Erwin Tewas setelah Melerai Perang Sarung Antarremaja
Erwin sedang tadarus di dalam masjid saat kelompok remaja perang sarung masuk mencari perlindungan di Pandeglang, Banten. Niat melerai berujung maut karena dikeroyok remaja.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
TANGERANG, KOMPAS - Siswa sekolah menengah atas, Erwin (17), tewas setelah melerai perang sarung antarkelompok remaja Kampung Kadu Cina dan Kampung Bale Gede di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten, Minggu (17/4/2022). Polres Pandeglang masih mencari para pelaku sambil berkoordinasi dengan kepala desa dan tokoh masyarakat guna mencegah aksi serupa maupun aksi balasan.
Tawuran dua kelompok remaja menggunakan sarung yang ujungnya telah diikat batu atau benda keras itu terjadi Sabtu (16/4/2022) dini hari jelang sahur. Mereka saling serang hingga remaja dari Kampung Kadu Cina terdesak dan berlari mencari pertolongan ke dalam masjid.
Erwin, yang saat itu sedang tadarus di dalam masjid justru dikeroyok para remaja saat berupaya melerai. "Korban mendengar ribut-ribut lalu coba melerai. Namun, dia justru jadi sasaran. Dikeroyok hingga pingsan," kata Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Belny Warlansyah, Senin (18/4/2022).
Korban yang pingsan dibawa ke RSUD Berkah Pandeglang oleh keluarganya. Dari situ dokter merujuknya ke RSK Bedah Benggala di Kota Serang karena luka serius, Minggu (17/4/2022), hingga dinyatakan meninggal pada pukul 18.00.
Belny berharap perilaku berandalan dihentikan. "Kami minta partisipasi aktif masyarakat untuk bersama mencegah atau membubarkan kelompok remaja dan kerumunan yang berpotensi kejahatan," ucapnya.
Perkelahian atau tawuran antarkelompok remaja terus berulang selama Ramadhan. Sebelumnya, Polsek Cipondoh di Kota Tangerang menangkap tujuh remaja yang hendak tawuran, Kamis (14/4/2022) dini hari. Dalam penggeledahan ditemukan satu celurit.
Kepal Polsek Cipondoh Komisaris Ubaidillah menuturkan, remaja berusia belasan tahun itu bergerombol di pinggir jalan. Ketika digeledah, mereka mengaku hendak perang sarung dengan kelompok lain. "Mereka janjian dengan kelompok lain untuk tawuran," ujarnya.
Menurut Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti, keberanian anak atau remaja turun ke jalan membawa senjata tajam, bahkan sampai menimbulkan korban luka dan jiwa, tidak muncul seketika dalam 1-2 bulan. Keberanian itu terpupuk dari rasa dendam dan amarah atas permasalahan hidupnya yang sudah berlarut.
”Itu terbentuk sejak lama di lingkungan keluarga. Dari beberapa contoh kasus, bisa karena keharmonisan keluarga. Orangtua yang dekat dengan anak memberikan ruang dialog, penghargaan, dan kreasi mengembangkan potensi bakat, maka anak-anak tidak akan mencari lingkungan luar yang mau menerima eksistensi mereka dengan cara yang salah,” tuturnya.
Penyaluran ekspresi dan energi berlebih itu perlu diberikan ruang. Remaja yang terlibat kekerasan mungkin tidak berprestasi secara akademik, tetapi setiap anak memiliki potensi dan bakat di bidang lainnya.