Polisi Amankan Pembunuh Pelajar saat Tawuran di Kemayoran
Polisi mengimbau warga agar membantu menginformasikan perilaku masyarakat sekitar yang sekiranya bisa berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban, seperti konvoi pelajar dan tawuran.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi mengamankan belasan remaja yang diduga terlibat tawuran hingga mengakibatkan seorang pelajar tewas karena luka bacok di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Dua di antaranya sudah ditetapkan polisi sebagai tersangka.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar Komarudin mengatakan, pihaknya mendalami laporan rumah sakit yang menangani pasien meninggal berinisial GAH (17) pada Kamis (19/5/2022). Siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) itu sebelumnya ditemukan tewas di Jalan Industri, Kemayoran, dengan luka bacokan di bagian tangan kiri, siku kiri, telinga kiri, dan belakang telinga kiri.
”Kami dalami dan memang korban tersebut akibat dari aksi tawuran yang terjadi dengan kelompok antarsekolah. Dari kasus tersebut, kami dalami ada beberapa pelajar yang kami amankan sampai saat ini ada 18 orang,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (21/5/2022).
Dari belasan pelajar, dua di antaranya ditetapkan sebagai tersangka, yaitu AP dan RA. Keduanya, yang bukan lagi anak-anak, berperan sebagai pelaku utama atau eksekutor.
Tersangka mengeksekusi korban yang merupakan warga Kelurahan Utan Panjang, Kemayoran. Korban saat itu tengah melewati Jalan Industri yang menjadi area tawuran pelajar. GAH dibonceng di sepeda motor temannya. Tiba-tiba, sekitar sepuluh remaja mengejar korban dan beberapa mengacungkan senjata tajam berupa celurit.
”Motifnya masih motif lama. Mereka selesai belajar, lalu konvoi, keliling saling bertemu di jalan. Jadi, bukan motif (tawuran) seperti belakangan, ya, seperti janjian melalui sosial media. Rupanya memang perilaku anak-anak kita sekarang (kalau tawuran) sudah melengkapi diri dengan senjata tajam,” lanjut Komarudin.
Ia pun mengimbau masyarakat untuk membantu menginformasikan perilaku masyarakat sekitar yang sekiranya bisa berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban, seperti konvoi pelajar dan tawuran.
”Segera laporkan kepada kami untuk kita lakukan pencegahan. Jangan tunggu sampai tawuran terjadi atau sampai ada korban,” ujarnya.
Pemberitaan Kompas lima tahun terakhir mencatat, ada sejumlah kematian remaja dalam aksi tawuran di wilayah Jabodetabek. Rata-rata ada enam remaja tewas karena dipicu tawuran setiap tahunnya sejak 2017.
Pemberitaan kematian terbanyak pada tahun 2017 dan 2018, yaitu masing-masing 9 dan 13 orang. Selain sesama remaja atau pelajar, tawuran yang dilakukan mayoritas anak-anak di bawah umur juga menewaskan atau melukai warga lain yang tidak terlibat.
Hoaks perampokan
Aksi tawuran pelajar juga terjadi pada Kamis lalu di Kalideres, Jakarta Barat. Saat itu polisi mencoba mengamankan saat kejadian. Sayangnya, kegiatan itu justru dijadikan informasi hoaks sebagai kasus perampokan bersenjata.
Satu video viral memuat narasi perampokan dengan senjata api terjadi di kawasan perumahan Citra 6, Kalideres, Jakarta Barat. Perekam video, yang berada di seberang kawasan bangunan komersial, menarasikan, ada perampokan bersenjata api yang mengakibatkan warga tewas.
”Diinfokan untuk temen-temen di wilayah Citra 6 telah terjadi perampokan dengan bersenjata api. Tiga orang tewas nih. Di citra 6 telah terjadi perampokan senilai Rp 1,5 miliar. Kalau ada di Citra 6 merapat nih,” kata perekam video seperti dilihat di akun Instagram @kabarjakarta1.
Kepala Kepolisian Sektor Kalideres Ajun Komisaris Syafri Wasdar, Jumat (20/5/2022), mengonfirmasikan bahwa informasi di video tersebut tidak benar. Syafri menjelaskan, saat itu justru tengah terjadi pengamanan terhadap sejumlah pelajar yang hendak tawuran oleh polisi.
”Kemarin sore kami dari kepolisian berpatroli dan melihat anak-anak kumpul dan kami amankan karena mereka sudah berencana (tawuran). Karena sudah ada dua kelompok, jadi sebelum terjadi, kami amankan 12 orang,” ujarnya.
Sementara itu, polisi masih akan mencari tahu penyebar kabar bohong yang dinilai meresahkan masyarakat itu. ”Kami akan cari tahu (penyebar pesan) karena ini sangat meresahkan masyarakat,” ungkap Syafri.