Pemerintah Perlu Kebut Sistem Pengumpan LRT Jabodebek
LRT Jabodebek tidak bisa berdiri sendiri melayani masyarakat Jabodebek. Perlu ada sistem pengumpan yang memadai agar masyarakat mudah mendapat akses terhadap moda angkutan massal terbaru tersebut.
Oleh
SATRIO PANGARSO WISANGGENI, ALBERTUS KRISNA PRATAMA PUTRA, M PUTERI ROSALINA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tanpa keberadaan jaringan pengumpan, moda angkutan umum massal modern seperti kereta rel ringan (light rail transport/LRT) Jabodebek tidak akan sukses menggeser penggunaan kendaraan pribadi oleh warga Jabodetabek. Jika tidak dipikirkan secara serius, setiap stasiun LRT Jabodebek justru dapat menjadi simpul kemacetan baru.
LRT Jabodebek Tahap 1 yang akan menyambungkan kawasan pusat perkantoran dan bisnis Dukuh Atas Sudirman Jakarta dengan Cibubur dan Bekasi Timur dinilai perlu sistem angkutan pengumpan yang saling terkoneksi.
Hal ini penting agar warga Jabodebek dapat memiliki akses yang mudah terhadap moda angkutan umum massal yang dapat mengantarkan dari Harjamukti, Bogor, ke Dukuh Atas Jakarta dalam waktu 37-40 menit itu.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, banyak warga Jabodebek belum dijangkau oleh simpul angkutan umum massal. Aksesibilitas terhadap angkutan umum massal yang rendah ini dinilai menjadi salah satu ganjalan utama untuk mengajak masyarakat berpindah dari kendaraan pribadi.
”Kira-kira 8,8 juta warga Jabodetabek tidak memiliki aksesibilitas yang bagus terhadap MRT, LRT, ataupun KRL. Padahal itu adalah backbone-nya. Tulang punggungnya memang kereta api, tetapi ia tidak bisa berdiri sendiri. Akses hingga ke kawasan perumahan inilah yang penting,” kata Djoko dalam diskusi daring yang digelar oleh majalah Tempo pada Kamis (3/2/2022) pagi.
Djoko mengutip hasil temuan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas yang terbit pada Kamis (3/2/2022). Hasil temuan Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menunjukkan bahwa ada 8,8 juta penduduk Jabodetabek yang tinggal di wilayah berkepadatan penduduk tinggi (> 12.000 jiwa per kilometer persegi) tidak memiliki akses langsung terhadap simpul angkutan umum massal. Artinya, mereka tinggal di luar radius 1 km dari stasiun maupun halte terdekat.
Djoko mengatakan, tugas pemerintah saat ini adalah menyiapkan jaringan pengumpan untuk LRT Jabodebek yang berada di luar wilayah DKI Jakarta.
”Bagaimana bisa menciptakan sistem angkutan umum dari kawasan perumahan di Bodebek ini terkoneksi dengan stasiun LRT? Kalau bisa pembayarannya pun terintegrasi. Sehingga, setiap kawasan perumahan di Bodebek punya jaringan angkutan umum ke stasiun LRT," kata Djoko.
Djoko menilai kerja sama antara operator LRT Jabodebek—dalam hal ini adalah PT Kereta Api Indonesia—dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan dan pemerintah kota dan kabupaten penyangga Jakarta menjadi krusial. ”Semoga 17 Agustus nanti bisa diresmikan dan penggunanya banyak,” kata Djoko
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal pun sepakat dengan penilaian tersebut. Kelanjutan mobilitas warga setelah sampai di stasiun LRT Jabodebek harus jelas.
”Sampai stasiun harus lanjut pakai apa? Ini yang harus dipikirkan kami di pemerintah dan juga operator agar masyarakat penumpang LRT bisa melanjutkan perjalanannya menggunakan BRT atau angkutan umum lainnya,” katanya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik yang menunjukkan adanya 13 juta sepeda motor di Jakarta, Risal juga berharap, LRT Jabodebek dapat berkontribusi dalam menggeser pengguna sepeda motor ke angkutan umum. ”Sepeda motor bisa jadi feeder untuk mencapai stasiun LRT. Di hulu dan hilirnya perlu ada fasilitas parn-n-ride untuk calon penumpang,” kata Risal.
Optimis kejar target
LRT Jabodebek dijadwalkan akan mulai beroperasi penuh pada 17 Agustus 2022. Melihat progres pengerjaan proyek hingga sejauh ini, Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Farid Budiyanto meyakini target tersebut akan tercapai.
Farid mengatakan, per 28 Januari 2022, progres keseluruhan proyek mencapai 88,71 persen. Jika dirinci, kemajuan pekerjaan untuk Lintas Pelayanan 1 Cawang–Cibubur mencapai 94,3 persen. Untuk Lintas Pelayanan 2 Cawang–Kuningan–Dukuh Atas telah mencapai 88,9 persen. Lintas Pelayanan 3 Cawang–Bekasi Timur pada angka 92,8 persen. Sementara penyelesaian Depo LRT Jabodebek di Bekasi Timur baru menyentuh 64,9 persen.
”Sebetulnya (yang tersisa) secara visual tidak signifikan. Pekerjaan yang saat ini dilakukan adalah seperti pembangunan akses stasiun, sistem signaling, dan PR terakhir adalah penyelesaian depo. Depo menjadi penting karena ini tempat maintenance kereta,” kata Farid.
Sementara itu, dari sisi operator, GM Commercial Business and IT System LRT Jabodebek PT Kereta Api Indonesia Kristina Oktaviana mengatakan, saat ini terus melakukan pelatihan sumber daya manusia yang akan membantu operasional harian LRT Jabodebek.
Kristina mengatakan, kapasitas normal setiap rangkaian LRT Jabodebek dapat mengangut hingga 1.300 penumpang setiap perjalanan. Lalu, melalui survei yang dilakukannya pada 2017 dan 2020, diperkirakan jumlah penumpang LRT mencapai 137.000 penumpang setiap hari dan akan terus meningkat 5 persen per tahun hingga tahun ke-11 operasi.
Direktur Pengembangan PT INKA Agung Sedaju mengatakan, LRT Jabodebek akan menjadi sistem kereta api paling maju di Indonesia. Hal ini karena LRT Jabodebek tergolong sebagai kereta dengan tingkat otomasi atau Grade of Automation (GoA) tingkat tiga atau GoA 3.
Kereta kategori GoA 3 mengacu pada karakteristik kereta tanpa masinis. Kereta juga dapat dijalankan dan dihentikan secara otomasi dari pusat kontrol. Buka-tutup pintu pun dilakukan secara otomatis. Namun, seorang train attendant masih berjaga di kereta apabila terjadi kejadian darurat.
Keberadaan train attendant inilah yang membedakan dengan kereta tingkat GoA tertinggi yakni GoA 4. Pada kategori ini, seluruh sistem dikendalikan secara otomatis tanpa ada petugas yang berada di atas kereta.
Keberadaan sistem driverless atau tanpa masinis ini diyakini dapat memperpendek jarak antarkereta. Hal ini menyebabkan jarak keberangkatan dapat diperpendek hingga 3-6 menit saja.