Pelonggaran Mobilitas dan Stabilitas Pasokan Barang Picu Inflasi di Jakarta
Inflasi bulan Maret lebih tinggi daripada inflasi di Februari yang negatif 0,05 persen karena koreksi sejumlah harga komoditas, terutama di sektor pangan.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Kenaikan harga barang-barang kebutuhan hidup atau inflasi kembali terjadi di Jakarta pada Maret 2022. Selain faktor gangguan rantai pasok beberapa komoditas, melonggarnya aturan pembatasan kegiatan masyarakat turut berkontribusi pada inflasi.
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta melaporkan, inflasi bulanan pada Maret sebesar 0,44 persen dan secara tahunan atau dibandingkan Maret 2021 sebesar 2 persen. Inflasi Maret lebih tinggi daripada inflasi di Februari yang negatif 0,05 persen karena koreksi sejumlah harga komoditas, terutama di sektor pangan.
”Inflasi Maret sebesar 0,44 persen dipicu naiknya harga-harga pada komoditas, terutama bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, dan cabai merah,” kata Kepala BPS DKI Jakarta Anggoro Dwitjahyono dalam paparan secara daring, Jumat (1/4/2022).
Inflasi ketiga komoditas itu paling tinggi sepanjang setahun terakhir. Harga elpiji 12 kg tercatat naik karena menyesuaikan perkembangan harga minyak dan gas dunia. Ketidakpastian ekonomi global juga mendorong harga emas berfluktuasi. Adapun keterbatasan pasokan cabai merah membuat harga komoditas ini menanjak.
Dari sisi permintaan, karena banyak yang datang ke Jakarta, lalu pelongaran mobilitas karena tes antigen dan PCR tidak diwajibkan bagi pengguna transportasi, membuat sisi permintaan meningkat
Perubahan harga bulanan cabai merah tertinggi di Maret dibanding perubahan harga komoditas lainnya dengan angka 17,36 persen. Sementara itu, harga minyak goreng dalam kemasan yang masih tinggi, pasca-kebijakan penghapusan harga eceran pada Maret, hanya naik 3,93 persen.
Secara keseluruhan, sepuluh dari sebelas kelompok kebutuhan yang diukur mengalami inflasi. Hanya kelompok harga kebutuhan informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang tumbuh negatif 0,01.
Bhima Yudhistira, ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), saat dihubungi pada Jumat, menilai, gangguan ketersediaan pasokan barang kebutuhan masyarakat dan meningkatnya permintaan menjadi faktor inflasi di Maret.
”Dari sisi permintaan karena banyak yang datang ke Jakarta, lalu pelonggaran mobilitas karena tes antigen dan PCR tidak diwajibkan bagi pengguna transportasi, membuat sisi permintaan meningkat. Sebelumnya, (warga ekonomi) kelas menengah kelas atas menahan perjalanan, makan di luar rumah, atau berbelanja, sekarang uangnya mulai dibelanjakan lagi,” tuturnya.
Selain itu, faktor menjelang Ramadhan juga seperti tahun-tahun sebelumnya membuat masyarakat menyiapkan berbagai kebutuhan pokok, seperti pakaian jadi, aksesori, otomotif, dan gawai.
Terkait peningkatan mobilitas, Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo, mengatakan, sepekan terakhir, volume lalu lintas di Jakarta naik 10-15 persen. Hal ini terlihat di rute-rute menuju perkantoran, sekolah, serta pusat perbelanjaan.
”Beberapa perusahan kini sudah menerapkan WFO (work from office). Kemudian, peningkatan kegiatan masyarakat menjelang bulan Ramadhan, baik kegiatan belanja maupun kegiatan berkunjung atau silaturahmi. Tentu ini akan mengakibatkan peningkatan,” kata Sambodo di Jakarta, Kamis (31/3/2022).
Stabilitas pasar
Kenaikan harga komoditas pangan juga dipastikan kembali terjadi karena permintaan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri. Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) DKI Jakarta mencatat, kebutuhan pangan menjelang Ramadhan rata-rata meningkat 3,33 persen dan menjelang Idul Fitri rata-rata meningkat 7,34 persen.
Mereka pun memprediksi, kenaikan harga pangan berkisar 1,39 persen hingga 40,35 persen akan terjadi menjelang Idul Fitri. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan ketersediaan dan kebutuhan pangan strategis cukup dan aman untuk hari besar umat Islam yang akan jatuh pada April-Mei 2022 ini.
”Upaya Pemprov DKI Jakarta untuk menghadapi Idul Fitri 2022, antara lain, dengan menggelar pasar murah atau bazar, pendistribusian pangan subsidi untuk masyarakat tertentu, dan optimalisasi peran BUMD melalui kerja sama antardaerah-BUMD-BUMN-distributor untuk penyediaan dan pendistribusian bahan pangan,” kata Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta Suharini Eliawati dalam keterangan tertulisnya.
Ia mengatakan, stok kebutuhan pangan ada pada level cukup dan aman. Stok beras saat ini sebanyak 208.081 ton, daging sapi sebanyak 7.576 ton, daging ayam sebanyak 67.245 ton, telur ayam sebanyak 73.148 ton, cabai merah keriting sebanyak 8.679 ton. Lalu, cabai rawit merah sebanyak 7.110 ton, bawang putih sebanyak 5.444 ton, bawang merah sebanyak 19.894 ton, gula pasir sebanyak 16.796 ton, serta minyak goreng sebanyak 53.127 ton.
Stok itu diharapkan bisa lebih menstabilkan harga yang akan mengalami kenaikan harga. Cabai merah, misalnya, akan mengalami peningkatan harga sebesar 1,39 persen. Secara umum, harga komoditas cabai dan bawang akan lebih terjangkau dibandingkankan dengan Idul Fitri tahun lalu karena pasokan cukup baik.
Komoditas daging sapi, lanjut Eli, naik sebesar 16,85 persen akibat Pemerintah Australia lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri setelah pandemi Covid-19 mulai terkendali. Kondisi ini mengakibatkan tingginya biaya impor dan naiknya harga pakan sapi.
Sementara itu, peningkatan harga tertinggi terjadi pada komoditas minyak goreng curah sebesar 40,35 persen, bahkan minyak goreng kualitas premium mengalami kenaikan lebih dari 100 persen. Selain karena faktor kebijakan harga pemerintah pusat, berkurangnya frekuensi masuknya pasokan minyak goreng curah ke pasar tradisional jadi penyebabnya.
Untuk mengendalikan kondisi itu, Pemprov DKI Jakarta akan mendistribusian minyak goreng melalui penjualan minyak goreng di 92 gerai Perumda Pasar Jaya merek Garing kemasan 1 liter dengan harga Rp 20.000 dan kemasan 2 liter dengan harga Rp 40.000. Perumda Pasar Jaya juga berkolaborasi dengan BUMN Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) untuk menyalurkan 8.000 liter minyak goreng sejak Maret.
Lalu, operasi pasar minyak goreng oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia berupa minyak goreng kemasan merek Resto dalam kemasan 2 liter seharga Rp 14.000 per liter di Pasar Minggu sebanyak 200 karton dan di Pasar Palmerah sebanyak 250 karton. Kegiatan serupa juga dilakukan di Pasar Kramat Jati dalam bentuk penyaluran 5.000 kilogram minyak goreng curah.
”Kami juga menyediakan paket sembako oleh BUMD Pangan DKI yang di dalam paket tersebut berisi minyak goreng,” kata Eli.