi Covid-19.
Di tengah hujan deras, teriakan para orangtua dan panitia dari pengeras suara dengan iringan lagu-lagu kemerdekaan membakar semangat anak-anak yang berlari sembari membawa balon terikat di punggung mereka. Setelah dua putaran berlari, anak-anak harus memecahkan balon dengan pantat mereka.
Duar, suara balon pecah bergantian. Namun, ada pula balon yang tak bisa pecah sehingga membuat salah satu anak memegang pantatnya yang kesakitan karena berusaha memecahkan balon itu ke aspal. Peserta lomba dan penonton tertawa menyaksikan keseruan lomba lari balon itu.
Saat hujan reda, suasana di Kampung Sukabumi Utara itu makin meriah oleh perlombaan kerupuk. Meski panitia sudah menunjuk anak dari daftar lomba berdasarkan kategori usia, anak-anak lainnya tak mau kalah dan meminta ikut serta.
”Seru, asik bisa main hujan dan ikut lomba. Lihat, kan, tadi aku ikut pecahin balon dan makan kerupuk. Besok (17 Agustus mendatang) ada lagi, kan. Seru banyak teman-teman,” kata Ian (8).
Kemeriahan serupa juga terlihat di Kelurahan Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di sini giliran para ibu memeriahkan pesta kemerdekaan dengan perlombaan joget balon dan estafet memindahkan air ke baskom.
”Saya semangat dan gembira. Dua tahun kita pandemi enggak ada lomba dan perayaan. Sekarang ada lagi dan senang bisa kumpul bersama warga lainnya. Merdeka, merdeka, merdeka,” kata Wati, warga setempat yang juga berharap pandemi bisa segera berakhir dan ekonomi warga semakin maju.
Harapan serupa juga disampaikan warga lain, seperti Salama, Novita, dan May. Semangat kemeriahan dan kegembiraan 17 Agustus bisa terus terjaga bagi setiap warga demi bangkit dan berjuang setelah pandemi memukul semua sektor, termasuk ekonomi, kesehatan, dan berbagai aturan yang membatasi aktivitas warga.
”Happy banget bisa ikut. Kita bisa bergerak dan diberikan kesehatan tahun ini. Dan ke depan kita tetap sehat dan dijauhkan dari wabah penyakit,” kata Salama.
Bersih sampah Ciliwung
Kemeriahan kemerdekaan tidak hanya dirasakan dan dimeriahkan melalui berbagai perlombaan. Di Kota Bogor, perayaan 17 Agustus dihias dengan kegiatan membersihkan sampah plastik di Sungai Ciliwung.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor Denni Wismanto menuturkan, kegiatan bersih sampah plastik di Sungai Ciliwung melalui kolaborasi Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Bogor, komunitas pemerhati lingkungan, dan warga membawa semangat untuk berjuang dan merdeka dari sampah.
”Gerakan ini harus terus berjalan oleh siapa pun baik lembaga atau perorangan. Kita masih harus berjuang dalam permasalahan sampah, terutama plastik. Hidup bersih, tidak buang sampah sembarangan, dan sungai tidak tercemar merupakan cita-cita yang harus diperjuangkan agar bisa merdeka dari belenggu sampah,” kata Denni.
Tak berhenti atau sebatas gerakan langsung, kata Denni, pemerintah daerah perlu juga perlu menyediakan fasilitas pendukung, edukasi, dan sosialisasi massif kepada warga agar pola atau kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai bisa hilang.
Sampah-sampah yang terkumpul itu akan diolah melalui penerapan reuse, reduce, dan recyle (3R).
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim melanjutkan, di Kelurahan Bojongkerta, Bogor Selatan, akan memiliki tempat penampungan sampah reduce, reuse, dan recycle (TPS3R).
Dedie berharap, pembangunan TPS3R Gerbang Mulia bisa menjadi solusi permasalahan sampah di Bogor Selatan.
”Pengelolaan sampah dari hulu ke hilir bisa tertangani. Artinya, jangan semua sampah yang dihasilkan dari rumah tangga itu masuk di TPA (tempat pembuangan akhir), tetapi justru sedari awal masyarakat bisa memilah, kemudian dimanfaatkan,” kata Dedie.
Dedie mengingatkan, setelah TPS3R terbangun nanti, harus ada tindak lanjut dari warga untuk bisa menghasilkan pupuk atau pakan ternak dan pemanfaatan lanjutan lainnya sehingga berdampak dan membantu ekonomi warga.