Arus Mudik Lebaran Harus Disertai Mitigasi Optimal
Epidemiolog mengingatkan, badai pandemi belum selesai sehingga untuk arus mudik dan arus balik Lebaran kali ini perlu dilengkapi mitigasi optimal. Vaksinasi Covid-19 adalah wajib, awak angkutan juga mesti diproteksi.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua pekan menjelang arus mudik Lebaran 2022, jumlah penerima vaksinasi ketiga di Jakarta tercatat meningkat. Epidemiolog meminta pemerintah daerah menyiapkan mitigasi untuk mengurangi risiko dan potensi peningkatan kasus Covid-19 pasca-Lebaran.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti, Rabu(13/4/2022), seusai rapat kerja dengan Komisi E Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD DKI Jakarta, menjelaskan, jumlah orang yang menerima vaksin ketiga atau vaksin penguat di DKI Jakarta saat ini berjumlah 3.069.254 orang.
Meski jumlahnya baru mencapai angka sebanyak itu, menurut Widyastuti, angka rata-rata harian penerima vaksin booster meningkat. Peningkatan jumlah penerima vaksinasi ketiga mencapai 100.000-an orang per hari dibandingkan dengan sebelumnya yang berkisar 20.000-40.000 orang per hari.
Jadi, bukan karena pemerintah pusat mensyaratkan adanya vaksinasi ketiga sebagai syarat perjalanan mudik maka permintaan vaksinasi ketiga meningkat.
Sebagai gambaran, dari situs resmi corona.jakarta.go.id angka penerima vaksinasi ketiga pada awal April 2022 sudah di angka 166.716 orang per 5 April 2022. Sempat turun menjadi 32.938 orang pada 6 April 2022, lalu meningkat lagi menjadi 90.000-an orang pada 7 April 2022.
”Itu capaian harian. Dan, ini capaian yang positif karena sebelumnya lebih kurang 20.000 per hari karena masih ada dosis satu dan dosis dua. Tentunya kami berharap lebih cepat,” kata Widyastuti.
Untuk percepatan vaksinasi ketiga pun, menurut Widyastuti, dikerjakan juga bersama sejumlah pihak. Di antaranya dengan Kementerian Agama agar vaksinasi ketiga bisa diberikan saat shalat Tarawih atau shalat Jumat.
Widyastuti memastikan, dengan bekerja sama dengan sejumlah pihak itu, peningkatan penerima vaksinasi ketiga terjadi. ”Jadi bukan karena pemerintah pusat mensyaratkan adanya vaksinasi ketiga sebagai syarat perjalanan mudik maka permintaan vaksinasi ketiga meningkat,” kata Widyastuti.
Secara terpisah, ahli epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, menegaskan, saat ini kasus Omicron memang tengah melandai. Namun, studi dari beberapa negara menunjukkan, Omicron belum selesai karena melahirkan subvarian lain yang bisa membuat gelombang itu bertahan lama atau meningkat lagi.
Ia mengingatkan, pemerintah daerah juga pemerintah pusat untuk melengkapi kebijakan arus mudik dan arus balik Lebaran tahun ini dengan mitigasi optimal.
Menurut Dicky, meski ada tren pelandaian, Omicron membawa ancaman yang berbeda dibandingkan dengan varian sebelumnya. ”Apabila bicara Delta, Delta itu kemampuan infeksi dan kemampuan menginfeksi orang yang sudah divaksin jauh lebih kecil atau lebih lemah daripada Omicron.”
”Tapi, Omicron ini dan subvariannya atau turunan-turunannya memiliki kemampun yang jauh berbeda dibandingkan dengan varian-varian sebelumnya di mana dia bisa menginfeksi bukan hanya orang yang belum divaksinasi, melainkan juga orang yang sudah divaksinasi,” kata Dicky.
Untuk itu, Dicky mengingatkan pemerintah juga masyarakat untuk jangan terlalu terburu-buru menurunkan level kewaspadaan, apalagi level proteksi apakah itu 5M, termasuk sistem deteksi.
”Yang menjadi permasalahan di kita saat ini khususnya saat sekarang di bulan puasa ini menghadapi arus mudik, atau libur Lebaran, libur panjang, ini adalah bahwa pertama kita bahkan sebelum adanya arus mudik, deteksi dini kita sudah menurun. Testing, tracing kita sudah jauh menurun. Sangat signifikan penurunannya, bahkan saya melihat bisa sampai mendekati 50 persen penurunannya di beberapa wilayah,” kata Dicky.
Selain itu, cakupan khususnya dosis 2, apalagi dosis 3 atau booster, belum sesuai dengan target yang diharapkan. Itu membuat kerawanan menjadi bertambah.
Untuk itu, dengan arus mudik yang sebentar lagi terjadi, Dicky mengingatkan, mitigasi berupa proteksi dengan vaksinasi harus dilakukan optimal. Misalnya, ketika pemudik sudah mendapatkan dosis 1 dan 2 maka di tujuan pemudik, usahakan para pemudik mendapat dosis tambahan sesuai jadwalnya.
”Kalau datang baru dosis 1, ya, usahakan dapat dosis keduanya. Diedukasi, diliterasi, kemudian kalau belum dapat booster ya kejar untuk mendapat booster. Termasuk keluarga-keluarga yang mengunjungi dengan berbagai macam program insentif,” katanya.
Untuk para sopir, menurut Dicky, tes cepat antigen bagi para sopir bisa dilakukan saat hendak melakukan pelayanan angkutan Lebaran.