Persiapan balapan Formula E di Jakarta berkejaran dengan waktu yang tersisa, kurang dari 100 hari. Penyelenggaraan ajang internasional ini jadi pertaruhan besar di tengah beragam kendala saat ini.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
Persiapan balapan Formula E di Jakarta berkejaran dengan waktu yang tersisa, kurang dari 100 hari. Penyelenggaraan ajang internasional ini jadi pertaruhan besar di tengah beragam kendala saat ini.
Hujan deras pada Rabu (23/2/2022) sore tak menyurutkan para pekerja yang membangun lintasan balap Formula E di Ancol, Jakarta Utara. Sebagian memadatkan tanah menggunakan alat berat, sebagian lagi meratakan tanah.
”Inilah zona lima. Pada Desember 2021, areał ini masih berupa lahan berumput. Sekarang sudah dibongkar dan tengah dipadatkan dengan perlakuan konstruksi untuk menjadi lintasan,” kata Gunung Kartiko, Vice Managing Director Formula E Jakarta 2022 PT Jakarta Propertindo.
Menurut Gunung, zona lima merupakan zona terumit dari calon sirkuit Formula E. Seperti dijelaskan Ari Wibowo selaku penanggung jawab proyek sirkuit Formula E dari PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, untuk memudahkan pengerjaan lintasan balap Formula E, area pekerjaan dibagi ke dalam lima zona. Zona satu hingga empat relatif aman, sedangkan zona lima memerlukan perlakuan konstruksi dalam pemadatan tanah dan pengerasan.
”Ini dulu area penimbunan lumpur-lumpur hasil pengerukan sungai dan danau di Jakarta. Tanahnya lunak,” kata Gunung.
Itu sebabnya mengerjakan zona lima tidak bisa asal menimbun. Setelah timbunan endapan yang tingginya mencapai 2,5-3 meter itu dibersihkan dan didapatkan lapisan tanah yang agak keras, untuk memperkuat struktur dipasanglah dolken atau batang-batang kayu galam yang ditanam di dalam tanah. Di atas batang-batang kayu itu kemudian dilapisi dengan anyaman bambu yang menjadi alas saat batu kapur dihamparkan.
Di atas batu kapur, lalu digelar semacam karpet penahan air atau geotextile. Ini menjadi alas dari lapisan A dan lapisan B yang berupa batuan yang dihamparkan di atasnya sebelum kemudian diaspal.
Pengerjaan sirkuit terus dikebut melibatkan ratusan pekerja dalam tiga sif.
”Ada tiga sif pekerjaan, hujan pun tetap bekerja, dengan jumlah pekerja 300-400 orang dan akan terus ditingkatkan,” kata Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Widi Amanasto
Kendala konstruksi
Pengamat perkotaan dari Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, secara terpisah, Jumat (25/2/2022), mengatakan, melihat lokasi dan kondisi selama pembangunan lintasan balap Formula E, ada banyak kendala yang dihadapi. Dari aspek kondisi, saat ini Jakarta memasuki puncak musim hujan.
Secara teknis, pekerjaan konstruksi, seperti pemadatan tanah dan pembetonan, justru kurang ideal dilakukan sekarang. Pekerjaan konstruksi seperti itu membutuhkan suasana atau musim kemarau dengan sinar matahari berlimpah. ”Secara konstruksi, kontraktor sudah biasa. Namun, kendala alam itu tidak bisa dilawan,” kata Nirwono.
Kendala kedua adalah soal waktu. Demi balapan yang dijadwalkan berlangsung pada 4 Juni 2022, kontraktor diberi waktu 54 hari untuk membangun lintasan, dari 3 Februari sampai dengan 28 Maret 2022. Kontraktor memobilisasi alat-alat berat dan tenaga kerja ke lokasi demi mengejar lintasan selesai tepat waktu.
”Sebagus apa pun pekerjaan, kalau itu dikebut, dikerjakan dengan terburu-buru, pasti kualitas bisa dikatakan tidak 100 persen ideal,” kata Nirwono.
Di sini, kontraktor mesti memperhitungkan kembali kualitas pekerjaan. Nirwono menyarankan kontraktor segera melaporkan kepada pihak terkait, terutama Gubernur DKI Jakarta, terkait kendala alam dan waktu yang tidak bisa ditawar. Juga meminta kepada Pemprov DKI agar memundurkan waktu balapan satu atau dua bulan demi mendapatkan lintasan yang berkualitas.
”Apabila tetap dipaksakan selesai pada akhir Maret, malah justru riskan. Sebab, ini bukan masalah penampilan selesai secara fisik, tetapi bagaimana kualitasnya. Kekuatan tanah yang lunak perlu perlakuan khusus, artinya perlu waktu. Sementara suasana sedang musim hujan yang artinya sedang banyak air,” katanya.
Nirwono juga mengingatkan, lokasi pembangunan sirkuit di Ancol Timur awalnya merupakan pembuangan lumpur endapan sungai dan danau, kualitas tanahnya tidak bagus. Begitu konstruksi selesai, akan ada jeda waktu hingga balapan. Selama jeda waktu, pasti penyelenggara akan melakukan uji coba hingga pembangunan sarana pendukung. Dengan kualitas tanah yang kurang bagus, penurunan kualitas sirkuit terjadi, apalagi jika mendapat beban untuk uji coba atau pembangunan fasilitas pendukung balapan.
Anggota Komisi B Bidang Perekonomian DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, juga mengkritisi hal itu. Dengan waktu pengerjaan 54 hari dan kondisi musim hujan, menurut dia, konstruksi yang dihasilkan tidak tahan lama dan kualitasnya tidak baik.
”Ini dipaksakan, hanya mengejar 54 hari sebelum Juni. Ini pemborosan keuangan yang luar biasa,” katanya.
Disebut pemborosan karena dengan anggaran penyelenggaraan Rp 150 miliar, Rp 50 miliar untuk membangun lintasan balap dalam waktu singkat. ”Tidak ada kualitas pada pekerjaan yang tergesa-gesa,” kata Simanjuntak.
Nonteknis
Di sisi lain, Nirwono juga melihat belum ada persiapan dari aspek nonteknis. Misalnya, mulai dari promosi kegiatan, persiapan akses dan mobilitas menuju Ancol, hingga keterlibatan dinas lain, seperti dinas pariwisata dalam hal penyiapan hotel-hotel. Begitu pula dengan persiapan mekanisme gelembung atau bubble selama balapan karena ajang digelar saat pandemi Covid-19. Padahal, ajang balapan kurang dari 100 hari.
”Itu persiapannya tidak bisa terburu-buru dan dilakukan dari sekarang karena faktor nonteknis ini adalah penunjang berhasil atau tidaknya satu gelaran,” kata Nirwono. Ia menambahkan, aspek nonteknis itu harus disiapkan dengan matang, termasuk keterlibatan pihak ketiga sebagai sponsor.
Di tengah persiapan yang berkejaran dengan waktu penyelenggaraan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, akhir Januari lalu, tetap menyatakan optimismenya bahwa pembangunan sirkuit Formula E akan selesai tepat waktu.