Jelang Puasa dan Lebaran, DKI Siapkan Minyak Goreng Curah
Menjelang puasa dan Lebaran, BUMD pangan DKI memastikan stok pangan aman. Khusus minyak goreng kemasan, harga sangat tinggi sehingga Food Station akan melakukan operasi pasar minyak goreng curah.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjelang puasa dan Idul Fitri, Pemprov DKI Jakarta memastikan sebagian besar stok bahan pangan aman dan mencukupi. Kendala yang terjadi adalah pada minyak goreng, khususnya minyak goreng kemasan. DKI Jakarta persiapkan operasi pasar minyak goreng curah.
Direktur Perkulakan dan Retail Perumda Pasar Jaya Anugrah Esa dalam rapat kerja dengan Komisi B bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Rabu (23/03/2022) menjelaskan, menjelang puasa dan Idul Fitri, stok sejumlah komoditas bahan pangan dipastikan aman. Untuk Perumda Pasar Jaya yang mengelola pasokan cabai dan bawang merah, stok masih normal.
”Per Selasa kemarin, stok semua jenis cabai tercatat 83 ton. Itu di angka normal,” kata Esa.
Namun, kendala ada di minyak goreng kemasan karena harga sekarang sudah dilepas ke pasar. Minyak goreng kemasan di pasar tradisional harganya berkisar Rp 48.000-Rp 51.000 per 2 liter, per liternya Rp 23.000-Rp 26.000. ”Minyak goreng kemasan sekarang harganya tinggi. Kendala kita di minyak goreng kemasan,” ujar Esa.
Stok yang terjangkau yang ada di pasar-pasar adalah minyak goreng curah. Pasokan dilakukan oleh sejumlah produsen yang memegang kewajiban memasok pasar lokal dan sudah dilakukan di sejumlah pasar. Satu pasar, yaitu Pasar Cipinang, akan menjadi lokasi operasi pasar minyak goreng itu.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya Pamrihadi Wiraryo mengatakan, operasi pasar minyak goreng curah di Pasar Cipinang akan dilakukan pekan depan. Tahap pertama akan didatangkan 8.000 liter minyak goreng.
”Kita akan melakukannya seminggu sekali. Kita masih koordinasi dengan produsennya sekaligus untuk memastikan itu tidak mengganggu pedagang-pedagang beras yang ada di Cipinang,” ujarnya.
Kendati pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter, ada kemungkinan Food Station akan menjual lebih murah, Rp 13.500 per liter. Penjualan juga tidak akan dibatasi. Setiap pembeli bisa membeli hingga 19 liter.
”Kita belum melihat pembatasan itu sepanjang segmentasinya untuk rumah tangga. Kalaupun untuk pembelian besar paling 1 jeriken yang isi 19 liter itu,” ucap Pamrihadi.
Food Station menerapkan kebijakan itu karena sebagai salah satu BUMD ketahanan pangan bertugas memastikan ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga. ”Oleh sebab itu, kita berusaha untuk menjual di bawah harga pasar supaya sedikit demi sedikit pasar akan melunak dan mengikuti ritme BUMD pangan,” tuturnya.
Pabrik minyak goreng
Ketua Komisi B Ismail mengatakan, untuk minyak goreng saat ini kemampuan DKI Jakarta masih di aspek stok belum memproduksi. Ia menanyakan terobosan seperti apa yang akan diambil BUMD pangan DKI Jakarta untuk menjamin pasokan di Jakarta.
Pamrihadi menjelaskan, Food Station saat ini tengah menjajaki kerja sama dengan AgroJabar Jateng, yaitu untuk membuat pabrik minyak goreng. ”Kita belum memutuskan di mana rencananya karena baru melakukan pembicaraan awal. Minggu lalu kita lakukan. Nanti kita akan ada pembicaraan lanjutan di mana pabrik itu ditempatkan. Idealnya yang dekat pelabuhan, entah itu di Marunda, Jakarta, atau di Surabaya, atau di Kendal, Jawa Tengah,” paparnya.
Adapun untuk pembangunan pabrik minyak goreng itu, Pamrihadi mengatakan belum bisa memastikan apakah akan berbentuk kerja sama operasi (KSO) atau perusahaan gabungan (joint venture). Namun, untuk pasar minyak goreng, ia optimistis Food Station sudah memegang pasar minyak goreng itu.