Perempuan dan Anak Rentan terhadap Polusi Udara Kota
Dari semua kelompok masyarakat. perempuan dan anak-anak merupakan kelompok sangat rentan terhadap polusi udara. Kota-kota perlu membuat terobosan mencari solusi.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kualitas udara di ibu kota masih berdampak buruk pada perempuan dan anak-anak, kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap polusi udara. Solusi yang tepat bisa dimulai dari kebijakan pemerintah.
Bincang-bincang bertema “Sisi Lain Dampak Polusi Pada Perempuan dan Anak” mengungkap kerentanan itu. Diskusi diselenggarakan Clean Air Catalyst, konsorsium global bertujuan merancang solusi yang sesuai dan berbasis data untuk masalah-masalah polusi udara, Jumat (22/4/2022).
Muhammad Shidiq, Air Quality Lead World Resources Institute (WRI) Indonesia, yang juga memimpin implementasi Clean Air Catalyst di Jakarta menyatakan, data-data yang dikumpulkan Clean Air Catalyst mengindikasikan, perempuan termasuk dalam komunitas yang paling terdampak polusi udara. Anak-anak juga menerima dampak yang paling buruk dari polusi udara.
Ririn Radiawati, Indonesia Country Coordinator for Environmental Health, Vital Strategies dan Co-Lead Clean Air Catalyst for Jakarta Pilot, sumber mobile pollutant datang dari pabrik-pabrik dan aktivitas industri manufaktur di kota satelit industri besar seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Adapun sumber polutan non-mobile datang dari pembangkit listrik yang mayoritas berbahan bakar batu bara.
Polusi udara memang menjadi tantangan kota-kota besar. Pertumbuhan ekonomi juga sejalan dengan terjadinya polusi dengan adanya emisi.
Provinsi DKI Jakarta, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, berkontribusi sekitar 16 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Perkembangan kegiatan industri dan pertumbuhan ekonomi di ibu kota bukan hanya membuka lapangan pekerjaan dan mendorong peningkatan pergerakan masyarakat di wilayah Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek), namun juga menghasilkan polutan berbahaya yang mencemari udara dan berdampak negatif pada kesehatan masyarakat.
Ririn Radiawati menambahkan, pada kelompok perempuan, paparan polusi udara pada ibu hamil dapat mempengaruhi kondisi lahir bayi. Hasil penelitian Global Burden of Disease Study 2019 menemukan bahwa paparan polusi udara dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan kondisi lahir bayi yang tidak baik. Di antaranya seperti berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur.
“Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa ada korelasi antara paparan polusi udara jangka panjang dengan kematian bayi dan stunting,” jelasnya.
Franz Sinaga, Project Manager Phinla (Program Pengelolaan Sampah), Wahana Visi Indonesia (WVI) yang turut hadir dalam bincang-bincang itu mengatakan, polusi udara mengancam anak di luar dan dalam rumah. Polusi udara rumah tangga misalnya, datang dari memasak dengan ventilasi rumah yang kurang bagus. Polusi udara luar menyebabkan lebih dari 50 persen infeksi saluran pernapasan bawah akut pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2016, kata Franz, 93 persen anak-anak di dunia berusia di bawah 5 tahun atau kurang lebih 1,8 milyar anak, menghirup udara sangat tercemar. Itu membahayakan kesehatan dan perkembangan mereka.
WHO juga memperkirakan pada 2016, sekitar 600.000 anak meninggal karena infeksi saluran pernapasan bawah akut yang disebabkan oleh udara yang tercemar. Dibandingkan orang dews, anak-anak sangat rentan terhadap polusi udara, karena organ pernapasan dan saraf anak belum sempurna.
Solusi
Untuk mengatasi masalah kualitas udara, menurut Ririn, bisa dilakukan dengan mendorong adanya kebijakan-kebijakan pencegahan polusi udara, seperti regulasi emisi kendaraan, ambang batas emisi pabrik, dan pengaturan wilayah pemukiman-industri.
Selain itu, upaya mengatasi masalah juga dikerjakan dengan meningkatkan kesadaran semua pemangku kepentingan tentang bahaya polusi udara terhadap kesehatan anak-anak, dan mengurangi paparan polusi bagi anak-anak, baik indoor maupun outdoor.
Disebutkan Ririn, langkah yang dilakukan Clean Air Catalyst, di antaranya dengan meletakkan alat pemantauan kualitas udara di daerah dengan paparan polusi udara tinggi dan dihuni oleh populasi rentan; meluncurkan beberapa pemantauan mobile bekerja sama dengan Google Cars yang menjangkau komunitas rentan; hingga melakukan kajian Information Ecosystem Analysis (IEA) untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang polusi udara.