Ekspresi diri anak-anak di kawasan berorientasi transit Dukuh Atas—Citayam Fashion Week—menyisakan kekhawatiran tidak terpenuhinya hak anak atas pendidikan dan eksploitasi akibat kebablasan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, Jakarta, yang kini populer dengan sebutan Citayam Fashion Week, kian ramai oleh anak usia belasan tahun. Mereka berduyun-duyun ke sana untuk kongko, menunjukkan gaya busana yang kece, berpacaran, hingga membuat konten berhadiah lembaran rupiah.
Beberapa anak bolos sekolah supaya bisa ikut dalam euforia, atau bahkan menginap karena larut dalam keriuhan. Tak pelak, ekspresi diri itu menyisakan kekhawatiran tidak terpenuhinya hak anak atas pendidikan dan eksploitasi akibat kebablasan.
Di tengah keramaian kawasan berorientasi transit Dukuh Atas, Minggu (24/7/2022), sekelompok pengamen memainkan ukulele dan gendang yang terbuat dari pipa paralon dengan ikatan ban. Seorang perempuan bercelana pendek dan ketat, berjaket jins, dan mengenakan sayap kupu-kupu menyambut entakkan musik dengan goyang ”ngebor”.
Warga yang sekadar duduk ataupun berdiri berdecak kagum. Mereka mengabadikan momen tersebut dalam bentuk foto dan video.
Sore itu, panas dan terik tak menyurutkan peragaan busana yang berlangsung di trotoar ataupun zebra crossing. Petugas keamanan sigap mengatur arus lalu lintas supaya lancar. Tak ketinggalan polisi membawa poster kampanye tertib berlalu lintas dan bermedia sosial.
Leli (14), Lela (14), dan Aisyah (14) mondar-mandir di muka pintu Stasiun Sudirman. Tiga siswa sekolah menengah pertama dari Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, itu tengah menunggu kedatangan pujaan hati masing-masing dari Bojonggede, Kabupaten Bogor.
”Ke sini pengin ketemuan sama doi (pacar). Janjian jam 9, tapi enggak datang-datang,” ujar ketiganya yang kompak mengenakan celana jins dengan motif hati berwarna hitam.
Mereka rutin ke Dukuh Atas sejak viral di media sosial. Dari rumah di Tigaraksa, mereka berboncengan dengan sepeda motor ke Stasiun Daru, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan kereta rel listrik ke Stasiun Sudirman.
Ketiganya bahkan sempat bolos sekolah supaya bisa nongkrong di Dukuh Atas. Aksi tersebut ketahuan oleh guru yang langsung melaporkan ke orangtua masing-masing.
”Sekolah enggak, main iya, kata bokap nyokap. Mau gimana lagi, kami pengin banget ke sini, jadinya bolos,” kata Aisyah.
Setelah kejadian itu, orangtua mengizinkan mereka ke Dukuh Atas asalkan pekerjaan rumah dan tugas sekolah sudah rampung.
Konten
Beberapa kali mejeng di Dukuh Atas, ketiga pelajar yang bercita-cita menjadi polisi wanita dan dokter itu mulai diajak oleh kreator konten. Mereka membuat konten dandan, joget Tiktok, gaya busana, dan pacaran.
Untuk setiap konten, mereka bertiga dibayar Rp 50.000. Uang itu untuk jajan atau tambahan membeli baju di toko daring.
Nongkrong setiap hari hingga bolos sekolah membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan lembaga perlindungan anak turun tangan. Mereka mengkaji pengaturan di Dukuh Atas supaya anak-anak tetap mendapatkan ruang berekspresi tanpa kehilangan hak atas pendidikan. Anak-anak itu juga jangan sampai dieksploitasi.
Konten mereka yang berseliweran di media sosial sempat dilihat oleh orangtua. Ketiganya kena omelan dan nasihat supaya jangan ikut-ikutan konten yang tidak sesuai usia.
”Orangtua marah. Bilang, pulang ke kampung sana, ke Pandeglang. Tapi habis itu pesan jangan aneh-aneh,” kata Leli.
”Ada yang samperin, nanya minta waktu sebentar. Katanya ada hadiah setelah jawab kalian pacaran. Terus ngasih duit,” ujar Dika yang kerap mengenakan topi, kaus berukuran besar, dan jins.
Dalam sehari setidaknya ada dua kreator konten yang mengajak mereka. Masing-masing bakal mengantongi Rp 100.000-Rp 150.000 setelahnya.
Pekan lalu ketiganya sampai menginap di Dukuh Atas. Mereka keasyikan kongko dan membuat konten sehingga ketinggalan kereta.
”Orangtua nanya nginap di mana. Pesan jaga sikap, nongkrong jangan ganggu sekolah,” kata Tiara yang merupakan siswi sekolah menengah kejuruan.
Ramah anak
Nongkrong setiap hari hingga bolos sekolah membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan lembaga perlindungan anak turun tangan. Mereka mengkaji pengaturan di Dukuh Atas supaya anak-anak tetap mendapatkan ruang berekspresi tanpa kehilangan hak atas pendidikan. Anak-anak itu juga jangan sampai dieksploitasi.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria selepas meninjau Dukuh Atas, Sabtu (23/7/2022), mengimbau anak-anak untuk mengutamakan sekolah ketimbang nongkrong setiap hari karena sudah memasuki tahun ajaran baru. Hal itu bertolak dari masih banyak anak-anak yang pulang hingga tengah malam atau tidur di Dukuh Atas.
”Jangan pulang malam-malam karena berbahaya. Banyak kasus kekerasan seksual,” ucapnya.
Politisi Partai Gerindra ini juga meminta warga untuk menaati peraturan. Salah satunya tidak parkir sembarangan dan menggelar peragaan busana di zebra crossing karena mengganggu pengguna jalan lainnya. Untuk itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mencari tempat lain untuk peragaan busana, di antaranya kawasan Monumen Nasional, Senayan, Taman Ismail Marzuki, dan Sarinah.
”Minimalkan atau cegah sisi kurang baik. Misalnya, jangan sampai anak keasyikan lalu tidak sekolah, demi viral ada bentuk yang membahayakan seperti komersialisasi konten, maupun lingkungan tidak ramah,” ucapnya.
Dukuh Atas melalui Citayam Fashion Week mewadahi ekspresi diri anak-anak. Ekspresi itu membutuhkan pengawasan supaya ramah anak, tanpa menghilangkan atau membatasi ruang gerak mereka. Selain itu, kegiatan di sana juga tidak boleh mengganggu aktivitas sekolah mereka.