Pendataan Rumah Rusak akibat Banjir di Kota Serang Belum Rampung
Pemkot Serang di Banten akan memberikan bantuan uang tunai Rp 5 juta untuk pemilik rumah rusak ringan, Rp 10 juta untuk rusak sedang, dan Rp 15 juta untuk rusak berat karena banjir.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Pemerintah Kota Serang, Banten, masih merampungkan pendataan rumah rusak akibat banjir yang melanda nyaris seluruh kota pada Selasa (1/3/2022). Rencananya pemilik rumah berdasarkan data nama dan alamat itu akan menerima bantuan Rp 5 juta hingga Rp 15 juta sesuai tingkat kerusakan.
Dana bantuan berasal dari belanja tidak terduga, yakni pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kota Serang Nofriady Eka Putra menyebutkan, tim menyurvei titik banjir selama lima hari. Saat ini masih merekap data rumah rusak ringan, sedang, dan berat berdasarkan nama dan alamat.
”Masih direkap. Nanti setelah selesai akan koordinasi dengan bagian hukum dan Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah untuk mekanisme bantuan melalui anggaran belanja tidak terduga,” tuturnya, Senin (7/3/2022).
Baca juga: Tiga Penyebab Banjir yang Sempat Melumpuhkan Serang
Pemkot Serang akan memberikan bantuan uang tunai bagi warga yang rumahnya rusak karena banjir. Besaran bantuan adalah Rp 5 juta untuk rumah rusak ringan, Rp 10 juta untuk rusak sedang, dan Rp 15 juta untuk rusak berat.
Nofriady menambahkan, sampai saat ini belum ada instruksi lanjutan mengenai mekanisme penyaluran bantuan. Lumrahnya penyaluran bantuan dalam bentuk barang atau material.
Situasi banjir
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Serang melaporkan hingga Senin (7/3/2022), banjir di 91 lokasi sudah surut. Sebanyak 4.573 rumah dan 3.106 KK atau 15.570 jiwa terdampak, serta 21 jembatan rusak, longsor di dua titik, dan pohon tumbang di empat lokasi.
Selain itu, 5 warga meninggal dunia, 9 rumah hanyut oleh terjangan banjir, 7 rumah roboh, dan 4 rumah rusak berat. Adapun kebutuhan mendesak yang diperlukan warga terdampak berupa makanan, pakaian, selimut dan alas tidur, perlengkapan mandi, dan air bersih.
Pemkot Serang menetapkan pemulihan pascabanjir berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Serang Nomor 366/Kep.109.Huk/2022. Masa transisi berlangsung selama 60 hari sejak Minggu (6/3/2022).
Kepala BPBD Kota Serang Diat Hermawan menuturkan, penanggulangan banjir fokus pada perbaikan sarana dan prasarana, seperti jaringan jalan, jembatan, irigasi, dan rumah. Kemudian perbaikan utilitas komunikasi, listrik, air bersih, air minum, gas, dan limbah atau sanitasi.
”Titik banjir sudah surut. Sekarang fokus perbaikan sarana dan prasarana terdampak yang rusak ringan hingga berat,” katanya.
Banjir setinggi puluhan sentimeter hingga 5 meter yang melanda nyaris seluruh Kota Serang terjadi karena tingginya curah hujan, limpasan air dari Bendungan Sindangheula di Kabupaten Serang, dan penyempitan daerah aliran Sungai Cibanten.
Bendungan Sindangheula yang berdaya tampung 9,3 juta meter kubik kelebihan air sebanyak 2 juta meter kubik lantaran curah hujan mencapai 243 milimeter. Kelebihan air tersebut mengalir ke daerah aliran Sungai Cibanten yang menyempit, terutama di kawasan hilir.
Baca juga: Kala Ulang 200 Tahun di Balik Banjir Serang
Lokasi penyempitan daerah aliran Sungai Cibanten antara lain di Kaujon, Kubang, Sempu, Pasar Lama, dan Banten. Bahkan, terdapat bangunan liar yang berdiri di badan sungai.
Pantauan di beberapa lokasi, bangunan-bangunan berdiri di kiri dan kanan bantaran Sungai Cibanten di Kaujon. Akibatnya, lebar sungai yang seharusnya lebih dari 5 meter berkurang menjadi 3 meter karena tumpukan tanah dan sedimentasi.
Pemandangan serupa juga terjadi di Kampung Jabang Bayi, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Banjir menyapu dua rumah panggung hingga tersisa pilar-pilar beton yang patah dan satu rumah lainnya bergeser dari posisi semula dan miring.
Selain bangunan, banyak tumpukan sampah di pinggir jalan, tepi, dan badan Sungai Cibanten. Tumpukan itu lambat laun menjadi gundukan yang mengurangi lebar sungai. Salah satunya di bawah Jalan Tol Serang-Merak dan jembatan penyeberangan kawasan Kasemen.