Saat Nyawa Rahayu Melayang Bersama Sakitnya Dada Bersilikon
Operasi untuk kecantikan wajah dan tubuh harus melalui prosedur yang benar dan dilakukan oleh dokter ahli. Jika tidak, tak hanya payudara atau wajah yang justru rusak, nyawa pun bisa melayang.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Memiliki buah dada kencang seperti sudah jadi kebutuhan bagi Rahayu. Untuk mewujudkannya, perempuan berusia 34 tahun itu mencari cara instan dan terjangkau untuk memperbaiki bentuk payudaranya melalui jasa kecantikan yang beriklan di media sosial.
Ia pun mempercayakan ER alias Windi (54), seorang transpuan yang bekerja sebagai penyuntik silikon sejak 2004, untuk menyulap payudaranya. Melalui Windi, Rahayu mendapatkan prosedur penyuntikan cairan kimiawi yang biasanya silikon atau jenis lainnya itu di payudara pertama kalinya pada 2011. Saat itu, Rahayu mendapatkan empat suntikan silikon sekaligus yang menurutnya mengubah bentuk payudaranya menjadi lebih indah dalam sekejap.
Sebelas tahun berselang, Rahayu lagi-lagi merasa payudaranya mulai kendur. Ia pun kembali mengontak Windi untuk melakukan prosedur penyuntikan filler sama untuk kedua kalinya. Rahayu mentransfer dahulu uang sebesar Rp 1,5 juta dari total biaya penyuntikkan Rp 4 juta ke rekening Windi.
Mereka pun janjian untuk melakukan filler payudara pada Jumat (18/2/2022) pukul 13.00. Windi yang melayani panggilan, diminta datang ke kamar hotel bintang 2 di daerah Sawah Besar, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, yang diinapi Rahayu.
Windi lalu menyiapkan berbagai kebutuhan untuk melayani pelanggan setianya itu. Ia segera menghubungi A (29), orang kepercayaannya, untuk membeli satu dirigen cairan silikon di toko kimia seharga Rp 250.000. Sementara, Windi menyiapkan obat bius berjenis lidokain, obat antibiotik, obat nyeri, serta alat suntik dari rumahnya di Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Suntikan silikon (cair) dapat menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius, seperti terbentuknya jaringan parut, kerusakan jaringan permanen, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke, hingga kematian.
Dengan sepeda motornya, A lalu menjemput Windi yang sempat mampir ke Puskesmas Kebun Jeruk. Windi kala itu menjalani tes HIV dan gula darah di puskesmas tersebut. Windi lalu tiba di hotel dan masuk ke kamar Rahayu tanpa ditemani A. Dalam kenyamanan kamar hotel, Windi melakukan pekerjaannya. Setelah memberikan bius lokal, Windi menyuntikkan 500 milimeter cairan silikon ke masing-masing buah dada Rahayu.
Setelah selesai, Rahayu melunasi biaya prosedur itu dengan membayar uang tunai Rp 2,5 juta ke Windi. Di luar hotel, Windi lalu membayar Rp 500.000 ke A sebagai uang jasa. Windi juga menyuruh pemuda yang tinggal di Jakarta Barat itu untuk menyimpan peralatan kerjanya, lalu minta diantarkan kembali ke Kebun Jeruk.
Payudara sakit
Beberapa jam usai menjalani prosedur itu, Rahayu menemukan bekas suntikan di payudaranya mengeluarkan cairan yang baru dimasukkan disertai darah. Carian itu terus merembes melalui baju yang ia kenakan hingga sprei tempat tidur. Lama kelamaan, tubuhnya pun lemas dan kedinginan.
Masalah ini ia keluhkan pada Windi melalui aplikasi pesan Whatsapp sekitar pukul 16.00. Dalam percakapan itu, Rahayu mengaku tubuhnya tidak baik-baik saja, namun ia enggan memeriksakan diri ke rumah sakit.
Selang sehari kemudian, Sabtu (19/2/2022) sekitar pukul 13.00, staf hotel mendatangi kamar yang ditinggal Rahayu. Rahayu diketahui sudah melebihi waktu menginap setelah tiga hari di sana. Sebelumnya, staf hotel sudah mencoba menelepon telepon kamar, namun tidak ada jawaban.
Staf hotel pun terpaksa membuka paksa pintu dan ternyata menemukan Rahayu tergeletak dalam kondisi tak bernyawa. Temuan ini pun segera dilaporkan pihak hotel ke Polsek Tamansari. Pada Selasa (22/2/2022), polisi berhasil membuka tabir penyebab kematian Rahayu.
Kapolsek Tamansari Ajun Komisaris Besar Rohman Yongky Dilatha, dalam konferensi pers di kantornya, menjelaskan pihaknya menangkap Windi dan A melalui barang bukti yang mereka selidiki.
"Didapatkan kronologinya, pelaku berinisial ER (Windi) bekerja sebagai penyuntik silikon sejak 2004. Adapun A sebagai pengantar dibayar Rp 500.000," kata Yongky.
Praktik ilegal
Kedua orang tersebut ditangkap pada Senin (21/2/2022) malam di rumah masing-masing. Setelah diinterogasi, keduanya ditetapkan sebagai tersangka. Polisi juga menyita barang bukti dan menurunkan tim laboratorium forensik untuk menyelidiki kasus tersebut.
Windi dan A menjadi tersangka karena memenuhi bukti pelanggaran terkait penyediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar serta melakukan praktik kefarmasian secara ilegal.
"Tersangka melanggar Pasal 197 dan 198 juncto Pasal 106 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ancaman hukumannya, 10 tahun penjara dan denda Rp 1,5 miliar," kata Yongky.
Selain melanggar hukum, praktik tersebut juga berisiko tinggi pada kesehatan. Hal ini sudah banyak diperingatkan para ahli melalui berbagai literatur. Ariana Suryadewi Soejanto, dokter yang ahli di bidang kecantikan dan anti-penuaan, dalam artikelnya di laman Hallosehat, juga pernah memperingatkan bahaya filler payudara dengan bahan silikon cair.
Menurutnya, silikon cair berbeda dengan silikon implan yang juga bisa dipakai untuk memperbesar payudara melalui tindakan operasi medis berlisensi. Bahan tersebut dilarang untuk prosedur estetika apa pun, termasuk memperbaiki bentuk wajah dan bagian tubuh.
”Suntikan silikon (cair) dapat menyebabkan nyeri jangka panjang, infeksi, dan cedera serius, seperti terbentuknya jaringan parut, kerusakan jaringan permanen, emboli (penyumbatan pembuluh darah), stroke, hingga kematian. Pada tahun 2011, pernah ada kasus radang payudara yang diduga keras karena melakukan penyuntikan silikon cair,” katanya.
Selain dengan bahan silikon, prosedur filler dengan bahan lain di organ payudara, juga bokong, sudah tidak direkomendasikan. Penyuntikan filler umumnya menggunakan cairan calcium hydroxyapatite dan hyaluronic acid (HA).
HA yang paling banyak digunakan berfungsi merangsang produksi kolagen alami untuk membantu menjaga kelembaban kulit, mencegah penyumbatan minyak di pori yang menyebabkan jerawat, hingga menyamarkan garis halus dan kerutan sehingga bagus untuk wajah.
Filler dengan bahan itu pun direkomendasikan untuk bagian wajah. Sebaliknya, lembaga kesehatan internasional seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) secara tegas tidak merekomendasikan penggunaan filler untuk memperbesar ukuran bokong dan payudara.
Pasalnya, cairan yang disuntikkan bisa berefek samping pada organ tersebut. Apalagi jika dilakukan prosedur abal-abal dan orang yang tidak berkompeten di bidangnya. Dengan cara abal-abal, bukan hanya payudara yang dikorbankan, nyawa pun bisa melayang.