Membayar Rindu akan Hari Tanpa Kendaraan Bermotor
Seiring kasus Covid-19 yang melandai, Pemprov DKI kembali menggelar hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di enam ruas. Masyarakat antusias. Namun, masih terselip cemas terkait pandemi yang belum benar-benar usai.
Jarum jam hampir menunjuk angka 7 ketika pintu-pintu kereta komuter membuka di Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat. Penumpang menggunakan baju olahraga, sepatu lari atau sepatu jalan, serta bertopi terlihat keluar serempak dari kereta.
Keluarga-keluarga dengan membawa kereta dorong berisi anak-anak mereka, atau bapak yang menggendong anak mereka, hingga penumpang berombongan juga turun dari kereta. Tujuan mereka satu, Jalan Jenderal Sudirman.
Pemandangan seperti sebelum pandemi kembali terlihat. Warga yang bersepeda, jalan kaki, joging, hingga bersepatu roda memadati ruas jalan Sudirman-Thamrin pada Minggu pagi.
Warga yang kelelahan berjalan terlihat duduk-duduk di sejumlah titik. Orangtua yang mendorong kereta bayi atau remaja-remaja yang datang berkelompok, hingga pesepeda bisa tiba-tiba berhenti. Mereka berswafoto di titik-titik ikonik Jalan Sudirman atau bahkan mengabadikan suasana jalan.
Itu seperti yang dilakukan Eko Budi (30), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Memakai celana pendek dan kaus oblong serta bersepatu, ia memotret putranya di depan Bundaran HI. Ia tersenyum lebar saat melihat hasil fotonya.
”Sudah dua tahun tidak ada HBKB. Saya memang merencanakan kemari,” kata Eko yang juga datang bersama anak dan istrinya.
Baca Juga : HBKB Kembali Digelar di Jakarta
Minggu (22/5/2022) ini, menjadi hari kembalinya kegiatan car free day (CFD) atau hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) secara resmi. Selain di ruas Sudirman-Thamrin, HBKB juga digelar di lima ruas lainnya, yaitu di Jalan Tomang Raya, Jalan Sisingamangaraja, Jalan Pemuda, Jalan Danau Sunter Selatan, dan Jalan Suryo Pranoto.
Sejak pandemi Covid-19 merebak di Jakarta dan di Indonesia dua tahun lalu, agenda HBKB ditiadakan. Meski dengan melandainya kasus, masih sering ditemui warga bersepeda berombongan atau sendiri di jalan utama Jakarta itu di hari Minggu.
Karena masih dalam suasana pandemi, HBKB kali ini ada yang berbeda. Saat keluar stasiun, tampak petugas Dinas Perhubungan DKI Jakarta berjaga di luar gerbang pembayaran.
Mereka meminta penumpang kereta yang hendak beraktivitas di CFD memindai kode QR aplikasi Peduli Lindungi. Pemandangan serupa juga terlihat di setiap ujung jalan yang menghubungkan jalan-jalan kolektor dengan jalan utama itu. Warga yang hendak bergabung dalam CFD diminta untuk memindai.
”Total ada 54 titik pemindaian aplikasi Peduli Lindungi di Jalan Jenderal Sudirman-MH Thamrin. Di lima ruas jalan lainnya juga disiapkan titik pemindaian, dengan jumlah bervariasi sesuai dengan jumlah akses menuju kawasan HBKB diberlakukan,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo di titik Bundaran HI, Minggu (22/5/2022).
Para petugas Dishub DKI bersama satpol PP juga disiagakan untuk meminta warga memindai dan menjaga ketertiban. Sementara petugas Dinas Lingkungan bersiaga dengan menempatkan enam bus toilet di Jalan Teluk Betung (dua bus), Jalan Imam Bonjol (dua bus), Jalan Tomang (1 bus), dan Jalan Pemuda (1 bus). Penyelenggara ingin memastikan peserta CFD tetap sehat bersama, selain juga ingin menghitung peserta.
Di lapangan, pemindaian itu bisa diterapkan untuk penumpang kereta atau peserta CFD yang menggunakan kendaraan pribadi dan kemudian memarkir kendaraan mereka. Namun bagi peserta CFD bersepeda, ada yang memindai dan ada yang lolos.
”Tadi saya lolos, tidak memindai,” kata Sukimin (70), warga Kota Bambu Utara, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
Di HBKB ini ia antusias karena akhirnya bisa bersepeda lagi setelah dua tahun tidak ada CFD. Ia sengaja berangkat dari rumah selepas sembahyang Subuh supaya puas bersepeda di Jalan Sudirman karena ia tahu HBKB perdana kali ini akan berakhir pukul 10.00.
”Tadi saya sengaja berangkat pukul 05.00, bersepeda dengan sepeda onthel saya ini. Saya janjian ketemu di Bundaran HI ini dengan teman-teman penggiat sepeda,” jelasnya.
Ia pun sudah berputar-putar di ruas Sudirman-Thamrin saking senangnya HBKB kembali digelar. Meski menyatakan lolos tidak memindai, ia tetap mengenakan masker.
”Saya tetap menjaga diri, keluar rumah ya memakai masker meski Pak Presiden bilang sudah boleh tidak memakai masker di luar ruangan,” katanya.
Namun, perilaku menjaga prokes yang dilakukan Sukimin tidak dilakukan sebagian yang lainnya. Peserta CFD, baik yang berjalan kaki, bersepeda, joging, maupun menggunakan sepatu roda, ada yang bermasker, ada yang tidak.
”Itu yang membuat saya khawatir meski saya penasaran,” kata Siti Aliya (26) warga Grogol, Jakarta Barat yang ditemui di Terowongan Kendal, titik pelintasan yang menghubungkan Stasiun Sudirman dan Stasiun MRT Dukuh Atas.
Baca Juga : Hari Bebas Kendaraan Bermotor Jakarta Dibuka di Enam Titik
Ia mengaku penasaran sekali ingin melihat seperti apa CFD perdana ini setelah dua tahun tidak ada sama sekali. Ia bersama teman-temannya pergi ke kegiatan CFD ini sejak pukul 06.00.
Namun. melihat banyak peserta yang tidak menggunakan masker, ia merasa khawatir. ”Jujur, saya merasa kebijakan CFD ini terburu-buru karena diterapkannya dua minggu setelah Lebaran ditambah ada kebijakan lepas masker. Saya takut penyebaran virus korona makin melonjak,” kata Aliya.
Karena itu, meski sudah memindai akses Peduli Lindungi, ia tetap memakai masker. Bahkan saking khawatirnya ia memilih tidak bergerombol saat berjalan kaki.
Jujur, saya merasa kebijakan CFD ini terburu-buru karena diterapkannya dua minggu setelah Lebaran ditambah ada kebijakan lepas masker. Saya takut penyebaran virus korona makin melonjak,
Hal itu juga menjadi perhatian Dirlantas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo yang turut memantau CFD. ”Petugas memang cukup banyak yang berjaga. Hanya memang evaluasinya tentu kedisiplinan masyarakat untuk menggunakan akses Peduli Lindungi langsung ke area car free day,” kata Sambodo.
Syafrin mengatakan, pada HBKB ini. warga diminta kesadarannya untuk mengakses aplikasi Peduli Lindungi demi menjaga kesehatan bersama.
Alfred Sitorus dari Koalisi Pejalan Kaki di lokasi HBKB menyatakan, untuk peserta yang tidak memindai akses sebaiknya petugas meminta dengan pendekatan lebih humanis. Juga ketika ada peserta yang tidak memakai masker sebaiknya tetap membawa masker supaya ketika ada di tengah keramaian bisa memakai masker.
Agenda HBKB perdana ini juga digelar sebagai HBKB terbatas sehingga pemandangan ruas jalan Sudirman-Thamrin yang steril, bersih dari PKL terlihat.
Menurut Syafrin, untuk HBKB kali ini memang sedikit beda dengan HBKB yang diatur dalam Pergub Nomor 66 Tahun 2016 terkait HBKB. Perbedaannya, HBKB yang biasanya digelar pukul 06.00-12.00, kali ini sebagai HBKB terbatas digelar pukul 06.00-10.00, selain itu partisipan dan PKL juga dilarang karena dikhawatirkan menimbulkan kerumunan.
Meski tidak dibolehkan ada PKL, lucunya para PKL tetap ada. Para PKL terlihat ada di jalan-jalan akses menuju ruas utama HBKB. Untuk Sudirman, PKL terlihat berkelompok di Jalan Sumenep dan Jalan Purworejo, juga Jalan Kebon Kacang.
Menurut Alfred, ini nanti akan menjadi masukan dan evaluasi bagi penyelenggaraan HBKB selanjutnya. ”Apakah nanti PKL baiknya dibuatkan zonasi supaya koridor utama bisa fokus untuk kegiatan sirkulasi HBKB saja, kita akan evaluasi,” katanya. Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, menyatakan, situasi hari ini belumlah aman karena masih pandemi. Belum lagi masih ada generasi varian Omicron plus dan turunannya yang masih harus dihadapi. Untuk menghadapinya, warga sebaiknya sudah menerima vaksinasi ketiga.
Menurut Alfred, ini nanti akan menjadi masukan dan evaluasi bagi penyelenggaraan HBKB selanjutnya. ”Apakah nanti PKL baiknya dibuatkan zonasi supaya koridor utama bisa fokus untuk kegiatan sirkulasi HBKB saja, kita akan evaluasi,” katanya.
Dicky Budiman, ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, menyatakan, situasi hari ini belumlah aman karena masih pandemi. Belum lagi masih ada generasi varian Omicron plus dan turunannya yang masih harus dihadapi. Untuk menghadapinya, warga sebaiknya sudah menerima vaksinasi ketiga.
Apabila Pemprov DKI Jakarta memutuskan menggelar HBKB, ia menyarankan sebaiknya Pemprov DKI bisa memastikan setiap peserta tetap menjaga prokes seperti memakai masker dan mencuci tangan. Selain itu, Pemprov DKI juga harus membangun literasi persepsi risiko bahwa warga itu harus memiliki kemampuan mandıri untuk bisa melihat kapan, di mana, dan dengan siapa dia bisa melepas masker.
”Jadi hal-hal ini harus dibangun. CFD bisa, tetapi harus ada pengingat-pengingat, semua harus menjaga protokol kesehatan,” ujarnya.
Sambodo, Syafrin, dan Alfred menyatakan, kejadian-kejadian selama HBKB perdana hingga perilaku warga akan menjadi evaluasi apakah HBKB akan kembali digelar sebagai kegiatan rutin atau tidak.
Menurut Dicky, langkah seperti wajib memindai akses Peduli Lindungi itu sudah tepat. Karena pandemi masih ada, perlu adanya kebijakan yang dinamis yang selalu dievaluasi secara rutin.
”Karena bagaimanapun dengan masih berlakunya status pandemi, situasi bisa berubah sewaktu-waktu,” jelasnya.
Namun, dengan ramainya warga di ruas Sudirman-Thamrin, baik Alfred, Syafrin, maupun Sambodo, mengatakan, peserta HBKB ini sungguh antusias. Mereka seperti membayar rindu akan HBKB.
”Saya perkirakan puluhan ribu warga memadati ruas Sudirman- Thamrin pagi ini. Antusiasme masyarakat yang datang bisa dilihat mobilitas warga dan dari penuhnya angkutan umum kereta komuter, MRT Jakarta, dan Transjakarta yang begitu tiba di stasiun dekat jalan Sudirman langsung kosong,” kata Sitorus.
Sebelum pandemi, HBKB sudah menjadi kebutuhan karena ruang publik yang ada masih spot-spot. Dengan HBKB perdana kali ini, masyarakat mendapatkan kembali ruang aktivitasnya.