Pergerakan Tanah di Kabupaten Bogor Ancam Rumah Warga
Pergerakan tanah masih berpotensi terjadi jika hujan intensitas tinggi, terutama di topografi dan geologi, seperti Kabupaten Bogor yang memiliki tanah gembur dan berpasir.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pergerakan tanah sepanjang sekitar 2,4 kilometer terjadi di Kampung Gombong Lega, Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Pergeseran tanah itu berdampak ke sejumlah rumah warga dan terancam roboh.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Adam Hamdani mengatakan, hujan intensitas tinggi beberapa hari belakangan mengakibatkan pergerakan tanah di Kampung Gombong Lega, Senin, (13/6/2022), subuh.
Berdasarkan analisis sementara, kontur tanah bersifat gembur sehingga tanah menjadi labil. Hujan intensitas tinggi mengakibatkan pergeseran atau pergerakan tanah.
”Hujan dengan intensitas tinggi dan cukup lama membuat kontur tanah labil sehingga mengakibatkan pergerakan tanah. Tidak ada korban jiwa. Titik pergerakan tanah di sawah berdampak ke rumah sekitar di jalur pergerakan tanah. Titik pergeseran sebesar 50-300 sentimeter,” kata Adam, Kamis (16/6/2022).
Berdasarkan data sementara, lanjut Adam, bangunan yang terdampak pergerakan tanah seperti di rukun tetangga (RT) 002 rukun warga (RW) 006 dengan jumlah 9 kepala keluarga (KK) atau 30 jiwa. Lalu di RT 003 RW 006 dengan jumlah 1 KK atau 4 jiwa, dan satu bangunan vila di RT 001 RW 006.
”Ada lima rumah warga terancam roboh jika terjadi pergerakan tanah kembali,” ujar Adam.
Selain bangunan, kata Adam, pergerakan pada tanah juga mengakibatkan sawah dan ladang cabai serta jahe milik warga sekitar 30 hektar juga terdampak.
Begitu pula dengan jalan penghubung alternatif Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur juga rusak. Panjang kerusakan mencapai sekitar 550 meter dan lebar 3 meter.
Personel dari Tim Rescue Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Bogor sudah melakukan survei dan berkoordinasi dengan aparatur wilayah setempat terkait pergeseran tanah tersebut.
Warga telah diberikan edukasi dan imbauan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan terutama saat hujan deras intensitas tinggi untuk segera mengungsi.
”Kondisi terakhir tanah masih bergeser. Kami bersama warga gotong royong memperbaiki sebagian jalan. Warga juga memasang tali pengukur pergerakan tanah. Lampu penerang jalan juga sudah,” kata Adam.
Sementara itu, Kepala Desa Sukawangi Budiyanto mengatakan, pergerakan tanah pernah terjadi sebelumnya pada 2020. Kini di lokasi yang hampir sama kembali terjadi hingga berdampak ke rumah warga.
”Posisi pergerakan tanah di persawahan. Terjadi lagi, dua tiga hari hujan deras langsung anjlok dan bergeser tanahnya. Sekarang kami masih gotong royong untuk akses jalan bisa dilalui mobil dan motor yang ingin keluar masuk kampung,” kata Budiyanto.
Kepala Bidang Pemetaan Kebencanaan dan Perubahan Iklim Badan Informasi Geospasial (BIG) Ferrari Pinem mengatakan, potensi tinggi bencana pergeseran tanah harus diperhatikan dan diwaspadai.
”Melihat topografi wilayah Kabupaten Bogor, ada 10 kecamatan berpotensi tinggi mengalami bencana pergerakan tanah. Semakin curam kawasan tersebut, semakin rentan terjadinya gerakan tanah,” ujarnya.
Kesepuluh kecamatan rawan bencana pergerakan tanah itu meliputi Sukajaya, Nanggung, Leuwiliang, Citeureup, Babakan Madang, Sukamakmur, Tamansari, Tenjolaya, Cijeruk, dan Cigombong.
Ferrari menambahkan, tingkat kerawanan pergerakan tanah dipengaruhi kondisi geologi dan jenis tanah. Wilayah yang memiliki kondisi material tanah bersifat lepas, seperti berpasir dan gembur, akan mudah menyebabkan terjadinya pergerakan tanah.
”Ancaman pergerakan tanah itu semakin besar jika intensitas hujan tinggi sehingga bisa menyebabkan tanah menjadi jenuh akan air. Hal itu akan menambah volume beban tanah sehingga akan semakin rawan terjadinya gerakan tanah dan mudah terjadi longsor jika memiliki kemiringan tinggi,” katanya.