Setelah sempat ditutup sementara pada 2020 untuk renovasi, mulai Mareț 2022 Sarinah kembali dibuka. Dengan konsep gedung terbuka, Sarinah menjadi oase bagi publik Jakarta. Sarinah juga mengusung konsep mal komunitas.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN, NINA SUSILO
·5 menit baca
Melihat kawasan gedung Sarinah dari sisi gedung Jakarta Theatre sungguh menyenangkan. Pepohonan rindang dengan rumpun-rumpun bunga dilengkapi banyak tempat duduk di area yang dulunya adalah area parkir seperti menarik kaki untuk berjalan cepat memasuki kawasan Sarinah.
Setelah ditutup sementara pada pertengahan 2020 untuk renovasi, pada 21 Maret 2022, Sarinah muncul dengan penampilan baru. Tanpa mengubah bentuk bangunan yang tergolong sebagai cagar budaya itu, Sarinah terlihat segar dengan warna-warna keemasan, bukan warna-warna mencolok seperti sebelum renovasi.
Di halaman depan yang dulunya adalah area parkir sekarang ada kolam pantul, taman dengan kursi-kursi, pepohonan, dan amfiteater yang langsung menghadap ke Jalan MH Thamrin.
”Saya suka sekali dengan gedung Sarinah yang baru ini. Konsep bangunan yang membuka tanpa pagar tinggi dan mudah diakses angkutan umum ini jarang ditemui di Indonesia,” jelas Nindyta (24), mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tengah pulang kampung ke Jakarta dan ditemui di Sarinah.
Nindy juga terhitung sering ke Sarinah saat gedung itu masih dikenal dengan adanya restoran makanan cepat saji di salah satu sudutnya. ”Tapi Sarinah yang baru ini seru, modern, ramah lingkungan. Asyik banget,” ujarnya.
Safira (24), warga Bandung, Jawa Barat, yang tengah berlibur di Jakarta, juga menyukai Sarinah dari aspek kemampuan menggabungkan aspek kesejarahan dengan kekinian. ”Ada eskalator pertama, ada juga relief yang selama ini tidak dibuka untuk umum. Menurut saya, identitas Sarinah baru lebih jelas,” jelas Safira.
Haryani (32), karyawan swasta yang berkantor di Jalan Sudirman dan tengah menikmati makan siang di Sarinah, mengungkapkan ketertarikannya dengan atmosfer Sarinah yang baru. Menurut Haryani, Sarinah yang sekarang bagus.
Dari pengamatan Haryani, konsep Sarinah berubah dari yang awalnya mengutamakan mobil dengan parkir yang ada di depan bangunan menjadi ruang publik tanpa pagar yang mengutamakan aktivitas manusianya. ”Sarinah betul-betul bertransformasi sebagai ruang publik yang ramah,” ujarnya.
Pengamat tata kota, Yayat Supriyatna, membenarkan bahwa kehadiran Sarinah baru menjadi oase tambahan bagi Jakarta. Itu karena banyak gedung, bangunan besar di Jakarta yang agak pelit untuk memberikan ruang bagi publik.
”Biasanya gedung-gedung di DKI Jakarta itu berpagar. Dari trotoar yang lebar tiba-tiba gedungnya berpagar, ada satpam, ada kamera pengawas karena alasan keamanan. Tapi Sarinah terbuka. Artinya, Sarinah memberikan ruang bagi masyarakat untuk menjadi melting pot,” jelas Yayat.
Cobalah Anda berjalan kaki di sepanjang Jalan Sudirman. Trotoar memang sudah lebar, tetapi street furniture tidak ditemukan. Kita bisa menemukannya di Sarinah, seperti tempat duduk.
Dengan Sarinah yang membuka, ini menjadi penanda bahwa gedung-gedung lain di Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta, juga bisa mengelola gedung untuk membuka pagar, yaitu supaya ada interaksi antara pejalan kaki dan bangunan-bangunan.
Dengan Sarinah yang memulai konsep sebagai gedung yang membuka, jelas Yayat, itu memberikan tambahan atau oase bagi Jakarta. ”Jadi, kalau gedung-gedung di DKI bisa seperti Sarinah dengan membuka ruang di depannya bisa jadi ruang ketiga,” jelas Yayat.
Hanya saja, dengan konsep baru itu, menurut Nindyta, Safira, ataupun Haryani, sebagai mal komunitas, sebagai pusat kreatif, produk-produk yang ditawarkan di Sarinah tidak terjangkau oleh mereka. ”Benar produk lokal, tetapi harganya tidak terjangkau oleh saya,” jelas Haryani.
Menurut Haryani, apabila produk-produk lokal premium dari UMKM itu ditujukan bagi wisatawan mancanegara, sudah tepat. Namun, ia berharap setidaknya ada kelas produk yang bisa terjangkau juga oleh pengunjung.
”Tidak ada salahnya menghadirkan kelas produk yang juga terjangkau. UMKM sekarang sudah banyak yang canggih, pengemasan juga cantik-cantik banget. Jadi, sebagai mal komunitas, Sarinah menjadi inklusif untuk semua,” jelas Haryani.
Etalase produk UMKM
Dalam peresmian Sarinah, Kamis (14/7/2022) sore, Presiden Joko Widodo mengenang Sarinah sebagai ikon yang merekatkan ingatan dari generasi ke generasi. Dia pun mengenang masa diajak kakeknya ke Sarinah tahun 1973-1974. Saat itu, eskalator hanya ada di Sarinah karenanya dia pun naik turun menaiki eskalator.
”Digagas Proklamator Presiden pertama Ir Soekarno dengan misi sangat mulia untuk perdagangan barang-barang lokal produk dalam negeri kita. Ini yang akan kita teruskan,” tutur Presiden.
Presiden Jokowi pun gembira dengan kurasi produk yang sangat ketat serta penataan yang sangat detail dan indah. Presiden pun menilai tak masalah dengan harga mahal produk UMKM. Hal terpenting, kualitas sangat baik.
”Kita lihat sepatu yang kualitasnya sangat baik dan harganya sangat mahal. Enggak apa-apa. Jangan dijual barang yang dikerjakan dengan tangan dengan sangat baik dengan harga murah. Agar kita bangga dan menggunakan lebih banyak produk dalam negeri,” tuturnya.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, dari 500 UMKM yang hadir di gedung Sarinah, semua dikurasi dengan sangat ketat. ”Supaya standar kita tidak kalah. Ini produk unggulan yang bisa go global dan bisa menguasai pasar lokal dulu,” tuturnya dalam laporannya di peresmian Sarinah.
Selain itu, Kementerian BUMN mendorong Sarinah-Sarinah mini sebagai ”jendela” produk lokal Indonesia di bandara-bandara. Harapannya, lebih banyak UMKM bisa naik kelas.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menambahkan, Sarinah saat ini menjadi showcase produk UMKM unggulan. Kalau ada pembeli atau importir, mereka bisa melihat produk-produk UMKM yang siap masuk pasar global di Sarinah. Karena itu, yang dihadirkan di Sarinah adalah UMKM artisan yang sudah dikurasi dengan baik dan kompetitif.
”Di Sarinah, produk UMKM menjadi berkelas. Dan sekarang banyak mal kelas atas yang mulai tertarik memberikan space kepada produk-produk UMKM. Sebelumnya susah sekali karena mereka tidak percaya bahwa UMKM bisa menarik pengunjung,” tambah Teten.
Sebelumnya, Erick menyebutkan, Sarinah dikunjungi 40.000 orang per hari. Dalam empat bulan sejak dibuka kembali sampai diresmikan, Kamis (14/7/2022), sudah lima juta pengunjung hadir.
Untuk mendorong UMKM lain naik kelas, Teten dan Direksi PT Sarinah mengusulkan acara ekshibisi untuk menampilkan produk-produk UMKM rintisan supaya semakin dikenal. Ekshibisi dinilai lebih tepat untuk UMKM yang kapasitas produksi dan varian produknya masih terbatas.
Selain itu, lanjut Teten, rumah UMKM bukan hanya Sarinah. Sekarang ada M Bloc, Pos Bloc, Fabric Bloc, dan lainnya. Para pelaku UMKM dan kepala dinas dari daerah juga beberapa kali dibawa ke Sarinah. Harapannya, mereka bisa mengembangkan kualitas supaya produk UMKM tidak dianggap produk murahan dan tidak berkualitas.