Perumda Dharma Jaya memastikan sapi-sapi hidup yang didatangkan ke DKI Jakarta bebas dari penyakit mulut dan kaki. Ada proses skrining kesehatan pada sapi-sapi yang baru tiba. Dinas terkait juga terus awasi hewan ternak.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Maraknya penyakit mulut dan kuku atau PMK yang kini banyak menyerang ternak sapi di sejumlah daerah di Indonesia membuat Perumda Dharma Jaya waspada. Proses skrining kesehatan sapi dilakukan sejak dari lokasi asal hingga kandang di Jakarta untuk memastikan sapi-sapi yang masuk Jakarta bebas PMK.
Direktur Utama Perumda Dharma Jaya Raditya Endra Budiman, Selasa (17/5/2022), menjelaskan, dengan adanya PMK, Dharma Jaya memastikan sapi untuk memenuhi kebutuhan Jakarta diambil dari sumber sapi yang aman. Semua sapi yang masuk ke Dharma Jaya sebelum turun dari truk melewati proses skrining.
Apabila sapi berasal dari daerah terindikasi PMK, sapi tidak boleh turun dari truk. Petugas Dharma Jaya akan memasukkan sapi ke karantina dan mengetes sapi di atas truk pengangkutnya. Apabila ditemukan ada indikasi PMK, sapi akan dikeluarkan dari truk dan dipulangkan.
”Namun, sekarang ini kita sudah menyeleksi daerah mana yang kira-kira aman PMK. Dari daerah yang aman, sapi kita ambil,” kata Raditya.
Sapi hidup yang didatangkan Perumda Dharma Jaya biasanya berasal dari Jawa Barat, Lampung, dan Nusa Tenggara Timur. ”Kebanyakan kami mengambil dari daerah-daerah itu. Ada dari Blora, Jawa Tengah, tetapi itu sudah lama,” ujarnya.
Dengan mendatangkan sapi hidup, Dharma Jaya juga menjualnya kembali sebagai sapi hidup. Perdagangan sapi hidup dilakukan di tempat khusus milik Perumda Dharma Jaya.
Sebagai BUMD pangan milik Pemprov DKI Jakarta, khususnya yang bergerak di bidang penyediaan daging sapi, Dharma Jaya juga mengadakan daging sapi beku. Daging sapi beku diimpor langsung dari Australia dan Brasil.
”Kalau daging, sebagian besar impor dari Australia dan Brasil. Jadi, tidak ada masalah karena di sana tidak ada masalah dengan PMK,” kata Raditya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga Pelaksana Harian Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan, penyekatan PMK pada sapi itu harus terus diwaspadai. Apalagi, sebentar lagi akan ada perayaan Idul Adha. Saat Idul Adha, dipastikan kebutuhan akan hewan kurban seperti sapi akan meningkat. Dengan merebaknya PMK pada sapi, dikhawatirkan akan berpengaruh pada harga sapi.
”Kami sudah meminta kepada BUMD Dharma jaya untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi. Agar mendapatkan sapi dengan kualitas yang baik jauh dari penyakit PMK dan dengan harga yang masih terjangkau daya beli masyarakat,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta Suharini Eliawati menjelaskan, PMK merupakan penyakit infeksi virus bersifat akut dan sangat menular pada hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan babi. PMK menimbulkan kerugian ekonomi yang besar akibat menurunnya produksi dan menghambat perdagangan hewan dan produknya.
Untuk menjaga kesehatan hewan ternak di DKI Jakarta, menurut Eliawati, DKPKP DKI Jakarta sudah berkoordinasi lintas sektoral dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, Polda Metro Jaya, dinas terkait, Perumda Dharma Jaya, danperhimpunan dokter hewan Indonesia DKI Jakarta. Koordinasi itu untuk meningkatkan kewaspadaan dini dan mitigasi risiko PMK.
”Kami menyusun SOP pencegahan dan pengendalian PMK, menyusun tim pengawasan dan tim respons cepat, melaksanakan pengawasan pemasukan serta pemeriksaan kesehatan hewan di sentra-sentra ternak dan rumah potong, serta penyebarluasan informasi terkait PMK,” kata Eliawati.
Langkah-langkah itu, menurut Eliawati, penting karena di DKI Jakarta saat ini terdapat 10.728 ekor ternak. Rinciannya adalah 1.349 sapi perah, 1.723 sapi potong, 42 kerbau, 5.626 kambing, 1.620 domba, dan 368 kambing perah.
Sementara melihat data 2021 untuk hewan kurban yang masuk Jakarta total ada 64.578 ekor yang terdiri dari 20.449 sapi, 294 kerbau, 37.814 kambing, dan 6.021 domba.
”Semuanya merupakan hewan rentan PMK. Karena itu, pengawasan dan pemeriksaan di lima wilayah kota di Jakarta dilakukan setiap hari di tempat penampungan dan pemotongan hewan,” kata Eliawati.