Kejari Depok Segera Adili Ayah Pelaku Kejahatan Seksual

Laporan jaksa peneliti, modus tersangka A dinilai sadis karena dalam tindakannya pelaku menggunakan senjata tajam, mengancam agar anaknya menuruti kemauannya. Kejari akan membuktikan perbuatan tersangka.

TOTO SIHONO

Ilustrasi kekerasan seksual.

DEPOK, KOMPAS – Kejaksaan Negeri Depok menerima berkas perkara dugaan kasus kejahatan seksual yang dilakukan A (49) kepada anak perempuannya yang berusia 11 tahun. Kejaksaan Negeri Depok mempelajari kasus itu dan bersiap membuktikan perbuatan A di persidangan.

Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Depok Andi Rio Rahmatu, dalam keterangan tertulisnya, mengatakan, berkas kasus kejahatan seksual dari Kepolisian Resor Metro Depok sudah P21 atau dinyatakan lengkap, sehingga bisa dilanjutkan ke tahap persidangan.

Baca juga: Menteri PPPA Beri Perhatian pada Kasus Ayah Cabuli Anak di Depok

Meski belum menentukan jadwal persidangan terhadap tersangka A yang diduga melakukan kejahatan seksual kepada anak kandungnya, jaksa penuntut umum atau penyidik telah menerima berkas untuk kemudian mendalami kasus tersebut.

Kejaksaan Negeri Depok sudah menunjuk tiga jaksa penuntut umum, yakni Alfa Dera, Adhi Prasetya Handono, dan Charles Hengky Pangaribuan untuk mengawal kasus ayah pelaku kejahatan seksual kepada anaknya. "Tersangka A, segera dihadapkan ke persidangan dan diadili oleh Kejari Depok dalam waktu dekat. Kami akan bekerja maksimal dalam membuktikan perbuatan tersangka dalam persidangan nanti," kata Andi, Kamis (19/5/2022).

KOMPAS/ERIKA KURNIA

Polres Metro Depok menunjukan barang bukti senjata tajam yang digunakan A (49), pelaku kejahatan seksual kepada anak kandungnya yang masih berusia 11 tahun, Selasa (1/3/2022).

Andi melanjutkan, berdasarkan laporan jaksa peneliti, modus tersangka A dinilai sadis karena dalam tindakannya, ia menggunakan senjata tajam untuk mengancam agar anaknya menuruti keinginannya. Tersangka diduga sudah 20 kali melakukan kejahatan seksual dalam kurun waktu Januari 2021 hingga Februari 2022.

“Kami akan mendakwa tersangka dengan Undang-Undang Perlindungan Anak,” ujar Andi.

Tersangka A yang diduga melakukan tindak pidana itu terancam Pasal 81 Ayat (1), Ayat (3) juncto pasal 76D UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, sebagaimana diubah terakhir dengan UU No 17 Tahun 2016 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak menjadi UU juncto Pasal 64 Ayat (1) KUHP.

Kasus kejahatan seksual ayah kepada anaknya yang masih berusia 11 tahun itu terungkap pada Selasa ( 1/3/2022) lalu. Satreskrim Polres Metro Depok menangkap pelaku setelah mendapat laporan dari ibu korban.

Diberitakan sebelumnya, Kompas (1/3/2022), Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Depok Ajun Komisaris Besar Yogen Heroes Baruno mengatakan, A ditangkap di kawasan Kabupaten Bogor pada Senin (28/2/2022).

”Sabtu siang, kami menerima laporan dari seorang wanita, yaitu ibu dari anak yang diduga dicabuli oleh ayah kandungnya sendiri. Setelah kami lakukan penyelidikan pada hari Senin malam kami lakukan penangkapan terhadap tersangka,” kata Yogen.

Berdasarkan pemeriksaan, ayah tiga anak itu mengakui telah melakukan kejahatan seksual terhadap anak sulungnya sejak awal 2021. Ia melakukan aksi itu di rumahnya sendiri dan di rumah mertuanya. Perbuatan terakhir ia lakukan pada 24 Februari lalu.

”Tanggal 24 Februari kemarin, A melakukan persetubuhan kepada anak kandungnya sendiri yang menggunakan modus mengancam dengan menggunakan senjata tajam golok,” ujar Yogen.

ERIKA KURNIA

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati (kanan) didampingi Kapolres Metro Kota Depok Komisaris Besar Imran Edwin Siregar (kiri) menginterogasi A (49) pelaku kekerasan seksual pada anak kandungnya DN (11) di Kantor Polres Metro Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (1/3/2022).

Pria yang mata pencariannya sehari-hari sebagai kuli bangunan itu mengaku perbuatannya sudah dilakukan 20 kali. ”Saya ketagihan. Baru sekarang tahun 2022 yang pakai golok, buat nakut-nakutin biar mau. Itu saya lakuin di kamar. Istri saya lagi di warung, saya sama anak, adiknya main di depan berdua terus saya ancam pakai golok. Saya nyesal sekarang pas ketangkap,” tutur A.

Kecurigaan ibu

Sebelum memergoki perbuatan sang suami dan melaporkannya ke polisi, ibu korban, DH (38), sudah curiga dengan tingkah laku A setiap kali anaknya di rumah.

Anaknya itu, kata DH, memang tinggal terpisah dengan orangtua dan dua adiknya yang menempati rumah petak di dalam areal makam keluarga di Jalan Waru Jaya, Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok. Ia lebih banyak tinggal di rumah neneknya.

”Pas anak saya nginep di sini, tiba-tiba pas malam saya kebangun, suami saya sudah tidak berpakaian lengkap di samping anaknya. Saya heran banget, tapi katanya gerah. Padahal, anaknya sudah gede,” kata DH.

Kecurigaan DH kepada A justru ditanggapi kemarahan. A kerap mengatainya gila dan mengancamnya. Hingga Kamis (24/2/2022), di rumah ibunya atau nenek korban, DH menyasikan perbuatan A ke anaknya dengan mata kepalanya sendiri.

”Pas jam empat pagi saya bangun, suami saya enggak ada. Saya cari-cari, ternyata lagi bersama anak saya yang posisinya tidur. Mata kepala saya sendiri yang melihat dan sebenarnya sempat ada kecurigaan. Tapi, saya bantah bahwa dia adalah bapak kandungnya jadi enggak mungkin,” tuturnya.

Pada 26 Februari, ia pun mengajak anaknya itu untuk diperiksa tenaga kesehatan. Mereka mendatangi bidan, lalu ke puskesmas. Di puskesmas, dokter yang memeriksa mengatakan ada kerusakan organ vital anaknya.

”Saya mungkin kurang perhatian sama anak. Kakak saya pernah lihat ada bercak darah pada celana dalam anak saya, tapi dikiranya itu kotoran. Ia juga pernah jalan ngangkang, tapi dikira itu gaya-gayaan,” ucapnya.

KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Warga membubuhkan tanda tangan saat aksi damai tolak kekerasan seksual pada perempuan di Jalan Darmo, Surabaya, Minggu (9/12/2018). Mereka mendesak untuk segera disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual menjadi Undang-undang.

DH juga ikut mencurigai A telah merusak anak bungsunya yang juga perempuan. Anaknya yang baru berumur lima tahun itu sempat mengeluhkan sakit di alat kelaminnya. ”Sekarang saya khawatir ini kejadiannya sama dengan kakaknya. Cuma kata polisi, kita harus selidiki kakaknya dulu, baru adiknya,” kata DH.

Baca juga: Mengungkap Jejak Gelap Pemerkosa Anak di Depok

Kepala Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DPAPMK) Kota Depok, Nessi Annisa Handari, salut kepada ibu korban yang mau melaporkan kasus ini kepada pihak berwenang.

”Kami salut ibu korban, di tengah ancaman, mau melapor. Bagi kami, yang paling penting ’ayo bicara’ agar kami bisa tangani sampai pelaku jera," ujar Nessi.