LRT Jabodebek Ditargetkan Beroperasi Komersial Desember 2022
LRT Jabodebek diperkirakan beroperasi komersial di akhir 2022 atau awal 2023. Saat ini KAI melakukan tes fungsi atas sistem perkeretaapian LRT. Sementara akses dan integrasi antarmoda harus dibangun demi penumpang.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT KAI memastikan LRT Jabodebek akan beroperasi komersial antara akhir Desember 2022 dan Januari 2023. Saat ini proses pembangunan fisik prasarana, penyelesaian sistem perkeretaapian, hingga integrasi moda angkutan umum terus dilakukan supaya bisa dibuat uji coba. Sementara pembangunan akses stasiun dan integrasi antarmoda harus dibangun untuk mendukung pergerakan.
Direktur Prasarana Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Harno Trimadi dalam diskusi daring bertajuk aksesibilitas dan integrasi antarmoda pada LRT Jabodebek yang digelar Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Kamis (12/5/2022), menjelaskan, terkait LRT Jabodebek, saat ini pekerjaan fisik yang meliputi pekerjaan rel juga pekerjaan sipil sudah 97 persen.
Saat ini proses pengerjaan adalah sistem perkeretaapian yang di dalamnya termasuk persinyalan sudah mencapai 86 persen. Menurut Harno, dalam penyiapan angkutan umum berbasis kereta, ada sejumlah hal yang disiapkan, yaitu meliputi trek kereta, sarana atau keretanya, juga sistem perkeretapian.
”Ketiganya ini harus diintegrasikan. Saat ini masih 30 persen,” katanya.
Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menjelaskan, dari detail itu, sejak mulai dibangun pada 2015 hingga saat ini, seluruh pembangunan LRT Jabodebek sudah mencapai 81,75 persen. Sementara melihat pada jadwal persiapan LRT Jabodebek, bersamaan penyelesaian proyek dilakukan, pada Januari-Juni 2022 ini, PT KAI tengah melakukan uji coba.
Dalam laman resmi Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, proses itu disebut juga tes fungsi sebagai tahapan calon operator menguji keseluruhan sistem dari armada dan kelaikan jalur yang akan dilintasi kelak. Tes fungsi merupakan salah satu bagian terpenting karena pada prosedur ini terjadi pengujian dan pengukuran kinerja peralatan dan sistem kereta api secara nyata.
Setelah tahapan itu, kata Didiek, akan diikuti ujicoba operasi dan sistem otomasi LRT Jabodebek yang menggunakan level grade of automatisation (GoA) 3. Menggunakan GoA3, LRT Jabodebek beroperasi, bergerak, dan berhenti tanpa pengemudi. Namun, di dalam rangkaian kereta tetap ada train attendant yang bekerja pada penutupan pintu dan saat ada gangguan.
”Sehingga akhir 2022 atau di awal 2023 operasi komersial LRT Jabodebek,” kata Didiek.
Harno melanjutkan, untuk mendukung operasional, saat ini proses pembangunan stasiun yang meliputi aksesibilitas juga integrasi antarmoda tengah dikerjakan. Langkah itu untuk memudahkan pergerakan karena LRT Jabodebek diperhitungkan akan melayani 100.000 penumpang per hari.
Aksesibilitas yang dikerjakan, menurut Harno, akan memenuhi tiga karakter penumpang, yaitu penumpang yang dari rumah ke stasiun dan sebaliknya berjalan kaki atau bersepeda, penumpang dengan angkutan umum dari rumah ke stasiun, juga penumpang dengan kendaraan pribadi ke stasiun.
Pembangunan stasiun dilakukan berdasarkan tiga karakter itu sehingga nantinya bisa melayani penumpang. Di stasiun pinggiran seperti Cibubur diperhitungkan 18.000 penumpang akan dilayani. Namun, di Kampung Rambutan akan ada 26.000 penumpang yang akan naik, demikian juga di TMII akan ada 35.000 penumpang yang naik.
”Di Stasiun Halim bahkan diperhitungkan 79.000 pergerakan akan terjadi karena terintegrasi dengan kereta cepat,” kata Harno.
Pengamat transportasi, Djoko Setijowarno, dalam diskusi daring itu, menegaskan, ketika stasiun-stasiun LRT dibangun, masalah aksesibilitas bukan hanya di dalam stasiun, melainkan juga dari kawasan sekitar menuju stasiun dan sebaliknya.
”Aksesibilitas itu kita bicara angkutan umum lanjutan, lahan parkir, halte, jalan, juga akses penyandang disabilitas. Ini harus diberikan pelayanan yang sama,” jelasnya.
Dari survei yang ia lakukan dua tahun lalu, di sepanjang lintas pelayanan LRT Jabodebek setidaknya ada 38 perumahan. Akses dari setiap titik itu harus diperhatikan dan dibangun untuk memudahkan pergerakan penumpang ke dan dari stasiun. Ia juga menyoroti, pembangunan akses di sejumlah stasiun masih perlu dirancang ulang dan juga ada yang perlu dilengkapi.
Selain itu, Djoko menyoroti, angkutan LRT juga harus terintegrasi dengan moda angkutan lain untuk menarik minat penumpang. Atau juga dilengkapi dengan akses pejalan kaki yang nyaman tetapi tidak menimbulkan masalah baru berupa kesemrawutan. Itu menjadi tugas pemerintah daerah untuk bisa menyediakan aksesibilitas dan integrasi antarmoda di luar stasiun.
Pelaksana Tugas Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono menjelaskan, di lintas pelayanan Cawang-Bekasi terdapat sejumlah stasiun. Dari stasiun-stasiun itu ada yang sudah terintegrasi dengan layanan Trans-Patriot, angkutan publik di Kota Bekasi, tetapi juga ada stasiun yang belum terlayani Trans-Patriot. Selain itu, jalan-jalan di stasiun masih ada yang merupakan jalan kolektor sehingga harus ditingkatkan sebagai jalan arteri.
Tri menyatakan, untuk peningkatan jalan itu dibutuhkan kerja sama dengan pemerintah pusat. Pemerintah Kota Bekasi akan melakukan pembebasan lahan sementara pembangunan diharapkan bisa dilakukan pemerintah pusat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat membuka diskusi menyampaikan, saat ini di Jabodetabek masih bergelut dengan isu kemacetan yang disebabkan penggunaan kendaraan pribadi berlebihan. Dengan pembangunan LRT Jabodebek yang terintegrasi antarmoda, diharapkan dapat mendukung penggunaan angkutan umum.
”Pembangunan LRT Jabodebek diharapkan mendorong perubahan dari penggunaan angkutan pribadi ke angkutan massal ini,” kata Budi Karya.
Sementara Sekretaris BPTJ Zamrides mengatakan, layanan LRT Jabodebek sepanjang 44,43 kilometer akan terbagi dalam tiga lintas layanan. Lintas Cawang-Cibubur sepanjang 14,89 km dengan empat stasiun, lintas Cawang-Dukuh Atas sepanjang 11,05 km dengan delapan stasiun, dan lintas pelayanan Cawang-Bekasi sepanjang 18,49 km dengan enam stasiun.
”LRT Jabodebek diharapkan dapat mengurangi kepadatan dan kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek dan di Jalan Tol Jagorawi,” katanya.
Dengan tersedianya angkutan umum yang lebih baik dan saling terintegrasi, kata Zamruides, akan memudahkan masyarakat berpindah menggunakan angkutan umum.