Adhi Karya memastikan, pekerjaan fisik untuk konstruksi depo LRT Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, sudah 72,48 persen. Sementara pekerjaan stasiun sudah mencapai 67,50 persen. Anggaran terserap Rp 950 miliar.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Adhi Karya memastikan, sampai dengan 25 Februari 2022, pembangunan fisik depo LRT Jabodebek di Jatimulya, Bekasi Timur, sudah mencapai 72,48 persen. Pekerjaan tersisa ditargetkan bisa rampung menjelang peluncuran pada Agustus 2022.
Project Manager Depo LRT Jabodebek PT Adhi Karya Hastomo Adi saat kunjungan lapangan ke depo LRT Jabodebek, Kamis (10/3/2022), menjelaskan, untuk pekerjaan depo LRT Jabodebek sampai dengan 25 Februari 2022 sudah mencapai 72,48 persen. Dengan kemajuan itu, disebutkan manuever track dan transfer track telah selesai dikerjakan. Gedung pengendali utama atau operation control center (OCC) siap diserahterimakan ke PT KAI untuk persiapan operasi.
Di lapangan, terlihat pekerjaan lantai untuk stabling atau tempat parkir kereta, lantai di gedung perawatan ringan kereta, juga lantai untuk jalur manuver sudah selesai. Seiring gedung OCC sudah siap, gedung untuk perawatan ringan masih dalam proses. Akses di dalam kawasan depo juga masih dalam penyelesaian.
Hastomo melanjutkan, secara keseluruhan, infrastruktur untuk depo LRT Jabodebek dibangun sebagai konstruksi melayang atau elevated. Itu karena lahan untuk depo yang seluas 100.000 meter persegi itu diapit Kali Malang di sisi utara dan jalan tol di sisi selatan.
Lalu area itu awalnya adalah lahan untuk penampungan air. Dengan dibangun sebagai konstruksi melayang, maka fungsi area sebagai tempat penampungan air tidak berubah.
Kami optimistis, dalam waktu tersisa yang empat bulan ini bisa mengejar penyelesaian depo tepat saat peluncuran di Agustus 2022
Fasilitas lain yang ada di area depo itu juga ada track dari stasiun terakhir, yaitu Stasiun Jatimulya untuk menuju atau masuk depo, atau keluar dari depo menuju Stasiun Jatimulya. Akses ini dilengkapi dengan alat pencuci kereta.
Adhi Karya masih dalam proses koordinasi dengan Komite Keselamatan Jalan dan Jembatan (KKJJ) Kementerian PUPR untuk dilakukan pengujian atas kualitas konstruksi layang.
”Kami optimistis, dalam waktu tersisa yang empat bulan ini bisa mengejar penyelesaian depo tepat saat peluncuran di Agustus 2022,” kata Hastomo.
Achmad Nurrohman, Manajer Biro Keuangan Departemen Perkeretaapian PT Adhi Karya yang turut memberikan paparan menjelaskan, pada pekerjaan LRT Jabodebek, PT Adhi Karya mengerjakan depo dan 17 stasiun. Total anggaran yang diperlukan sebesar Rp 4,2 triliun.
Anggaran sebesar itu dipenuhi Rp 1,3 triliun dari penyertaan modal negara (PMN). Sisanya, Adhi Karya mencari anggaran melalui sindikasi perbankan. Dari sindikasi perbankan dari Bank Mandiri, BNI, Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, dan Bank Pembangunan Daerah Papua, Adhi Karya mendapatkan penganggaran Rp 2,395 triliun.
”Sampai saat ini dengan kemajuan pekerjaan fisik 72,48 persen untuk depo dan 67,50 persen untuk pekerjaan stasiun, kami sudah menyerap anggaran Rp 950 miliar,” kata Achmad.
Dengan pendanaan sindikasi perbankan, menurut Achmad, mekanisme pembayaran yang dilakukan adalah begitu pekerjaan selesai. ”Saat ini kita sudah menyerap anggaran hampir separuhnya dengan kemajuan fisik stasiun 67,50 persen dan depo 72,48 persen,” kata Achmad.
Dalam peninjauan lapangan itu, perwakilan perbankan yang bersindikasi memberikan pendanaan juga turut hadir. Mereka ingin melihat langsung progres atau kemajuan fisik depo dan stasiun.
Untuk stasiun, seperti yang terlihat di Stasiun Pancoran, sampai pekan ini dalam proses pekerjaan akses naik dan turun stasiun. Pemasangan platform screen door (PSD) atau pintu pengaman peron segera dikerjakan bersama Stasiun Ciliwung dan Stasiun Dukuh Atas, sementara untuk stasiun lainnya PSD sudah dipasang.
Untuk aksesibilitas itu, selain tangga naik-turun, juga akan ada lift, serta perapihan trotoar di sekitar stasiun. ”Pekerjaan serupa untuk aksesibilitas juga terlihat di stasiun-stasiun lainnya,” ujar Achmad.