Para Menteri Beda Pendapat, Pedagang dan Penggemar Mi Instan Tidak Peduli
Para menteri saling bantah soal isu kenaikan harga mi instan. Pemilik warung mi instan bersiasat hanya menaikkan harga jika pelanggan memesan lengkap dengan telur. Apalagi harga bahan pangan memang sudah naik sejak lama.
Oleh
AGUIDO ADRI
·6 menit baca
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Harga mi instan di toko ritel modern, di Meruya, Jakarta Barat, Rabu (10/8/2022), naik sekitar Rp 500 menjadi sekitar Rp 3.000 per bungkus.
Seperti mencoba meredam keramaian yang disebabkan salah satu menteri menyatakan harga mi instan akan naik sampai tiga kali lipatnya, menteri berbeda dan pengelola pabrik mi sepakat membantah isu tersebut. Di lapangan, kenaikan harga gandum dunia ternyata belum memengaruhi harga semangkok mi instan. Kenaikan semangkok mi instan lebih karena faktor kenaikan harga bahan pangan secara umum.
Di warung Indomie (warmindo) di Jalan Anggrek Cakra, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, Yopi (19), mahasiswa Universitas Bina Nusantara (Binus), baru saja selesai menyantap mi kuah rasa soto ditambah telur, potongan sayur sawi, dan irisan cabai hijau. Semangkok mi itu seharga Rp 11.000.
Meski ada kenaikan harga semangkok mi, mahasiswa semester lima itu tak begitu mempermasalahkan karena masih terjangkau isi dompet.
”Sudah dengar kalau naik dan memang naik, tapi ternyata naik Rp 1.000. Kirain benar sampai tiga kali lipat jadi Rp 15.000 atau lebih. Ya, masih terjangkau kalau Rp 10.000. Ini makanan camilan sore saja, lapar nanggung,” kata pria yang dalam seminggu bisa menyantap mi instan sebanyak empat kali itu, Rabu (10/8/2022) kemarin.
Salah satu warung Indomie atau warmindo di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Rabu (10/8/2022), harus beradaptasi dengan kenaikan harga sembako yang berdampak pada harga semangkok mi instan.
Pencinta sajian mi instan lainnya, Nugroho (20), juga tak ambil peduli dengan kenaikan harga semangkok mi instan jika sebatas naik Rp 1.000-Rp 2.000 yang sudah terjadi hampir di seluruh warmindo di Jakarta.
”Kecuali kalau naik Rp 5.000 atau lebih, itu berasa banget mahalnya. Kita anak kos, makan murah meriah enak dan lumayan mengenyangkan, ya, mi instan,” ujar Nugroho.
Pemilik Warmindo Selera, Dodit (34), mengatakan, kenaikan semangkok mi instan hanya berlaku jika pelanggannya memesan lengkap memakai telur. Jika hanya memesan semangkok mi instan tanpa telur harga jual tidak berubah, yaitu Rp 5.000.
Kenaikan harga semangkok mi instan, kata Dodit, justru dipicu kenaikan harga cabai, telur, minyak, dan sembako lainnya.
”Pelanggan pesan semangkok mi saja tanpa telur harganya tidak berubah meski harga persatuan mi instannya naik Rp 500. Semangkok mi ini jadi naik kalau pakai telur karena telur yang mahal. Ini yang pusing kami, takut kehilangan pelanggan. Ini kok terus naik ya? Apa enggak memikirkan dampaknya ke kami ini,” ujar Dodit yang hanya mengambil keuntungan Rp 1.000. Ia mengaku tidak berani menaikkan selisih keuntungan dari jualnya sebesar Rp 2.000.
KOMPAS/AGUIDO ADRI
Salah satu warung Indomie atau warmindo di Palmerah, Jakarta Pusat, Rabu (10/8/2022), harus beradaptasi dengan kenaikan harga sembako yang berdampak pada harga semangkok mi instan.
Kegelisahan serupa juga dirasakan Umi Tina (43), pemilik Warmindo Gaya Kuningan di Grogol, Jakarta Barat. Kegelisahan bukan karena kenaikan Rp 500 sebungkus mi instan atau Rp 5.000-Rp 7.000 per satu dus, melainkan karena kenaikan sembako yang akhirnya berimbas pada harga semangkok mi.
Sama seperti warmindo lainnya, Umi Tina tidak menaikkan harga jual semangkok mi instan tanpa telur. Ia tetap menjual seharga Rp 7.000. Namun, harga semangkok mi ditambah telur naik dari sebelumnya Rp 10.000 menjadi Rp 12.000.
”Sejauh ini belum ada yang protes (pelanggan). Saya cuma ambil untung Rp 1.000 saja dari semangkok mi komplit telur. Kenaikan mi enggak masalah, enggak tinggi, tapi telur itu yang naik. Itu belum sembako lainnya,” kata Umi Tina.
Di tingkat pengecer di warung sembako, kisaran harga mi instan mencapai Rp 3.000 hingga Rp 3.500, naik dari sebelumnya sekitar Rp 2.500 per bungkus. Tak berbeda jauh dengan di toko ritel modern harga mi instan seharga Rp 3.000. Adapun harga per satu dus isi 40 bungkus mencapai Rp 100.000-Rp 107.500. Namun, ada beberapa toko sembako yang masih menjual sekitar Rp 88.000 hingga Rp 93.000.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), simulasi harga oleh Kemenperin menunjukkan komposisi harga tepung terigu di dalam struktur biaya mi instan sekitar 15 persen dari total biaya produksi.
Selain tepung terigu, bahan baku mi instan terdiri dari minyak bumbu, rempah-rempah, flavor, bawang goreng, cabai, dan sambal. Selain itu, pada pembuatan mi instan terdapat komponen biaya lain dalam pembentuk harga mi instan, seperti proses penggorengan.
Kita Indonesia mengimpor gandum dari beberapa negara yang sedang dan menjelang panen gandum, seperti Amerika, Kanada, dan Argentina. Begitu pula dengan Rusia. Pasokan gandum dalam negeri tak terlalu banyak terpengaruh. (Franciscus Welirang)
Mengacu data itu, apabila harga mi instan Rp 3.000 per kemasan, estimasi komposisi biaya tepung terigu dalam mi instan sekitar Rp 450 per kemasan.
Harga rata-rata gandum AS (HRW wheat) 382,5 dollar AS per ton pada l Juli 2022 meningkat, meningkat 20,77 persen dibandingkan harga rata-rata gandum pada Juli 2021 sekitar 250,9 dollar AS per ton (Bank Dunia).
Kenaikan harga tepung terigu juga mengalami kenaikan, pada akhir Juli 2021 harga rata-rata tepung terigu sekitar Rp 10.200 per kilogram, meningkat 18,63 persen pada akhir Juli 2022 menjadi sekitar Rp 12.100 per kilogram.
SUMBER: WINA
20 besar negara pengonsumsi mi instan di dunia yang dirilis Asosiasi Mi Instan Dunia (WINA) pada 11 Mei 2021.
Apabila hanya mengacu pada kenaikan harga tepung terigu, potensi kenaikan harga mi instan meningkat 3,1 persen atau Rp 93 per kemasan menjadi Rp 3.093 per kemasan.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk sebagai produsen produk Mi instan Indomie Franciscus Welirang mengatakan, kenaikan harga mi instan mencapai tiga kali lipat dinilai berlebihan.
Jika pun harga mi instan naik, tidak sampai setinggi seperti yang disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo karena dampak dari perang Rusia dengan Ukraina.
Menurut Franciscus, harga gandum dunia sudah mencapai level yang tinggi sehingga diprediksi tak akan mengalami kenaikan lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, kenaikan gandum tidak terlalu memengaruhi kenaikan harga mi instan di Indonesia.
”Kita Indonesia mengimpor gandum dari beberapa negara yang sedang dan menjelang panen gandum, seperti Amerika, Kanada, dan Argentina. Begitu pula dengan Rusia. Pasokan gandum dalam negeri tak terlalu banyak terpengaruh,” ujar Franciscus yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) itu.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Petugas menata mi instan di gerai ritel KKV Indonesia di Central Park Mal, Jakarta Barat, Kamis (14/1/2021).
Franciscus menjelaskan, penentuan kenaikan harga mi instan tidak sebatas berdasarkan harga jual gandum. Namun, ada kalkulasi komponen penyerta lainnya sehingga memengaruhi harga mi instan, seperti produksi dan bungkus dari mi serta bumbunya.
”Warga tidak perlu khawatir. Tidak 100 persen bahan dari gandum, tetapi mi instan ada komponen tepung terigu yang saat ini stoknya aman,” lanjutnya.
Meski terjadi kenaikan harga tepung terigu tidak setinggi kenaikan harga gandum. Pada Agustus 2019, harga rata-rata tepung terigu Rp 9.700 per kilogram, naik 25 persen pada Agustus 2022 menjadi Rp 12.200 per kilogram.
Sebelumnya, dalam keterangan resminya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, harga mi instan akan naik tiga kali lipat karena naiknya harga gandum dampak dari perang Rusia dengan Ukraina.
Limpo menuturkan, sekitar 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa keluar. Sementara Indonesia menjadi salah satu negara uang tergantung pada impor gandum.
”Hati-hati makan mi banyak dari gandum, harganya akan tiga lipat. Maafkan, saya bicara ekstrem saja,” kata Limpo, yang dikutip dari Kompas.com dalam webinar Strategi Penerapan GAP Tanaman Pangan Memacu Produksi Guna Antisipasi Krisis Pangan Global.
Menurut Limpo, gandum dunia tersedia. Namun, karena konflik global membuat masalah pada rantai pasok yang berimplikasi pada harga gandum.