Pembenahan Manggarai dan Target KRL Layani 2 Juta Komuter Jabodetabek
Pembangunan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral masih berproses. Juga ada penyelesaian jalur dwiganda dan peningkatan sinyal untuk melayani penumpang KAI Commuter yang diproyeksi naik hingga 2 juta per hari.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral dilakukan bertahap dengan diikuti sejumlah kegiatan, salah satunya switch over atau SO kelima. SO kelima ini mengubah pola pelayanan penumpang KRL yang ke depannya ditargetkan mengangkut 2 juta penumpang per hari.
Direktur Operasi dan Pemasaran PT Kereta Commuter Indonesia Wawan Ariyanto dalam Forum Group Discussion bertema ”Perencanaan Penataan Operasional Stasiun Manggarai” yang digelar Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Rabu (29/6/2022), menjelaskan, pembangunan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral nantinya akan menjadi tempat pelayanan bagi kereta bandara, kereta api jarak jauh (KAJJ), serta kereta komuter.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Harno Trimadi dalam acara tersebut menjelaskan, saat ini proses pembangunan stasiun masih 50 persen. Bangunan stasiun untuk pelayanan kereta bandara dan kereta komuter sudah selesai. Yang saat ini berproses adalah pembangunan gedung stasiun yang nantinya akan melayani KAJJ dan sebagian kereta komuter.
Salah satu kegiatan yang sudah terjadi pada 27-28 Mei silam adalah switch over atau SO kelima untuk mendukung pembangunan. SO 5 mengubah pola layanan kereta komuter, dari yang sebelumnya penumpang berpindah kereta dengan cara menyeberang di permukaan tanah atau at grade menjadi berpindah dengan cara naik atau turun lantai.
SO 5 juga membuat jalur kereta berubah. Line Bogor yang semula melayani yang ke arah Jakarta Kota juga masuk ke jalur melingkar melewati Stasiun Tanah Abang kini semua masuk ke Stasiun Jakarta Kota. Sementara pelayanan dari jalur Bekasi/Cikarang sekarang masuk ke jalur melingkar melewati Stasiun Tanah Abang.
Dengan perubahan jalur pelayanan, penumpang dari kedua jalur itu mesti berpindah atau transit di Stasiun Manggarai apabila hendak menuju stasiun yang tidak lagi dilayani jalur, seperti sebelum SO 5. Penumpang dari Bogor yang ingin menuju Sudirman atau Tanah Abang bisa turun ke jalur 6, 7, dan 8. Sementara penumpang dari Bekasi/Cikarang atau Tanah Abang yang hendak menuju Bogor bisa naik menuju peron 10, 11, 12, dan 13.
Begitu DDT Bekasi-Manggarai selesai, nanti dapat meningkatkan kapasitas lintas dan dapat dilakukan penambahan frekuensi KRL Jabodetabek.
Wawan menambahkan, kegiatan SO 5 membuat manajemen KAI Commuter bisa meningkatkan kecepatan. Sebelum SO 5, kecepatan maksimal kereta komuter maksimal 75 km per jam. Setelah SO 5, untuk lintas Jatinegara-Cikarang kecepatan bisa ditingkatkan sampai 95 km per jam.
Namun, untuk headway atau jarak antarkereta, Harno melanjutkan, saat ini masih jauh. Menuju Stasiun Sentral, dengan SO 5 salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan persinyalan. Upaya itu nantinya akan membuat headway menjadi lebih rapat.
Wawan menjelaskan, untuk saat ini headway kereta komuter Bekasi masih jauh, lebih dari 10 menit, bahkan ada yang 12 menit. Untuk line Bogor juga persinyalan sedang dibenahi sehingga nantinya bisa memiliki headway 3 menit.
SO 5, menurut Wawan, juga masih memiliki kelemahan. Ditambah dengan pembangunan double-double track (DDT) atau jalur dwiganda dari Bekasi-Manggarai yang belum selesai, saat ini kereta dari Jatinegara yang akan masuk ke Manggarai tertahan. Sementara kereta dari Tanah Abang menuju Jatinegara juga tertahan.
Sesuai dengan rencana, DDT itu akan dipergunakan untuk layanan KAAJ. Karena DDT masih dalam proses pembangunan, saat ini jalur menuju Manggarai untuk KAJJ ataupun KRL masih menggunakan trek yang sama.
”Begitu DDT Bekasi-Manggarai selesai, nanti dapat meningkatkan kapasitas lintas dan dapat dilakukan penambahan frekuensi KRL Jabodetabek,” kata Wawan.
Untuk meningkatkan pelayanan menuju Bekasi, saat ini KAI Commuter mengoperasikan kereta feeder atau pengumpan dari Tanah Abang ke Manggarai.
Baik Wawan maupun Harno menjelaskan, perubahan-perubahan itu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan KRL Jabodetabek. Karena KAI Commuter menargetkan pertumbuhan pelanggan hingga 2 juta orang per hari dari saat ini 1,2 juta orang per hari.
Harno menambahkan, dengan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral, saat ini saja sebanyak 25.000-30.000 orang keluar masuk di Stasiun Manggarai setiap hari. Angka penumpang itu harus ditangkap dan mendapatkan pelayanan angkutan lanjutan.
Sebagai stasiun sentral, pembangunan akan selesai pada 2025. Menuju ke 2025, masih akan ada kegiatan SO 6, SO 7, dan SO 8. SO 6 direncanakan dilakukan pada 2022. Pada tahap ini akan dioperasikan peron jalur 3 dań 4 guna mempermudah transit penumpang.
Sementara SO 7 dan 8 direncanakan pada 2023. Pada tahap ini akan dioperasikan jalur elevated 1-6 guna pemberangkatan KAJJ.