DPRD Bertanya-tanya Anggaran Bangun Trek Formula E Nambah Rp 10 Miliar
Pengerjaan lintasan balap Formula E sudah 52 persen pekan ini. Anggaran membengkak Rp 10 miliar menjadi Rp 60 miliar. Perencanaan dinilai DPRD DKI Jakarta tidak matang.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Anggota DPRD DKI Jakarta mempertanyakan pembengkakan Rp 10 miliar anggaran pembangunan lintasan Formula E menjadi Rp 60 miliar. Pembengkakan anggaran di tengah pembangunan yang sedang berjalan ini menambah panjang "daftar tanya" persiapan balapan itu.
“Bisa membengkak itu bagaimana ceritanya? Kontrak itu sudah ada kesepakatan awal, kesepakatan awalnya gimana? Kok tiba tiba dalam perjalanan, begitu sudah dikerjakan ada pembengkakan biaya yang tidak masuk akal begitu?” tanya Ketua Fraksi PDI Perjuangan yang juga anggota Komisi A DPRD DKI Gembong Warsono, Senin (7/3/2022).
Ia pun mempertanyakan kontrak pengadaan yang dilakukan antara PT Jakarta Propertindo dan PT Jaya Konstruksi untuk pengerjaan lintasan Formula E.
Menurut Gembong, kalaupun ada pekerjaan baru di luar kontrak awal, seharusnya dilakukan lelang baru. “Karena kontrak pertama Rp 50 miliar, ketika ada tambahan biaya, tidak bisa sekadar nambah,” kata Gembong.
Dengan penambahan anggaran pengerjaan sirkuit sebesar Rp 10 miliar, Gembong mengingatkan, dana yang digunakan untuk mengerjakan sirkuit adalah uang rakyat. Seharusnya pembiayaan dilakukan sesuai mekanisme.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro) Widi Amanasto menyatakan, anggaran diambilkan dari rencana kerja dan anggaran PT Jakpro tahun 2022.
Di sisi lain, Pemprov DKI Jakarta menyatakan tidak ada persoalan dengan pembengkakan anggaran demi lintasan balap Formula E di Pantai Karnaval, Ancol, Jakarta Utara, itu. Penambahan anggaran karena sirkuit dibuat permanen dan lebih baik. "Agar bisa digunakan untuk kegiatan berikutnya dan lainnya. Kali ini tanggung jawab Jakpro untuk memastikan dibuat sebaik mungkin, untuk memenuhi standar yang ada,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Senin siang, di Balai Kota DKI Jakarta.
Untuk pengerjaan lintasan balap sepanjang 2.400 meter itu, lanjut Ahmad Riza, saat ini sudah proses pengaspalan. Targetnya, pengaspalan selesai April 2022.
Anggota Komisi B bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menegaskan, sejak awal, rencana perhelatan ini sudah kacau karena perencanaan yang tidak baik dan kurang matang. Itu bisa dilihat dari keputusan awal yang menetapkan balapan akan digelar di Monas. Belakangan baru diketahui tidak boleh, lalu dalam waktu mendesak diputuskan di Ancol.
“Saat keputusan Ancol diambil, ternyata uji struktur tanah belum kelar. Ini membuat anggaran bengkak. Mereka tergesa-gesa dan tanpa perencanaan matang,” kata Simanjuntak.
Senada dengan Simanjuntak, Gembong menegaskan, pembengkakan anggaran itu lagi-lagi menunjukkan perencanaan Jakpro tidak matang. “Kalau kita merencanakan sesuatu, kemudian dalam perjalanan terjadi pembengkakan yang luar biasa menjadi sebesar Rp 60 miliar, artinya perencanaan dari Jakpro tidak melalui perencanaan yang matang," kata dia.
Hal lain yang membuat Gembong yakin perencanaan tidak matang adalah ketika pengerjaan lintasan balap dilakukan di musim dimana hujan masih sering turun. Hal itu membuat jadwal pengerjaan mundur dari target, yang semula dijadwalkan 28 Maret 2022 bisa tuntas, mundur menjadi awal April.
Simanjuntak menambahkan, dengan pengerjaan seperti itu, ia meyakini, kualitas pekerjaan yang dihasilkan akan dibawah kualitas pekerjaan yang memang direncanakan dengan baik. “Ini akan bermasalah terus di zona yang dibangun memakai kayu dan bambu,” jelas Simanjuntak.
Dalam peninjauan lapangan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M Taufik, Minggu (6/3), Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Widi Amanasto yang hadir bersama Ari Wibowo selaku Penanggung Jawab Proyek Lintasan Formula E Jakarta menerangkan, lintasan balap dijadwalkan rampung awal April 2022. Hal itu utamanya karena kendala cuaca yang sering hujan saat pengerjaan. Sementara anggaran pengerjaan lintasan menjadi Rp 60 miliar. Itu di luar pengerjaan tribun, grand stand, pembatas lintasan, ataupun kelengkapan sirkuit.
Sementara, dari paparan PT Jaya Konstruksi pada peninjauan 23 Februari 2022, diketahui, sekitar 40 persen dari sirkuit yang dibangun memiliki struktur tanah lunak. Konsekuensinya, perlu perlakuan khusus pada konstruksinya.