Pelaku Perjalanan Luar Negeri Dominasi Pasien Wisma Atlet
Hampir 40 persen pelaku perjalanan luar negeri untuk ibadah umrah yang kembali melalui Jakarta terinfeksi Covid-19.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah Sakit Darurat Covid-19 atau RSDC Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat, ataupun RSDC Wisma Atlet di Pademangan, Jakarta Utara, kini menjadi tempat isolasi bagi pelaku perjalanan ibadah umrah. Hampir 40 persen pelaku perjalanan umrah yang kembali melalui Jakarta terinfeksi Covid-19.
Kolonel Mintoro Sumego dari bagian Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran memaparkan, beberapa waktu terakhir, jumlah pasien di dua RSDC itu fluktuatif di angka 4.000-5.000 pasien. Sebanyak 46 persen pasien yang dirawat bergejala ringan. Lalu, di bawah 2 persen pasien bergejala sedang dan di bawah 1 persen simtomatis berat. Sementara 52 persen pasien tanpa gejala.
”Berdasarkan kategori umur, 72 pasien yang dirawat usia dewasa muda, 25 persen warga lansia, dan lainnya di bawah 17 tahun,” tuturnya dalam konferensi pers di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (24/2/2022).
Saat ini, mayoritas dari jumlah pasien yang dirawat adalah pelaku perjalanan luar negeri, khususnya jemaah umrah yang baru kembali ke Tanah Air.
”Sebanyak 70 persen pasien positif Covid-19 yang dirawat adalah pelaku perjalanan luar negeri. Dari porsi itu, hampir 90 persen pasien dari umrah. Pelaku perjalanan lainnya seperti dari Malaysia, Singapura, dan lain-lain ada, tapi jumlahnya sedikit,” ujar Mintoro.
Seperti diketahui, warga Indonesia dapat kembali melakukan ibadah umrah di Arab Saudi pada awal 2022. Keberangkatan dan kepulangan mereka melalui satu titik melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang, Banten. Adapun karantina jemaah yang baru kembali dilakukan di Jakarta.
Semua jemaah, kan, sudah divaksin. Sekarang kita andalannya vaksinasi. Jadi, silakan kalau mau pergi. Kita seharusnya tidak lagi mengandalkan testing dan karantina. Buat apa ada vaksin kalau tidak ada kebebasan.
Kementerian Agama RI mencatat, sampai 21 Februari 2022, sebanyak 22.376 anggota jemaah berangkat ke Tanah Suci di Arab Saudi. Sementara jumlah yang sudah pulang mencapai 15.213 orang. Dari jumlah kepulangan, 5.907 jemaah atau 38,83 persen positif Covid-19.
Sebagian besar atau 3.472 anggota jemaah yang sudah kembali dan positif terdeteksi dari tes PCR pertama setibanya di bandara. Lalu, 2.435 anggota jemaah lainnya terkonfirmasi positif pada tes PCR kedua saat hari keempat karantina di hotel.
Banyak faktor
Syam Resfiadi, Ketua Umum Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji (Sapuhi), saat dihubungi hari ini, menilai ada banyak faktor yang menyebabkan jemaah umrah terinfeksi Covid-19 sepulang dari perjalanan jauh tersebut.
Ia mengakui, izin perjalanan ibadah umrah sudah dipertimbangkan secara matang oleh kedua belah pihak negara, yakni Indonesia dan Arab Saudi. Pelaku penyelenggara perjalanan umrah, seperti agen perjalanan, maskapai, dan imigrasi, juga harus senantiasa menyesuaikan aturan protokol kesehatan untuk keamanan jemaah.
Syam mengatakan, Indonesia sudah cukup berhati-hati dengan sempat menunda dibukanya perjalanan umrah ketika virus varian Omicron merebak di luar negeri. Kemudian, prosedur penerimaan jemaah yang baru kembali ke Indonesia juga cukup ketat.
”Misalnya, waktu tes PCR di sini, benar-benar dicolok hidung dan tenggorokannya. Kalau di sana (Saudi), ambil sampel cuma colok sampai lidah. Mungkin mereka ingin kita negatif. Tes itu dilakukan tenaga kesehatan resmi yang didatangkan ke hotel tempat jemaah menginap,” ungkapnya.
Kesehatan jemaah umrah di Arab Saudi, kata Syam, juga bisa menurun karena faktor cuaca yang periode ini masih musim dingin. Selain itu, ia melihat mobilitas yang meningkat karena jarak tempat ibadah dan hotel menginap yang jauh juga bisa menjadi faktor yang menurunkan kondisi kesehatan jemaah.
Adapun terkait kepatuhan menjalankan protokol kesehatan, Syam tidak menafikan ada saja jemaah yang tidak patuh. Walau demikian, ia memastikan pihak penyelenggara perjalanan umrah selalu membuat perjanjian di atas meterai, mengikuti aturan Pemerintah Arab Saudi, kepada jemaah terkait prosedur umrah di masa pandemi.
”Kalau berani tanda tangan perjanjian seharusnya siap ambil risiko,” kata Syam.
Vaksinasi
Pandu Triono, epidemiolog Universitas Indonesia, mengatakan, temuan ini tidak perlu membuat warga khawatir untuk pergi umrah ke luar negeri selama sudah divaksin.
”Semua jemaah, kan, sudah divaksin. Sekarang kita andalannya vaksinasi. Jadi, silakan kalau mau pergi. Kita seharusnya tidak lagi mengandalkan testing dan karantina. Buat apa ada vaksin kalau tidak ada kebebasan,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia mengatur agar jemaah umrah yang akan berangkat sudah menerima minimal dua dosis vaksin Covid-19 lengkap. Kriteria ini, menurut Pandu, sudah cukup untuk melindungi jemaah.
”Orang yang divaksin dengan lebih dari satu metode, ada yang vaksin alami (infeksi), vaksi lengkap, vaksin booster, kekebalannya bisa lebih bagus. Metode vaksin yang berbeda akan menstimulasi kadar imunitas,” kata Pandu.