Pascapelonggaran Perjalanan, Penumpang Melenggang Bebas Menuju Bali
Geliat pariwisata di Bali mulai terasa seiring dengan kebijakan pelonggaran perjalanan. Pelaku wisata berharap protokol kesehatan tetap dijalankan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI, ERIKA KURNIA
·6 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pelonggaran aturan perjalanan membuat aktivitas penumpang di bandara dengan lalu lintas padat, seperti Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten, dan Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali, mulai menggeliat. Penumpang yang biasanya dibebani kewajiban menunjukkan hasil negatif Covid-19 kini bisa melenggang bebas tanpa aturan tersebut. Pelaku wisata berharap wisatawan tetap menjaga protokol kesehatan.
Pantauan Kompas, suasana di terminal-terminal keberangkatan dan ruang-ruang tunggu Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Sabtu (19/3/2022) cukup ramai. Kondisi berbeda tampak di tempat-tempat pengetesan Covid-19. Tempat yang biasanya ramai dipadati calon penumpang tersebut hanya disinggahi oleh segelintir orang pada Sabtu siang.
Kondisi itu dipengaruhi oleh pelonggaran aturan perjalanan yang tertuang dalam Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19 Nomor 11 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri pada Masa Pandemi Covid-19. Selain itu juga adanya Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 21 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Pandemi Covid-19.
Melalui aturan yang berlaku sejak Rabu (9/3) itu, pemerintah resmi menghapuskan syarat tes usap bagi pelaku perjalanan yang telah melakukan minimal dua kali vaksin Covid-19. Kendati demikian, aturan itu tetap berlaku bagi pelaku perjalanan yang belum divaksin lengkap.
Pelonggaran aktivitas juga terlihat saat penumpang masuk menuju terminal dan ruang-ruang tunggu. Meski kode pindai Peduli Lindungi tersebar di beberapa titik, penumpang tidak terlihat melakukan pemindaian. Tidak ada petugas yang mengarahkan penumpang untuk memindai.
Petugas yang mengarahkan penumpang untuk mengisi atau mengecek status electronic health alert card (e-HAC) di aplikasi Peduli Lindungi juga tidak ada. Padahal, mulai awal Maret, pemerintah menetapkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh penumpang penerbangan domestik untuk mengisi e-HAC sebelum keberangkatan. Saat mengisi e-HAC, pelaku perjalanan harus memasukkan rute perjalanan angkutan yang dipakai dan identitas pribadi, seperti nomor KTP. Dari situ, status vaksiansi dan tes Covid-19 penumpang diverifikasi.
Tidak bermasker
Di ruang tunggu bandara, penumpang juga tampak berjubel. Mereka duduk berdekatan tanpa menghiraukan aturan menjaga jarak. Meski kewajiban memakai masker masih berlaku, sebagian penumpang terlihat tidak mengenakan masker dan bebas berada di di ruang tunggu ataupun di dalam pesawat.
”Tadi dari awal masuk sampai mau naik pesawat lancar saja tidak ada kewajiban scan Peduli Lindungi, tidak ribet. Kemungkinan karena sekarang ini dianggap sudah aman, jadi, ya, bebas saja,” kata Salma (23), penumpang tujuan Bali.
Salma yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta Selatan itu mengaku sudah lebih dari dua tahun tidak pulang kampung ke Bali. Alasannya, ia khawatir dengan kondisi penyebaran Covid-19. Sejak aturan perjalanan dilonggarkan, Salma baru merasa yakin untuk pulang kampung.
Suasana serupa terlihat di terminal kedatangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali. Penumpang pesawat yang baru tiba bisa segera keluar, setelah atau tanpa mengambil bagasi. Di sana tidak terlihat poster kode respons cepat Peduli Lindungi untuk penumpang yang akan meninggalkan Bandara.
Kembali kunjungi Bali
Pelonggaran aturan perjalanan membuat masyarakat kembali percaya diri untuk berkunjung ke Pulau Bali, baik untuk pulang ke kampung halaman, bekerja, maupun berlibur.
Tika (32), salah satu penumpang, mengaku baru pertama kali terbang selama pandemi terjadi. Pada Sabtu, Tika terbang ke Bali untuk mengikuti kegiatan kantornya. Menurut rencana, ia akan tinggal di Bali selama lebih kurang seminggu. ”Saya ada acara gathering bersama rekan kerja di kantor,” kata perempuan yang bekerja di Jakarta ini.
Penumpang lain, Rony (24), pun kembali ingin mencicipi Bali setelah adanya aturan naik pesawat tanpa tes Covid-19. Sebelumnya, ia ke Bali pada Januari 2022. Saat itu, ia menghabiskan waktu beberapa minggu untuk urusan pekerjaan. Selama di Bali, ia berpindah-pindah dari satu wilayah ke wilayah lain.
”Bali sudah mulai ramai sih, tetapi masih relatif tenang. Saya senang ke Bali karena cari suasana alamnya, terutama pantai sama lautnya. Terakhir ke Pantai Amed (di Karangasem), di situ bagus banget buat snorkeling,” tutur pemuda yang bekerja sebagai manajer artis tersebut.
Masyarakat di Bali menuturkan, meski belum pulih, kondisi saat ini terbilang lebih ramai dari biasa. Hal itu diduga karena saat ini sedang berlangsung ajang internasional MotoGP di Mandalika, di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Antusiasme masyarakat untuk terbang ke Bali membuat tiket pesawat banyak dicari. Momentum itu membuat harga tiket pesawat ke Bali lebih tinggi dari biasanya.
Rony mengatakan, dirinya membeli tiket Jakarta-Bali seharga Rp 1,1 juta, tiga hari sebelum keberangkatan. Harga itu hampir dua kali lipat dibandingkan tiket sekali jalan yang ia beli pada awal tahun, yaitu sekitar Rp 700.000. ”Sekarang lebih mahal, mungkin karena ramai orang mau transit ke Bali untuk ke Lombok,” ujarnya.
Saya setuju dengan adanya pelonggaran. Jadi, pariwisata bisa bangkit lagi. Namun, protokol kesehatan, seperti pakai masker, tetap perlu dilakukan.
Priya Ardi Wibowo (28), sopir salah satu perusahaan taksi di Bali juga melihat kunjungan turis lebih ramai bersamaan dengan pekan penyelenggaraan MotoGP. Menurut dia, banyak penonton yang mampir ke Bali untuk menyeberang dengan kapal ke Lombok.
Acara di pulau tetangga Bali itu juga membuat jumlah kedatangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, meningkat drastis pada Jumat dan Sabtu (18-19/3) dibandingkan dengan hari yang sama di pekan sebelumnya.
Jumlah kedatangan penumpang internasional tercatat naik hampir 70 persen menjadi 1.636 orang. Sementara itu, jumlah penumpang domestik meningkat 106 persen menjadi 22.593 orang.
Sebelum adanya pelonggaran aturan perjalanan, jumlah kedatangan turis di Bali pun sudah mulai meningkat secara signifikan. Bandara Internasional Ngurah Rai mencatat, selama Februari 2022, bandara itu melayani 387.574 penumpang. Jumlah itu naik 148 persen dibandingkan Februari 2021, dengan rincian 192.080 penumpang berangkat dan 195.494 penumpang datang.
Herry A Y Sikado, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, mengatakan, pergerakan penumpang selama Februari 2022 tersebut disokong oleh kenaikan lalu lintas penerbangan domestik yang naik 57 persen. Selain itu, penerbangan internasional juga mulai tumbuh sejak dibukanya koridor penerbangan menuju Bali. Tercatat, sebanyak 3.098 penumpang datang ataupun berangkat dengan 94 pesawat udara.
”Kami optimistis dengan mulai dibukanya kembali koridor penerbangan internasional menuju Pulau Bali, sektor aviasi dan pariwisata dapat pulih kembali sehingga dapat pula membangkitkan sektor ekonomi Bali yang dominan masyarakatnya bergerak di bisnis pariwisata,” katanya dalam keterangan tertulis pada awal Maret 2022.
Meski demikian, para pelaku pariwisata, seperti Ardi, mengharapkan, turis tetap mematuhi protokol kesehatan walau sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19, seperti memakai masker yang menurut dia sering diabaikan turis asing. Ia pun selalu menyediakan masker cadangan untuk penumpang taksinya yang tidak bermasker.
Sejalan dengan aturan perusahaan, ia juga melakukan disinfeksi di mobil setelah mengantar penumpang demi keamanan dirinya dan penumpang-penumpangnya.
”Saya setuju dengan adanya pelonggaran, jadi pariwisata bisa bangkit lagi. Namun, protokol kesehatan, seperti pakai masker, tetap perlu dilakukan. Intinya kita berusaha saling menjaga saja supaya pariwisata bisa jalan lagi,” tuturnya.