Pusat pelatihan kerja daerah atau PPKD menyesuaikan metode pelatihan supaya bisa memotivasi peserta untuk jadi ahli ketimbang sekadar kantongi sertifikat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·5 menit baca
Potongan kertas putih, hitam, oranye, merah, ungu, kuning, dan merah muda berisi kata-kata motivasi terpampang di sudut papan, depan kelas teknik komputer. Bunyinya, antara lain, ”sukseslah kamu sampai kamu bisa mewujudkan impianmu”, ”sedikit lebih beda lebih baik daripada sedikit lebih baik”, ”gak kerja gak makan”, dan ”kesuksesan adalah kedisiplinan yang dilakukan setiap hari”.
Penulisnya merupakan warga Ibu Kota yang tengah berjuang memperoleh atau mengasah keterampilan. Semua itu, demi siap kerja dan berdaya saing di tengah ketatnya persaingan dunia kerja, terutama imbas pandemi Covid-19.
Mereka berlatih di Pusat Pelatihan Kerja Daerah (PPKD) Jakarta Selatan di Jalan Buncit Raya, Kelurahan Kalibata, Kecamatan Pancoran. Durasinya bervariasi, mulai dari 30 hingga 45 hari dengan tambahan dua hari untuk ujian kompetensi, dan bursa kerja.
Dulu orang bekerja bukan karena sertifikat, tapi keahlian. Sekarang sertifikat jadi syarat kerja. (Sri Hardjono)
Senin (30/5/2022) siang itu, Chaidar Ali (18) menatap lekat deretan huruf dan angka dalam kolom pada layar komputer. Jemarinya bergerak lincah menekan tetikus ataupun deretan papan kunci tanpa simbol, huruf, dan angka yang bertujuan melatih kecakapan peserta dalam mengetik secara cepat dan tepat.
”Lagi praktikkan cara ngitung total pembayaran dan diskon,” ujar jebolan kejuruan pemasaran dari salah satu sekolah menengah kejuruan itu.
Dia memilih pelatihan teknik komputer karena selaras dengan ilmu kejuruannya. Apalagi, warga Jatipadang ini berencana kuliah manajemen bisnis, lalu mendirikan usaha rumah makan.
”Cita-cita bikin rumah makan. Selain ilmu pemasaran, saya harus kuasai teknik komputer untuk inventarisasi. Nanti ditambah ilmu manajemen supaya komplet,” ucap lelaki yang memotivsi dirinya dengan kalimat ”sesuatu yang sudah terjadi biarlah berlalu, teruslah bergerak” itu.
Di ruang kelas pelatihan yang lain, Dede Nurcahyani (25) serius menyimak penjelasan pelatih tentang cara menyeduh kopi tanpa bantuan mesin. Sang pelatih yang berdiri di depan kelas secara perlahan memperagakan V60, salah satu teknik menuang air panas secara perlahan dan melingkar ke dalam wadah berlapis kertas filter berisi bubuk kopi.
”Rencananya buka bisnis sama teman. Mereka sudah ada pengetahuan tentang kopi, ada mantan barista juga. Aduh, hanya saya yang gak bisa. Makanya begitu tahu ada kelas barista, gak pake lama langsung daftar,” kata lulusan strata 1 administrasi bisnis ini.
Warga Pondok Labu dan teman kelasnya itu merupakan angkatan pertama pelatihan barista. Pelatihan ini dibuka PPKD Jakarta Selatan berdasarkan diskusi dengan pelaku usaha atau industri.
Asyik dan seru, begitulah pendapatnya tentang pelatihan yang sudah berjalan. Selain pengetahuan tentang kopi dan mesin, mereka juga belajar tentang kandungan air, bahan kimia, dan lainnya. ”Teman dan kenalan kaget pas tahu ada pelatihan barista. Saya bilang, mumpung ada waktu luang, ada kesempatan pelatihan, manfaatkan saja sebaik mungkin,” ujarnya.
Saat ini, terdapat 5,1 juta angkatan kerja di Ibu Kota dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 439.899 jiwa. Pada saat yang sama, ada 30.009 lowongan kerja terdaftar dan 31.633 pencari kerja terdaftar (Provinsi DKI Jakarta Dalam Angka Tahun 2022 oleh Badan Pusat Statistik).
PPKD, termasuk Pusat Pelatihan Kerja Khusus Pengembangan Las Condet dan Pusat Pelatihan Kerja Pengembangan Industri Pasar Rebo hadir dan menyediakan pelatihan secara gratis dalam berbagai bidang guna memoles angkatan kerja supaya terampil, siap kerja, dan berdaya saing.
Motivasi
PPKD Jakarta Selatan, misalnya, menyediakan program reguler, mobile training unit atau jemput bola ke masyarakat, dan jarak jauh. Pilihan pelatihannya ialah teknisi penyejuk ruangan (AC), sepeda motor, mobil, teknik komputer, desain grafis, bahasa Inggris, bahasa Jepang, tata busana, tata boga, barista, tata graha, dan multimedia.
Syarat pendaftaran ialah memiliki kartu tanda penduduk (KTP) DKI Jakarta, usia minimal 17 tahun, dan komitmen mengikuti pelatihan hingga tuntas. Informasi selengkapnya bisa diakses di laman PPKD Jakarta Selatan, Instagram @ppkdjsofficial, Twitter @PPKDJakSel, Facebook @ppkdjaksel.official, dan Whatsapp Center 081574268025.
Sri Hardjono (66), salah satu instruktur otomotif yang sudah melanglang buana sejak 1984 dan mulai tahun 2002 melatih di PPKD Jakarta Selatan. Dalam setahun, sedikitnya dia melatih 40 warga yang terbagi dalam dua angkatan.
Tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK) ini melihat bahwa dulu orang bersekolah supaya bisa berdaya saing, tetapi kini orang cenderung mengejar ijazah. Itu membuat tingkat keseriusan dulu dan sekarang berbeda. Jika dulu orang bekerja keras karena hidup lebih susah, sekarang segalanya lebih mudah sehingga keseriusan dan motivasi cenderung berkurang.
”Dulu orang bekerja bukan karena sertifikat, melainkan keahlian. Sekarang sertifikat jadi syarat kerja, pelatih harus motivasi peserta supaya asah kemampuan dan kantongi demi bisa bersaing,” katanya di sela-sela melatih.
Dalam setiap pertemuan di bengkel pelatihan, dia tak bosan mengingatkan peserta pelatihan untuk giat belajar. Juga tidak bolos. Sebaliknya, mengikuti pelatihan secara serius hingga tuntas.
Kepala Satuan Pelaksana Pelatihan dan Uji Kompetensi PPKD Jaksel Muhammad Rifki menambahkan, modul pelatihan disusun guna memotivasi peserta supaya disiplin, tertib, menuntaskan pelatihan, dan mandiri. Upaya itu ditunjang oleh 36 aparatur sipil negara dan 40 penyedia jasa lainnya orang perorangan yang terlibat langsung dalam pelatihan.
”Ada dasar-dasar keselamatan dan kesehatan kerja, kedisiplinan dan tata, pembekalan awal, materi teori, praktik, dan kolaborasi kewirausahaan, public speaking, dan lainnya,” ucapnya.
Sepanjang tahun 2022, PPKD Jakarta Selatan telah membuka empat gelombang pelatihan. Jumlah pendaftar mencapai 2.341 orang. PPKD bekerja sama dengan perusahaan untuk menyalurkan lulusan pelatihan. Targetnya, minimal 70 persen lulusan masuk dunia kerja melalui bursa kerja, sedangkan sisanya melalui jalur lain ataupun berwirausaha.