Sembap Menatap Sisa Kebakaran Pasar Gembrong
Segala persiapan mudik ataupun Lebaran hingga modal usaha sirna bersama si jago merah yang membakar 400 bangunan pertokoan dan rumah di Pasar Gembrong, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Air muka Ika Novika (25) masih sembap. Ibu dua anak ini berupaya tegar dan tersenyum ketika menengok puing-puing rumahnya yang terbakar bersama ratusan bangunan lain di Pasar Gembrong, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur.
Suaranya terbata-bata sambil menenangkan anak bungsu dalam gendongannya. Bayi 1 tahun 10 bulan itu rewel karena terik dan panas, Selasa (26/4/2022) siang.
”Baru beli baju Lebaran untuk anak hari Sabtu. Eh, hari Minggu kebakaran gede,” ujarnya sembari mengais sisa-sisa kebakaran.
Saat kebakaran, Ika dan anak-anak sedang berkunjung ke rumah orangtuanya yang masih satu kawasan untuk mencuci baju. Saat itu, warga yang baru selesai shalat Tarawih mulai berteriak kalau terjadi kebakaran.
Keluarganya hanya sempat menyelamatkan surat-surat dan pakaian di badan lantaran api cepat membesar dan menjalar ke segala penjuru. Mereka kini mengungsi ke posko di RT tetangga yang luput dari kebakaran.
”Belum tahu mau tinggal di mana. Suami juga batal hari pertama masuk kerja,” tuturnya. Suaminya diterima bekerja sebagai sales. Namun, ia langsung mengajukan izin karena kebakaran yang terjadi.
Slamet Subroto (52), istri, dan tiga anaknya juga berupaya tegar. Rumah dan seisinya, termasuk barang dagangan, ludes tersisa arang.
Rencana mudik setelah dua tahun terhalang pandemi Covid-19 sirna. Uang tabungan ke Yogyakarta senilai Rp 7 juta dari berdagang alat tulis keliling tinggal abu kehitaman. Padahal, uang itu dikumpulkan dengan susah payah karena porsi sekolah daring lebih banyak ketimbang luring.
”Belum beli tiket kereta. Uang yang disimpan habis dilalap api,” katanya dengan mata berkaca-kaca. Keluarganya hanya sempat menyelamatkan surat-surat dan pakaian di badan.
Mainan dan aksesori terbakar. Saya rugi Rp 25 juta. Kalau total dengan barang dagangan keluarga lebih dari Rp 100 juta.
Slamet sudah memberi tahu orangtua di kampung perihal musibah kebakaran yang terjadi. Meskipun kemungkinan besar gagal mudik, keluarganya berharap ada bantuan dari pemerintah berupa tiket mudik gratis.
”Kangen. Dua tahun tidak pulang. Sudah tidak ada uang untuk beli tiket kereta,” katanya.
Gagal panen
Kebakaran turut merenggut kesempatan pedagang mainan dan perlengkapannya di Pasar Gembrong memanen rezeki jelang Lebaran. Toko, gudang, dan barang dagangan mereka hangus meninggalkan kerugian hingga ratusan juta.
Hasan (54) mengorek-ngorek tumpukan barang yang terbakar di gudang keluarganya. Terdapat beberapa mainan yang tersisa dengan bekas terbakar pada ujung-ujungnya.
Mainan-mainan tersebut dimasukkan ke dalam keresek dan akan dibawa ke kediamannya di Otista, Jakarta Timur.
”Mainan dan aksesori terbakar. Saya rugi Rp 25 juta. Kalau total dengan barang dagangan keluarga lebih dari Rp 100 juta,” ujarnya yang serius mengorek tumpukan sisa kebakaran.
Lelaki yang akrab disapa Pak Haji ini sempat berusaha menyelamatkan sebagian barang dari gudang. Namun, istrinya mencegah karena takut bagian atap rubuh menimpanya.
Sambil menahan langkahnya, sang istri memintanya tawakal. Masih kata istrinya, akan ada hikmah dari kebakaran yang terjadi. Kalau memang rezeki, tidak akan ke mana-mana.
Untuk sementara keluarganya berhenti berdagang. Mereka akan berlebaran di rumah ketimbang ke Cirebon, Jawa Barat, dan Tegal, Jawa Tengah, sambil menenangkan diri.
Baca juga: Pertama Kalinya Kebakaran Besar Melanda Permukiman Pasar Gembrong
Zainal Abidin (49) juga tidak bisa menambah pemasukan jelang Lebaran. Modal usahanya untuk berdagang keliling habis terbakar. Dengan begitu, rencananya berjualan mainan dan perabotan ke Binjai, Sumatera Utara, dan Koto Taluk atau Teluk Kuantan, Riau, batal.
”Ludes habis sudah semua. Amsyong tidak bisa dagang sama sekali. Seperak saja tidak ada,” ujarnya.
Tidak berdagang sehari berarti dia kehilangan pemasukan minimal Rp 50.000 dan maksimal jutaan rupiah. Bahkan, jelang Lebaran, pendapatannya bisa mencapai belasan juta.
Tahun 2021 contohnya. Dengan modal Rp 2 juta, dia berdagang boneka barbie dan aksesorinya di Surabaya, Jawa Timur. Dalam sehari, pemasukannya Rp 200.000 hingga Rp 1 juta.
Pasar mainan
Kebakaran Minggu (24/4/2022) malam diduga karena korsleting yang berlanjut ledakan tabung gas. Untuk menjinakkan amukan api, ratusan petugas dan puluhan mobil pemadam berjibaku dari jalan hingga gang selebar 1 meter.
Berdasarkan pemberitaan Kompas, telah terjadi beberapa kali kebakaran di kawasan itu meskipun skalanya tak sebesar Minggu malam.
Tahun 2015 terjadi kebakaran yang membuat setidaknya 300 warga mengungsi dan menghanguskan 28 rumah, 6 kios, dan 2 toilet umum. Kerugian materi ditaksir mencapai Rp 1 miliar. Adapun api diduga berasal dari pembakaran sampah di bawah jembatan di depan Pasar Gembrong.
Baca juga: Ketika Mainan Stok Lebaran Ludes Terbakar
Pasar Gembrong unik karena menjadi salah satu pusat grosir mainan di luar kawasan Kota-Pancoran-Pasar Pagi. Bahkan, toko-toko di Pasar Jatinegara pun turut mengambil barang dagangan dari situ.
Pasar itu kian berkembang setelah krisis moneter mencapai puncaknya tahun 1998. Orang berdatangan membangun kios lalu berkembang menjadi grosir sampai sekarang (Kompas, 14 Juli 2005).
Siti (57), pemilik kontrakan di belakang Pasar Gembrong, menuturkan, penghuni kawasan tersebut berasal dari sejumlah daerah. Dominan berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Sebagian penghuni merupakan warga gusuran pembangunan Tol Becakayu.
Mereka tinggal di permukiman padat dan berdempetan satu sama lain. Satu petak rumah bisa dihuni dua atau tiga keluarga. Gang di dalam kampung juga sempit, selebar 1 meter dengan banyak sepeda motor terparkir saat malam hari.
”Selama bermukim di sini, pemerintah daerah sudah beberapa kali data KTP/KK untuk ganti rugi jalur hijau. Terakhir tahun lalu dari Kelurahan Cipinang Besar Utara. Tetapi belum terealisasi sampai kebakaran ini,” katanya.
Baca juga: Kebakaran di Pasar Gembrong
Kini warga terdampak menanti realisasi janji Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ketika meninjau lokasi kebakaran, Senin (25/4/2022). Warga terdampak disiapkan tempat tinggal sementara dan kebutuhan dasar, serta catatan kependudukan sehingga dokumen yang terbakar akan bisa langsung disiapkan penggantinya.
Selain itu, disediakan layanan kesehatan fisik dan psikologis. ”Kami ada rehabilitasi psikis yang akan membantu anak-anak ataupun orang dewasa mengatasi trauma. Namun, pada fase ini adalah fase menyelamatkan dan memastikan kelangsungan hidup agar mereka sehat baik secara fisik maupun psikis,” katanya.
Pemprov DKI Jakarta juga memberikan bantuan kepada pedagang yang terdampak kebakaran Pasar Gembrong. Melalui PD Pasar Jaya, pedagang akan mendapatkan lokasi berdagang sementara dan modal usaha.