Kurangi Risiko Penularan Covid-19, DKI Jakarta Disarankan Gelar PTM secara Bertahap
Meski kasus Covid-19 melandai, DKI Jakarta sebaiknya menggelar pembelajaran tatap muka secara bertahap, tidak langsung 100 persen. Hal ini untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Suasana pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN 12 Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Meski DKI Jakarta sudah memasuki pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 2, untuk pembelajaran tatap muka sebaiknya tidak langsung digelar 100 persen. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta disarankan membuka pembelajaran secara bertahap dan mempertimbangkan situasi kewilayahan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19.
Ahli epidemiolgi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, Jumat (8/4/2022), menyatakan, meski saat ini kasus Covid-19 di Indonesia dan di DKI Jakarta melandai, masih cukup berisiko untuk langsung menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) dengan jumlah 100 persen siswa.
”Bahwa sekolah harus dibuka, PTM harus dilakukan, iya. Tetapi kalau bicara 100 persen seperti sebelum situasi ledakan kasus atau gelombang tiga Omicron tentu perlu persiapan, perlu waktu. Karena itu, yang bisa dilakukan adalah pembagian,” kata Dicky.
Dicky sepakat dengan Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) yang mengusulkan supaya PTM digelar dengan pertimbangan positivity rate atau tingkat kepositifan, serta peningkatan kasus. PTM juga sebaiknya digelar secara bertahap, jangan langsung 100 persen dari kapasitas kelas.
”Setidaknya ada tahapan, apa mau 75 persen dulu atau 85 persen dulu, atau dibagi dua. Dibagi dua itu, misalnya kelas pagi dan sore. Yang jelas, intinya itu kita harus kurangi risiko itu dari jumlah atau densitas atau kepadatan siswa,” jelas Dicky.
Suasana pembelajaran tatap muka (PTM) di SDN 12 Bintaro, Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022).
Kondisi penularan Covid-19 saat ini, diakui Dicky, melandai. Namun, ada pola di mana saat orangtua tidak terpapar Covid-19 pada gelombang satu dan dua, justru kini mereka terpapar dari anak-anaknya yang sekolah.
”Jadi, artinya bicara PTM 100 persen ini ya belum siap. Tetap harus ada tahapan, dibuka bertahap atau dibagi dua,” jelasnya.
Pembukaan PTM secara bertahap, lanjut Dicky, perlu dilakukan karena di masyarakat juga ada kelompok anak di bawah lima tahun yang belum bisa mendapatkan vaksinasi. Kelompok ini dekat dengan kelompok anak-anak usia sekolah.
”Sehingga tentu maksud dari tahapan pemulihan PTM secara bertahap itu juga untuk melindungi kelompok-kelompok rawan. Tidak hanya anak-anak itu sendiri, tetapi juga kelompok lansia dan anak-anak yang belum bisa divaksinasi,” jelas Dicky.
Orangtua murid dan putrinya berswafoto setelah menerima suntikan vaksin Sinovac di SDN 02 Pondok Bambu, Jakarta Timur, Selasa (14/12/2021).
Untuk pelaksanaan PTM, menurut Dikcy, sekolah juga harus memastikan yang masuk adalah anak-anak yang setidaknya sudah mendapatkan vaksinasi dosis satu disertai dengan penguatan dari protokol kesehatan. Selain itu, staf sekolah juga perlu mendapatkan vaksinasi dosis penguat atau booster. Aspek kesiapan infrastruktur sekolah dalam melaksanakan protokol kesehatan serta ventilasi sirkulasi di kelas juga diperhatikan.
Dicky menambahkan, pelaksanaan PTM 100 persen di Jakarta tidak bisa digeneralisasi. Meskipun ada di Jakarta, situasi akan berbeda, antara Jakarta pinggiran, Jakarta Pusat, dan Kepulauan Seribu. Perbedaannya dari sisi penyelenggaraan, guru, staf sekolah, infrastruktur, dan siswa.
”Jadi, tidak bisa digeneralisasi harus dilihat per wilayah kesiapannya dan sekali lagi aspek kehati-hatian itu harus diutamakan,” jelasnya.
Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan, DKI Jakarta sudah cukup berpengalaman menggelar PTM. Selain itu, para guru dan siswa sudah mendapatkan vaksin Covid-19. Ada pula satgas Covid-19 di sekolah. Untuk itu, PTM bisa digelar 100 persen atau penuh.
Kepala Sekolah SMPN 28 Jakarta di Johar Baru, Jakarta Pusat, Ujang Supriana, menyatakan, untuk sekolahnya yang berada di kawasan padat permukiman, kebanyakan siswa memilih datang ke sekolah untuk mengikuti PTM. Salah satunya karena banyak siswa yang tidak memiliki kuota untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh secara daring.
Akhirnya pihak sekolah menggelar PTM 100 persen sesuai kebijakan. Namun, protokol kesehatan diterapkan ketat. Selain menyiapkan tempat cuci tangan, hand sanitizer, dan masker, pihak sekolah juga mengatur tempat duduk dengan jarak satu meter antarsiswa. Para siswa yang mengikuti PTM dan para guru dipastikan mengenakan masker.
”Hari ini siswa yang hadir 98 persen karena masih ada siswa yang sakit,” jelas Ujang.