Perubahan rute KRL Bogor dan Bekasi akan ikut mengubah budaya penumpang demi meningkatkan keselamatan dan kenyamanan perjalanan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Perubahan rute perjalanan kereta rel listrik atau KRL, KAI Commuter, di Jabodetabek mulai Sabtu (28/5/2022) ini, akan berlaku secara permanen. Kebijakan ini akan ikut mengubah budaya penumpang demi meningkatkan keselamatan dan kenyamanan perjalanan.
Rute perjalanan KRL, khususnya dari Bogor dan Bekasi, akan berubah pola. Jika sebelumnya dari Bogor/Depok/Nambo tersedia rute tujuan Jakarta Kota dan Angke/Jatinegara, saat ini hanya tersedia tujuan Jakarta Kota. Sementara rute tujuan Cikarang/Bekasi, yang awalnya hanya melayani tujuan Jakarta Kota, akan melayani dua rute.
Rute yang dilalui kereta dari Cikarang/Bekasi akan terdiri atas dua pola. Pola pertama tujuan Kampung Bandan pergi-pulang. Pola kedua melingkar melampaui Kampung Bandan hingga Pasar Senen dan kembali mengarah ke Bekasi. Baik rute Bogor maupun Bekasi akan transit di Stasiun Manggarai.
”Perubahan ini akan kami mulai secara bertahap sejak pukul 20.00 malam di Stasiun Manggarai,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylvianne Purba kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (27/5/2022). Mulai waktu tersebut, jalur 3 Stasiun Manggarai akan ditutup untuk perjalanan kereta dan 70 perjalanan KRL dibatalkan.
Perubahan pola rute perjalanan ini terkait dengan pekerjaan Switch Over (SO) ke-5 di Stasiun Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan. Pekerjaan ini menyelaraskan pembangunan jalur dwiganda (double-double track/DDT) yang sudah mencapai 60 persen.
Saat ini terdapat 13 jalur kereta. Jalur 10-13 tersedia di jalur layang yang berada di sisi barat stasiun. Jalur layang itu akan dikhususkan untuk dilalui kereta rute Bogor, sedangkan jalur 6 dan 7 di bawahnya untuk rute Bekasi. Sementara jalur lain akan dipakai untuk kereta jarak jauh hingga kereta bandara.
”Saat ini, setiap hari 120.000-200.000 orang transit di Stasiun Manggarai. Nanti stasiun ini akan ada 18 jalur. Bisa dibayangkan jika kami tidak bisa memberikan fasilitas layanan yang mengutamakan keselamatan. Volume penumpang diprediksi akan terus meningkat sehingga kami pilih transit vertikal, tidak perlu lagi menyeberang antarjalur,” kata Anne.
Anne memastikan perubahan rute ini tidak hanya akan mengubah trafik perjalanan kereta, tetapi juga budaya pengguna jasa KRL Jabodetabek. Dengan strategi ini, keselamatan dan kenyamanan penumpang yang transit di Stasiun Manggarai akan lebih baik.
Selain tidak perlu menyeberang untuk berpindah jalur, penumpang juga hanya perlu berganti kereta dengan naik atau turun menggunakan lift atau eskalator. Penumpang yang hendak ke stasiun juga bisa menggunakan dua pintu masuk. Saat ini, jumlah penumpang harian yang naik dan turun di sana berkisar 12.000-14.000 orang.
VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, mereka mendukung kebijakan KAI Commuter yang selaras dengan rencana pengembangan Stasiun Manggarai oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan.
”Dengan adanya perubahan ini, kecepatan perjalanan KRL juga meningkat dari 70 km per jam menjadi 90 km per jam pada lintas Manggarai-Jakarta Kota dan menjadi 95 km per jam pada lintas Cikarang/Bekasi-Jatinegara,” kata Joni dalam keterangan tertulis.
Perubahan rute ini juga dipastikan Anne mengikuti tren penumpang di dua rute gemuk tersebut. Tren itu, antara lain, terkait kebiasaan pengguna yang transit di Stasiun Manggarai. Salah satunya, kata Anne, pengguna setia KRL kerap transit untuk memilih kereta yang lebih dulu berangkat daripada mengikuti kereta yang dinaiki di awal.
”Lalu, sekitar 40 persen penumpang kami dari jumlah sekitar 600.000 orang per hari saat ini atau hampir 400.000 orang itu, datang dari Bogor. Sebanyak 40 persen atau 120.000-160.000 orang transit di Stasiun Manggarai. Penumpang dari Bekasi yang transit bahkan sampai 70 persen transit di Manggarai untuk ke Tanah Abang,” kata Anne.
Perubahan rute ini, ke depan, juga diharapkan bisa mengurangi kepadatan di Stasiun Manggarai. Ini menjadi perhatian karena setelah PPKM di Jakarta melonggar, jumlah penumpang harian KRL bisa menembus 700.000 orang. Jumlah itu diprediksi bisa kembali naik dengan peningkatan kapasitas maksimal penumpang KRL hingga 80 persen dan berlakunya aturan kerja dari kantor 100 persen.
Meski demikian, pada masa awal penerapan, Anne memprediksi akan ada kenaikan penumpang terkait di Stasiun Manggarai sebanyak 1-3 persen. Hal ini diantisipasi pada hari kerja mulai Senin (30/5/2022). Namun, kenaikan penumpang transit ini ia nilai lebih dapat dikendalikan karena hanya akan berputar di sekitar bangunan jalur layang.
Selain itu, KAI Commuter akan memperkecil headway atau jarak kedatangan antarkereta. Ini khususnya di rute Cikarang/Bekasi sampai Jatinegara, dari yang sebelumnya 15-30 menit, bisa dimaksimalkan menjadi 7 menit pada jam sibuk.
”Kami akan memaksimalkan petugas untuk sosialisasi di stasiun sebelum dan setelah Stasiun Manggarai, seperti Stasiun Tebet dan Stasiun Jatinegara. Kami juga berkoordinasi dengan dinas perhubungan untuk melayani penumpang yang lebih memilih menggunakan moda lainnya,” ujarnya.
Operasionalisasi setelah SO ke-5 di Stasiun Manggarai tetap beroperasi mulai pukul 04.00 sampai 12.00 dengan total 1.504 perjalanan dari 94 rangkaian kereta. KAI Commuter juga menambah tiga kereta pengumpan di Stasiun Bukit Duri untuk antisipasi kepadatan di Stasiun Manggarai.