Setelah terbakar dua bulan lalu, Kampung Gembrong mulai dibangun kembali oleh Pemprov DKI bersama Baznas Bazis. Akan ada 136 rumah tapak dibangun menghadap sungai dengan dana Rp 7,8 miliar dari dana Bazis DKI Jakarta.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Baznas Bazis DKI Jakarta membangun kembali Kampung Gembrong yang terbakar dua bulan lalu. Sebanyak 136 rumah akan dibangun kembali berkonsep sungai menjadi halaman depan dengan nilai Rp 7,8 miliar dari dana Baznas Bazis DKI Jakarta.
Dalam keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta, Jumat (1/7/2022), disebutkan, pembangunan kembali Kampung Gembrong dilakukan dua bulan setelah terbakar dua bulan silam.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan didampingi Wali Kota Jakarta Timur M Anwar, anggota DPRD DKI Jakarta, Suhaimi; dan jajaran Baznas Bazis DKI Jakarta, beserta tokoh masyarakat di Kampung Eks Pasar Gembrong melakukan peletakan baru pertama (groundbreaking) pada Jumat ini.
Anies berharap revitalisasi akan menghadirkan wajah baru dan kenyamanan bagi warga. Seusai kebakaran, Pemprov DKI sempat memberikan bantuan untuk hidup dan tempat tinggal sementara.
Ada 136 unit yang akan dibangun di atas lahan 1.200 meter persegi, yang menelan biaya Rp 7,8 miliar.
Menurut Anies, yang paling penting adalah pembangunan kembali tempat itu. Melalui pembangunan kembali, Kampung Gembrong akan dinamai Kampung Gembira Gembrong.
”Ada 136 unit yang akan dibangun di atas lahan 1.200 meter persegi, yang menelan biaya Rp 7,8 miliar,” kata Anies.
Dalam keterangan resmi Pemprov DKI itu disebutkan, total anggaran senilai Rp 7,8 miliar tersebut merupakan hasil kolektif yang dikumpulkan oleh Baznas Bazis DKI Jakarta, terutama saat pengumpulan infak dan sedekah saat berlangsungnya shalat Idul Fitri di JIS, awal Mei lalu.
Anies berharap dengan kolaborasi semua pihak, selain Baznas Bazis DKI Jakarta juga ada Pemkot Jakarta Timur, pembangunan kembali kampung itu bisa tuntas pada September 2022.
Untuk konsep revitalisasi yang diusung, Anies menjelaskan, adalah konsep menghadap sungai. ”Sungainya jangan dibelakangi, sungainya harus dijadikan sebagai halaman depan. Dan, dengan begitu nantinya kampung ini bisa menjadi salah satu contoh kampung dibangun baru. Kalau di Inggris namanya water front, kelihatan menghadap air, airnya air sungai,” ujarnya.
Terkait revitalisasi Kampung Gembrong itu, Sekretaris Komisi E bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD DKI Jakarta Johnny Simanjuntak mempertanyakan pemilihan kampung itu. Menurut Simanjuntak, di DKI Jakarta ada banyak kampung padat penduduk yang juga rawan kebakaran. Contoh kampung permukiman padat dan kumuh yang sering terjadi kebakaran juga sudah banyak.
Membangun kembali Kampung Gembrong, menurut Simanjuntak, merupakan tindakan pemerintah untuk membantu orang-orang yang memang layak dibantu. Namun, ia mempertanyakan tindakan Pemprov DKI terhadap kampung-kampung lain yang juga rawan kebakaran dan sering terjadi kebakaran.
”Karena kalau nanti revitalisasi ini tidak dilakukan di tempat lain, ini bisa menimbulkan kecemburuan bagi masyarakat yang lainnya,” kata Simanjuntak.
Terpisah, senada dengan Simanjuntak, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, juga mempertanyakan urgensi pemilihan Kampung Gembrong. Itu karena di DKI Jakarta ada banyak kampung kumuh dan padat permukiman yang juga perlu direvitalisasi.
Trubus pun mempertanyakan pelaksanaan program revitalisasi permukiman kumuh melalui program Community Action Plan (CAP) dan Collaborative Implementation program (CIP). Karena ia mendapati kampung-kampung yang memerlukan revitalisasi masih banyak.
”Pembangunan kembali Kampung Gembrong menunjukkan kegagalan Pemprov DKI menyediakan hunian bagi warga berpenghasilan rendah. Meski sudah ada lama programnya, tidak ada evaluasi dan tidak memaksakan bagaimana melaksanakan. Tidak ada target. Tidak bisa dilaksanakan,” kata Trubus.
Simanjuntak mengingatkan Pemprov DKI untuk segera mengidentifikasi kampung-kampung padat permukiman yang layak direvitalisasi. Itu karena perumahan untuk rakyat di era sekarang kurang diperhatikan.