Kompetensi dan Ketimpangan Pembangunan Daerah Jadi Pekerjaan Rumah
Ketimpangan pembangunan tidak hanya antara kota dan desa, tetapi juga kota dengan kota. Jabodetabek masih menjadi magnet kuat tidak hanya bagi warga desa, tetapi juga warga kota lainnya mencari pekerjaan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah kota di Jabodetabek menghadapi tantangan menyediakan lapangan pekerjaan tidak hanya bagi para pendatang, tetapi juga warga yang sebelumnya menganggur terdampak pandemi Covid-19. Ketimpangan serta pembangunan desa dengan kota yang tak merata membuat kota besar menjadi magnet pendatang. Perlu kompetensi agar lapangan tenaga kerja terserap industri atau perusahaan.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Bogor Elia Buntang menjelaskan, penyediaan lapangan pekerjaan menghadapi tantangan dan masalah karena tidak siapnya kompetensi para pekerja. Sekadar lulus atau mengandalkan ijazah saja tidak cukup, perlu keterampilan dan kompetensi berdasarkan pasar industri yang menjadi syarat banyak instansi dan perusahaan.
Menurut Elia, pelatihan dari pemerintah memang diperlukan, tetapi itu juga perlu ada dorongan dari perusahaan melalui program magang seluasnya. Hal terpenting dari kesiapan para calon pekerja itu sendiri mau untuk mengembangkan kompetensinya.
”Lapangan pekerjaan itu ada. Namun, permasalahannya banyak pekerja yang tidak berkompetensi. Di masa sekolah itu waktu untuk menggali potensi, mengasah keterampilan, sehingga memiliki kompetensi dan pengalaman itu menjadi bekal,” kata Elia, Kamis (12/5/2022).
Menurut Elia, salah satu kompetensi yang diperlukan agar bisa diterima adalah sertifikasi pekerja. ”Misal terjadi PHK, dan dia melamar ke perusahan lain dengan bidang yang sama, itu belum tentu pula diterima. Itu juga menjadi masalah. Oleh karena itu sertifikasi pekerja ini menjadi penting,” katanya.
Lingkungan lapangan pekerjaan di Kota Bogor, kata Elia, berbeda dengan kota lainnya di Jabodetabek yang menjadi tujuan para pencari kerja. Kota Bogor tak memiliki industri besar, seperti manufaktur yang menyerap banyak para pekerja. Iklim pekerjaan Kota Bogor mengarah ke industri kreatif dan UMKM.
Meski begitu, pihaknya tetap perlu mempersiapkan warganya memiliki jiwa saing dengan berbagai keterampilan dan kemampuan yang nanti dibutuhkan perusahaan.
Dari 2021, kata Elia, fokus pada penyerapan tenaga kerja berkompetensi dengan memiliki daya saing dan keterampilan yang menyasar lulusan SMK. Jangan sampai lulusan SMK menambah beban pengangguran di Indonesia. Kondisi itu akan semakin parah jika ditambah dengan para pekerja yang kena pemutusan hak kerja (PHK).
Berdasarkan data November 2021, angka pengangguran di Kota Bogor naik 12,6 persen atau mencapai 175.000 orang. Meningkatnya angka pengangguran ini dampak dari pandemi Covid-19.
”Pertumbuhan ekonomi positif, pengangguran masih tinggi. Pertumbuhan investasi juga positif, tetapi serapan tenaga kerja belum maksimal. Nah ini kan persoalan, yaitu kemampuan dan kompetensi. Kita perlu cetak para pekerja bersertifikasi,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, kota tetap menjadi magnet, urbanisasi terus terjadi dan populasi terus naik. Kota masih menjadi sumber harapan dan opsi utama untuk memperbaiki kehidupan.
Hal ini memperlihatkan realitas infrastruktur di Indonesia belum merata. Ketimpangan bukan hanya antara kota dan desa sehingga menyebabkan banyak yang merantau atau mencari peruntungan di kota.
Ketimpangan tidak hanya antara kota dan desa, tetapi juga kota dengan kota. Jabodetabek masih menjadi magnet kuat tidak hanya bagi warga desa, tetapi juga warga kota lainnya.
Namun, pandemi Covid-19 memukul semua sektor di saat upaya pemerintah daerah mengurangi pengangguran dengan membuka lapangan pekerjaan, menguatkan iklim usaha melalui UMKM, dan menguatkan daya saing.
Di tengah angka pengangguran di kota yang tinggi karena pandemi dan faktor lainya, kini pemerintah kota di Jabodetabek menghadapi tantangan baru, yaitu para pendatang dari kota-kota dan desa-desa di Indonesia.
Pada masa pandemi Covid-19, lanjut Bima, kota belajar dari upaya pemulihan dan kebangkitan ekonomi dengan mendorong beberapa program untuk menambah lapangan pekerjaan dan keterampilan. Program ini untuk membangkitkan perekonomian Kota Bogor yang berdasarkan data tumbuh 3,5 persen di atas rata-rata di Jawa Barat.
Menurut dia, pola-pola yang akan terus dikembangkan dengan fokus pada UMKM, mendorong wisata alam, urban farming, serta relaksasi keringanan dan kemudahan pembayaran pajak, bahkan merevitalisasi beberapa pasar, pada tahun ini akan berdampak pada lapangan pekerjaan dan pemulihan ekonomi warga.
”Saya lihat optimistis, proximity Kota Bogor dengan Jakarta melalui kedatangan para pendatang dengan kesiapan program termasuk berkolaborasi dengan swasta dan memaksimalkan provinsi,” jelas Bima.