Ada dua patung dari Rusia dan Ukraina yang ditempatkan di dua taman di Jakarta. Kedua negara itu tengah berperang, tetapi dua karya seni tersebut justru menandai persahabatan, kerja sama, dan perdamaian.
Oleh
ILHAM KHOIRI, ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Jakarta memiliki dua patung yang relevan dengan situasi kekinian, masing-masing dari Rusia dan Ukraina. Selain menandai hubungan baik dengan Indonesia, karya seni itu juga mencerminkan penghargaan atas peradaban manusia. Terselip pesan damai di tengah kecamuk perang antardua negara itu.
Pertama patung Anna Yaroslavna (populer sebagai Anne de Kiev) yang mempercantik Taman Cattleya di Kemanggisan, Jakarta Barat. Kedua, patung Yuri Gagarin yang berdiri gagah di Taman Mataram, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Di Taman Cattleya yang hijau, Rabu (9/3/2022), patung gadis kecil Anna yang bermahkota rangkaian kembang dan mendekap buku tampak molek. Beberapa pengunjung serius memperhatikan karya itu. ”Kasihan anak-anak dan warga di sana. Kalau enggak salah, WNI juga ada yang masih terjebak di sana. Gimana kalau (perang) itu terjadi sama kita di sini,” kata Winda, warga Duri Kepa, Jakarta Barat, setelah mengetahui patung itu dari Ukraina.
Patung setinggi 140 sentimeter itu dipahat oleh Konstantin Skrytutski sebagai replika atas patung aslinya di Ukraina. Anna (1032-1075) adalah perempuan terpelajar sekaligus permaisuri Perancis yang mendampingi Henry I dan Wali Raja untuk putranya, Phillip I.
Karya seni pahat itu merupakan hadiah dari kota Kiev kepada Jakarta saat berulang tahun ke-492 pada 2019. Wakil Wali Kota Kiev Khonda Maryna dan Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Volodymyr Pakhil langsung menyampaikannya kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota Jakarta saat itu.
”Patung ini bukan hanya menjadi simbol sister city, melainkan juga membawa misi perdamaian dunia,” kata Yudi Hermawan, Kepala Bagian Kerja Sama Luar Negeri Biro Kerja Sama Daerah Provinsi DKI Jakarta, saat dihubungi per telepon.
Bergeser ke Taman Mataram, patung Yuri Gagarin—kosmonot pertama yang ke luar angkasa dengan wahana penjelajah Vostok I pada 1961—berdiri gagah dengan merentangkan kedua tangan. Karya ini ditempatkan di situ sejak 2021 sebagai hadiah dari Rusia. Penanda ilmu pengetahuan dan teknologi negeri itu dalam menjelajah luar angkasa.
Kehadiran Yuri memperingati hubungan bilateral Indonesia-Rusia ke-70 tahun sekaligus kerja sama sister city Jakarta-Moskwa sejak 2006, seperti dikutip dari siaran pers PPID Provinsi DKI Jakarta. Persahabatan Rusia-Indonesia telah dijalin sejak masa Soekarno. Saat itu, Duta Besar Federasi Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva berharap patung tersebut bisa menjadi simbol persahabatan di masa depan.
Selain dua patung tersebut, Jakarta juga memiliki sejumlah patung menarik. Menurut kurator seni rupa dari Yogyakarta, Kuss Indarto, sebagian patung di Ibu Kota dari masa awal kemerdekaan memiliki ciri realisme sosialis, sebagaimana berkembang di negara-negara Eropa Timur dan Soviet (saat itu). Gaya ini cenderung memperlihatkan pemberdayaan kekuatan rakyat. Contohnya, patung Tugu Tani, sebagai hasil diskusi Soekarno dengan semacam ketua asosiasi pematung Soviet yang datang, lalu pulang, dan kembali lagi membawa Tugu Tani ke Jakarta.
”Bung Karno pernah punya mimpi museum seni rupa level dunia tahun 1950-an dan seniman keturunan Rusia juga pernah menyumbangkan karyanya sampai sekarang ada di Museum Nasional,” kata Kuss.
Ada juga tiga patung monumental dan menjadi landmark Ibu Kota sampai sekarang. Di Bundaran Hotel Indonesia, berdiri patung Selamat Datang, lelaki dan perempuan setinggi 6 meter, yang dibuat dalam rangka menyambut kontingen Asian Games 1962. Patung Pembebasan Irian Barat (sosok tengah melepaskan rantai di dua tangan) di Lapangan Banteng menandai pembebasan wilayah itu. Patung Dirgantara di Pancoran, yang menggambarkan lelaki mengacungkan tangan ke atas, untuk mencitrakan kehebatan udara kita. Ketiga patung itu rancangan Edhi Soenarso atas permintaan dari Presiden Soekarno.
Peneliti dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Mikke Susanto, menyebut patung sebagai monumen ingatan. Kota harus dianggap sebagai kanvas besar, di dalamnya terdiri atas banyak obyek. Jika kota tak memiliki monumen, bisa diartikan bahwa kota tersebut tak memiliki penanda historis, ikon, atau fenomena. Patung menandai dinamika kota dan penduduknya.
Kembali ke patung Anne de Kiev dan Yuri Gagarin, apa makna penting dari dua karya seni itu saat kondisi sekarang?
Jelas, ada tanda hubungan baik antara Indonesia dengan Rusia dan Ukraina, juga pesan persahabatan serta perdamaian. Namun, kini dua negara itu justru tengah berseteru. ”Hubungan ruang-waktu bergerak dinamis seiring terjadinya berbagai hal di masa kini,” kata Mikke.