Kemiskinan yang Melatari Pencurian Kotak Amal Berulang
Perilaku menyimpang, seperti pencurian kotak amal, terjadi karena berbagai hal. Dari pemberitaan, sejak 1980-an sampai kini, kejahatan itu terus berulang. Akar masalahnya, masih ada kemiskinan akut di tengah masyarakat.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
Pencurian kotak amal. Kejahatan yang tampak sepele, tetapi terjadi di banyak daerah. Pelakunya tunggal atau komplotan. Ada yang sekali beraksi, ada pula yang berulang kali.
Motifnya beragam, mulai dari kepepet hingga mabuk-mabukan. Tak jarang pelakunya babak belur dihakimi massa yang gemas.
Selasa (8/3/2022), Polres Serang Kota menangkap MIN (20) yang sudah lima kali mencuri kotak amal di berbagai masjid. Kali terakhir, aksinya terekam kamera pemantau (CCTV) Masjid Al Itihad, Desa Sukamanah, Minggu (27/2/2022).
Pemuda itu datang ke masjid menggunakan sepeda motor. Seusai parkir, ia melenggang ke dalam masjid dan mengambil kotak amal. Kotak tersebut dicongkel memakai obeng sebelum menggasak isinya sebanyak Rp 500.000.
”Sudah empat kali mencuri kotak amal sebelum ditangkap. Perbuatannya terancam hukuman tujuh tahun penjara,” tutur Kapolres Serang Kota Ajun Komisaris Besar Maruli Achilles Hutapea, Rabu (9/3/2022).
Pencurian kotak amal masuk dalam pemberitaan setidaknya mulai 1980-an. Edy Santoso (25) yang kepepet menyikat dana amal Masjid Al-Qudus di Desa Kraden, Sukoharjo. Uang Rp 15.000 diambilnya dan disimpan di balik baju serta topinya (Kompas, 16 Februari 1987).
Bahkan, aksi pencurian kotak amal dilakukan komplotan serta berulang, seperti yang dilakukan Mulyadi (30) dan Topan (16). Mereka adalah dua orang dari 10 anggota komplotan yang mencuri uang dari kotak amal sebuah tempat ibadah di Penjaringan, Jakarta Utara. Dalam sidang pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rabu (7/5), terungkap, pencurian dilakukan berulang kali sepanjang November 2002 hingga awal Januari 2003. Pengurus tempat ibadah itu memperhitungkan kerugian mencapai sekitar Rp 5 juta (Kompas, 8 Mei 2003).
Aksi pencurian kotak amal pun tak hanya menyasar tempat ibadah. Celengan kotak amal penggalangan dana untuk korban erupsi Gunung Merapi di Jalan Panembahan Senopati, Yogyakarta, juga banyak yang dicuri, seperti terlihat pada Selasa (14/12). Celengan itu, menurut rencana, akan dipecahkan dan diserahkan melalui Palang Merah Indonesia (Kompas, 15 Desember 2010).
Orang miskin tak bisa makan atau penuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka gelap mata, lihat ada kesempatan, ada kotak amal, bisa dicuri dengan berbagai cara.
Adrianus Meliala, kriminolog dari Universitas Indonesia, menuturkan, pencurian kotak amal, khususnya di tempat ibadah, terjadi karena banyak kesempatan. Apalagi orang yang datang ke tempat ibadah selalu diasumsikan berperilaku baik.
”Ada kesempatan, maka kejahatan terjadi. Di lingkungan rumah ibadah, kan, orang diasumsikan berperilaku baik. Kalau begitu, kesempatan untuk berbuat jahat yang perlu ditutup,” ucapnya yang dihubungi terpisah.
Kemiskinan akut
Perilaku menyimpang, seperti pencurian kotak amal, terjadi karena berbagai alasan dan motif. Akar masalah sehingga kejahatan itu terus langgeng sekalipun di era kekinian ialah kemiskinan yang melanda masyarakat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terakhir kali ekonomi Indonesia tumbuh negatif pada triwulan I-1999, yakni minus 6,13 persen, sedangkan pada triwulan II-2020, perekonomian Indonesia tumbuh minus 5,32 persen secara tahunan. Pada Maret 2020, ada 26,42 juta orang miskin di Indonesia.
Selain bertambah karena dampak pandemi, masyarakat yang terjebak dalam kemiskinan selalu ada sejak berpuluh tahun lalu di Indonesia. Bahkan, Indonesia masih masuk kategori negara berpendapatan rendah hingga menengah. Kesejahteraan masih jauh di angan sebagian warga yang kurang mampu.
Rakhmat Hidayat, sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta, menyebutkan, banyak masyarakat hidup dalam kemiskinan. Angkanya bertambah karena pandemi Covid-19. Selagi kemiskinan tidak dituntaskan, kejahatan seperti pencurian kotak amal akan terus terjadi.
”Orang miskin tak bisa makan atau penuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka gelap mata, lihat ada kesempatan, ada kotak amal, bisa dicuri dengan berbagai cara,” ucapnya.
Selain menanggulangi kemiskinan, Rakhmat juga menyarankan pengurus tempat ibadah untuk bisa semakin proaktif dalam kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi. Bukan hanya kegiatan religius saja sehingga bisa meminimalkan perilaku menyimpang di tengah masyarakat.