Proyek ”Skywalk” Tumpuan Integrasi Angkutan Umum Jakarta
Pengerjaan Skywalk Kebayoran Lama sudah mencapai 30 persen, sedangkan pengerjaan Skywalk Simpang Temu Lebak Bulus Poins Square mencapai 35 persen. Keberadaannya untuk mendukung integrasi antarmoda transportasi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Pilar beton di sisi selatan Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). Pilar tersebut merupakan bagian dari pembangunan skywalk yang akan menghubungkan stasiun dengan Halte Transjakarta Koridor 8 dan Koridor 13.
Fasilitas fisik, seperti skywalk atau jalur pejalan kaki layang, yang berperan mendukung integrasi antarmoda transportasi. Persoalannya yang kemudian muncul ialah desain rancangan fasilitas mesti berdasarkan pergerakan penumpang supaya memudahkan dan banyak diakses. Bukan sebaliknya membingungkan dan sedikit diakses.
Seratusan penumpang turun dari kereta rel listrik (KRL) yang berhenti di Stasiun Kebayoran Lama, Selasa (9/8/2022). Mereka bergegas menaiki tangga dari peron menuju akses keluar masuk stasiun.
Sebelas pilar baja berdiri kokoh di sisi selatan stasiun yang mengarah ke Halte Bus Transjakarta yang dilewati bus rute Koridor 8 (Lebak Bulus-Harmoni) dan Koridor 13 (Ciledug-Tendean). Sepanjang sisi itu terdapat pedagang makanan dan penjual barang loak (bekas).
Pilar-pilar baja tersebut merupakan bagian dari pembangunan skywalk untuk memperlancar mobilitas dan pergantian antarmoda para penumpang kereta rel listrik dan Transjakarta.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Proyek pembangunan Skywalk Kebayoran Lama di sisi selatan Stasiun Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). Skywalk bertujuan menghubungkan stasiun dengan halte Transjakarta.
Pengerjaan skywalk sepanjang 500 meter dengan lebar 4 meter yang berlangsung sejak Maret 2022 itu kini mencapai 30 persen dari target proyek. Saat ini pekerjaan yang tengah berlangsung ialah pemasangan tiang atau kolom baja, pembangunan lift, pemesanan lift, eskalator, lampu artistik, serta pabrikasi gelagar jembatan dan atap baja.
”Diharapkan pekerjaan skywalk ini bisa diselesaikan pada bulan Oktober 2022,” ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho.
Pada bulan yang sama juga ditargetkan rampungnya pembangunan Skywalk Simpang Temu Lebak Bulus Poins Square di Jakarta Selatan. Kini pembangunan yang berlangsung di sisi barat Stasiun MRT Lebak Bulus itu telah mencapai 35 persen.
Pekerjaan yang berjalan di lapangan ialah pabrikasi baja untuk gelagar jembatan dan pekerjaan tiang atau kolom skywalk.
Pilar-pilar beton yang akan menopang skywalk yang menghubungkan Stasiun Kebayoran Lama dengan Halte Transjakarta Koridor 8 dan Koridor 13, Selasa (9/8/2022).
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Suasana di CSW ASEAN, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). CSW ASEAN merupakan integrasi antarmoda Transjakarta dan MRT.
Patut diapresiasi upaya integrasi antarmoda. Namun, harus berdasarkan kajian orang naik dan turun bagaimana supaya efisien. (Agar) orang mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum. (Damantoro)
Adriansyah Yasin Sulaeman dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta melihat keberadaan Skywalk Kebayoran Lama penting karena menghubungkan angkutan massa berbasis bus (bus rapid transit/BRT) Transjakarta Koridor 8 dan Koridor 13 dengan kereta komuter (KRL) Jabodetabek. Apalagi pengalaman transit di situ lumayan berbahaya lantaran harus melintasi jalan raya yang ramai dan pasar yang cukup rawan.
”Semoga bisa diatasi dengan adanya skywalk baru ini nantinya,” kata Adriansyah.
Sama halnya dengan Skywalk Simpang Temu Lebak Bulus Poins Square. Menurut dia, keberadaannya menghidupkan kawasan di sekitarnya. Namun, patut disorot integrasi dengan Transjakarta yang bisa dibilang belum maksimal dari segi kapasitas.
”Jangan sampai penataannya hanya mementingkan moda lain, seperti angkutan daring. Selama ini turun di Lebak Bulus malah diarahkan ke pinggir jalan, bukan ke halte, karena tidak dirancang dengan kapasitas yang memadai,” ucap Adriansyah.
KOMPAS/ADITYA DIVERANTA
Pegiat transportasi dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ), Adriansyah Yasin Sulaeman.
Pumpunan moda
Pembangunan skywalk untuk integrasi antarmoda sebaiknya berkaca dari keberadaan Pumpunan Moda Centrale Stichting Wederopbouw (CSW) ASEAN yang dibangun tahun 2020. Pembangunannya untuk integrasi antara Halte Transjakarta CSW dan Stasiun MRT ASEAN di Jakarta Selatan.
Pumpunan moda ini memiliki luas 3.200 meter persegi. Bangunan utama terdapat di sisi barat dan timur. Bangunan sebelah barat berdenah segitiga menghubungkan Halte CSW 1 di atas dan Halte CSW 2 di bawahnya.
Bangunan terbesar ini mengakomodasi aneka fasilitas, seperti ruang rapat, area pendidikan publik (ruang pamer), area komersial, eskalator, toilet, toilet untuk penyandang difabel, dan mushala. Sementara bangunan bagian timur menampung lift dan tangga yang menghubungkan Halte ASEAN dengan Halte CSW 1 di atasnya.
Pada lantai dua, kedua bangunan ini dihubungkan oleh jembatan penghubung berbentuk cakra atau cincin dengan Halte Transjakarta Kejaksaan Agung di sisi selatan, serta koridor akses menuju Stasiun MRT ASEAN di sisi utara.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Pergerakan penumpang di CSW ASEAN, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). Bangunan 3.200 meter persegi itu untuk integrasi antarmoda transportasi.
Dengan adanya bangunan dan jembatan penghubung ini, maka integrasi antarmoda menjadi lebih lancar, nyaman, dan menyenangkan bagi para penumpang. Fasilitas lift dan eskalator memberi kemudahan bagi kaum lansia dan difabel. Selain itu, pada senja dan malam hari, bangunan CSW ini dilengkapi tata cahaya lampu LED aneka warna sehingga menjadi tempat yang indah dan menarik sebagai ruang interaksi warga (Kompas, 28 Desember 2021).
Namun, masih ada saja penumpang kebingungan ketika hendak berganti moda. Salah satunya dialami Wahyudi (28) yang hendak berpindah dari Transjakarta ke MRT ASEAN.
”Agak ribet harus mutar nyeberang gitu. Untungnya di pintu ada petugas jadi langsung tanya,” ujar Wahyudi, kemarin siang.
Penumpang lain juga tampak mondar mandir karena ragu-ragu untuk naik atau turun ke halte tujuan mereka meskipun sudah ada papan petunjuk arah. Ada yang bertanya kepada petugas, ada juga yang turun atau naik, lalu kembali lagi karena itu bukan tempat tujuan mereka.
Pergerakan penumpang
Damantoro, pengamat transportasi dari Universitas Bina Nusantara (Binus) menuturkan, skywalk di Kebayoran dan CSW ASEAN menjadi fasilitas fisik yang berperan mendukung integrasi antarmoda. Persoalannya yang kemudian muncul ialah desain rancangan fasilitas tidak berdasarkan pada pergerakan penumpang.
”Mirip seperti Stasiun Manggarai. Bikinnya bagus, tetapi orang bingung mau ke kiri atau kanan. Sama juga dengan CSW ASEAN, total meter persegi dan lantai luas, tetapi seberapa banyak yang digunakan untuk integrasi," tutur laki-laki yang biasa dipanggil Tory ini.
Hal-hal tersebut terjadi karena desain untuk integrasi antarmoda menggunakan sayembara. Pemenangnya belum tentu memahami pola pergerakan penumpang.
Tory berharap skywalk di Kebayoran Lama dan Lebak Bulus tidak mengulang kekeliruan yang terjadi di CSW ASEAN. Sebab, karakteristik penumpang setiap koridor bus berbeda. Begitu juga karakter pengguna KRL dan MRT.
”Patut diapresiasi upaya integrasi antarmoda. Namun, harus berdasarkan kajian orang naik dan turun bagaimana supaya efisien. (Agar) orang mau beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ucap Tory.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Lalu lintas di seputar CSW ASEAN, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). Kendaraan pribadi mendominasi jalanan.
Tory mencontohkan pembangunan Halte Harmoni sebagai sentral. Pembangunannya tanpa kajian arus penumpang sehingga terjadi kekagetan begitu penumpangnya membeludak.
Berkaca dari situ, untuk mengoptimalkan CSW ASEAN mesti diperbanyak eskalator supaya arus penumpang Transjakarta lancar. Kemudian keberadaan lift di MRT ASEAN yang rentan antrean saat waktu sibuk.
”Kembali lagi bagaimana perilaku pengguna angkutan di lokasi tertentu. Untuk apa desain tiang gede-gede yang justru menghalangi orang masuk keluar lift,” kata Tory.
Integrasi antarmoda juga sepatutnya didukung jalur pedestrian yang memadai. Pedestrian di CSW ASEAN, misalnya, berpotensi besar menarik orang dari M Blok Space dan Little Tokyo Blok M.
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
CSW ASEAN di Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). Pumpunan moda ini memiliki luas 3.200 meter persegi. Bangunan utama terdapat di sisi barat dan timur.