Kasus Harian 100, Kota Bogor Kian Perketat Pengawasan dan Mobilitas
Satgas Covid-19 Kota Bogor mengantisipasi penyebaran korona, mulai dari rekayasa lalu lintas hingga penyiapan posko logistik,
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penyebaran kasus Covid-19 di Kota Bogor terus meningkat hingga mencapai 100 kasus per hari. Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor memperketat mobilitas dan pengawasan protokol kesehatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, lonjakan kasus Ocivd-19 di Kota Bogor beberapa hari terakhir cukup signifikan. Bahkan, tembus konfirmasi positif 100 kasus per hari. ”Lonjakannya eksponensial, melampaui dari prediksi. Jadi, seharusnya di atas 100 (kasus per hari) baru Februari, tetapi ternyata akhir Desember sudah 100 kasus,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Selasa (1/2/2022).
Lonjakan konfirmasi positif Covid-19 rata-rata 100 kasus per hari mulai terjadi pada Senin (31/1) yang tercatat ada penambahan 103 kasus. Minggu (30/1) ada 120 kasus, sedangkan Sabtu (29 /1) ada 84 kasus. Saat ini kasus aktif Covid-19 sebanyak 539 kasus.
Dari data tersebut, kata Bima, Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor harus mengambil langkah cepat untuk membendung penularan virus lebih masif. Rumah sakit khusus pasien di Pusdiklat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Ciawi, dan 21 rumah sakit rujukan penanganan pasien sudah aktif dengan ruang isolasi dan ruang unit perawatan intensif (ICU). Total ketersediaan tempat tidur sebanyak 644 tempat tidur.
Bima meminta rumah sakit rujukan untuk menyiapkan penambahan tempat tidur. ”Pertama, konversi dari tempat tidur di rumah sakit agar bisa cukup tersedia bagi pasien-pasien Covid-19. Kedua, tidak semua harus dirawat di RS, hanya gejala sedang atau berat dan pasien komorbid. Begitu pula ketersediaan obat dan tabung oksigen,” ujarnya.
Ketiga, akan diperkuat sistem pemantauan warga yang isolasi mandiri. ”Ada aplikasi telemedicine yang kita bangun. Kemudian pemantauan warga isoman melalui puskesmas dan sukarelawan,” lanjutnya.
Satgas Covid-19 Kota Bogor juga akan membatasi mobilitas di pusat-pusat keramaian. Wakil Ketua Satgas Covid-19 sekaligus Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro menuturkan, pemberlakuan ganjil genap pelat nomor kendaraan bermotor pada akhir pekan tetap dilaksanakan. Ganjil genap juga berlaku di kawasan pasar tradisional.
Selain itu, jalur pedestrian sistem satu arah (SSA) ditutup dari aktivitas yang berpotensi menimbulkan keramaian. Menurut Susatyo, langkah pengetatan dan pengawasan protokol kesehatan untuk menekan risiko penyebaran Covid-19.
”Jika tidak diawasi, khawatir juga perkembangan sangat cepat, tidak terkendali. Kita khawatir tingkat fatalitas lebih berbahaya. Kami akan memaksimalkan crowd free road, ruas-ruas mana yang harus kita kurangi bebannya. Kita harus kerja dua kali lipat lebih keras,” kata Susatyo.
Tidak hanya itu, satgas juga akan menindak pelaku usaha yang tidak tertib dalam menerapkan aplikasi Peduli Lindungi, begitu pula jika menemukan warga yang tidak taat menjalankan protokol kesehatan.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, posko logistik satgas di Gedung Wanita sudah aktif kembali. Posko logistik kembali aktif karena kasus harian Covid-19 di Kota Bogor mengalami lonjakan dalam sepekan ini yang berpotensi berdampak luas kepada warga tak mampu.
”Posko ini menjadi salah satu simbol dari kita dan Pemkot Bogor siap menghadapi Omicron. Dari pengalaman sebelumnya, banyak warga dan lembaga saling membantu dan berderma. Ini simbol kita bersama untuk saling menjaga dan menguatkan dalam melawan pandemi,” kata Dedie.
Sesuai fungsinya, kata Dedie, ada beberapa hal yang diprioritaskan di dalam posko Gedung Wanita, yaitu ketersediaan barang kebutuhan pokok bagi warga yang isolasi mandiri di rumah masing-masing. Barang kebutuhan itu akan dikoordinasikan dengan aparat di wilayah dan Polresta Bogor Kota untuk dibagikan agar tepat sasaran.
Kedua, posko itu juga akan berfungsi untuk melengkapi kebutuhan kedaruratan, seperti oksigen, alat pelindung diri (APD), peti jenazah, masker, cairan pembersih tangan, dan disinfektan. ”Ini semua harus dipersiapkan dan diaktivasi karena indikasinya sudah terjadi peningkatan kasus. Sudah lebih dari 50-100 per hari, sementara di nasional sudah di atas 8.000,” ujar Dedie.