Pasien Lebih dari 2.000 Orang, Wisma Atlet Kemayoran Siagakan Menara 7
Jumlah pasien yang dirawat di Wisma Atlet terus melonjak sejak akhir tahun lalu. Mintoro mengatakan, jumlah pasien pada awal Desember 2021 hanya berkisar 100 orang.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, mulai menyiapkan menara tambahan untuk menghadapi lonjakan pasien positif Covid-19. Per Senin (17/1/2022) pagi, jumlah pasien positif yang dirawat mencapai 2.535 orang.
Kolonel Mintoro, Koordinator Hubungan Masyarakat Wisma Atlet Kemayoran, mengatakan, menara 7 telah disiapkan untuk menampung pasien positif. Sejauh ini, seluruh pasien masih ditempatkan di menara 5 dan menara 6 serta membuat tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) mencapai 62 persen.
”Jadi, kalau yang digunakan menara 5, 6, dan 7, total kapasitas mencapai 5.939 tempat tidur. Jadi, kalau pasien hari ini sebanyak 2.535 orang, maka BOR mencapai 43 persen,” terangnya saat ditemui di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Senin sore.
Jumlah pasien yang dirawat di Wisma Atlet terus melonjak sejak akhir tahun lalu. Mintoro mengatakan, jumlah pasien pada awal Desember 2021 hanya di kisaran 100 orang. Lalu, Selasa (4/1/2022), jumlah pasien yang dirawat menembus angka 1.038 orang. Pada Selasa (11/1/2022), jumlah pasien melonjak hingga 2.066 orang.
Mayoritas pasien adalah pelaku perjalanan luar negeri, seperti hari ini yang mencakup 87 persen pasien. Sisanya adalah masyarakat yang mendapat rujukan dari rawat inap dari fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Untuk menghadapi lonjakan pasien ini, RSDC Wisma Atlet Kemayoran juga akan menyiapkan personel pengamanan hingga sukarelawan tenaga medis dan nonmedis. Sementara ini di sana sudah ada 1.508 sukarelawan.
”Untuk obat-obatan dan alat kesehatan medis, termasuk oksigen, telah siap untuk tiga bulan sampai empat bulan ke depan. Bahkan, kalau ada lonjakan banyak, nanti akan disiapkan juga menara 4 sehingga kapasitas menjadi 7.895 tempat tidur. Tetapi, mudah-mudahan ini tidak tercapai,” pungkasnya.
Secara terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria juga menyebut bahwa kasus positif Covid-19 di Jakarta juga terus melonjak. Catatan sampai pagi ini, 3.816 warga yang terkonfirmasi positif menjalani perawatan dan isolasi. Dari kasus aktif itu, 2.303 orang di antaranya adalah pelaku perjalanan luar negeri.
Pria yang biasa disapa Ariza ini mengingatkan masyarakat untuk menaati aturan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jakarta yang telah ditingkatkan ke level 2.
”Kita harus terus hati-hati, apa lagi sekarang sedang ada peningkatan dampak dari libur Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, kami minta masyarakat tetap berhati-hati,” kata Ariza hari ini.
Omicron transmisi lokal
Bersamaan dengan lonjakan kasus positif, kasus dari varian Omicron juga meningkat. Total kasus varian Omicron di Jakarta sudah ada 720 kasus, dengan 567 orang atau 75,2 persen di antaranya merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Adapun 153 orang lainnya atau 24,8 persen adalah transmisi lokal.
Sebagian besar dari mereka dirawat di RSDC Wisma Atlet Kemayoran dengan total akumulatif pasien yang pernah dirawat 404 orang. Namun, saat ini mereka hanya merawat 47 pasien dengan 14 orang di antaranya kasus transmisi lokal. Sedangkan sebanyak 357 pasien sudah dipulangkan karena sembuh.
Mintoro mengakui, perawatan pasien terkonfirmasi varian Omicron di sana terbilang cepat. Mereka dirawat terpisah di satu lantai setiap menara di RSDC Wisma Atlet Kemayoran. ”Gejalanya hanya asimtomatis sampai simtomatis dengan gejala ringan," katanya.
Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, mengingatkan bahwa pelayanan pasien varian Omicron harus diberikan sebaik mungkin agar tidak terjadi penularan berkepanjangan di masyarakat.
”Kalau jumlah kasus nantinya akan meningkat tajam, maka jangan sampai rumah sakit jadi kewalahan sehingga pasien yang memang memerlukan penanganan rumah sakit malah tidak mendapat pelayanan yang mereka perlukan,” ujarnya dalam keterangan tertulis beberapa waktu lalu.
Menurut dia, pasien Omicron yang tidak bergejala bisa diisolasi secara mandiri di rumah. Ini tentunya dengan bantuan keluarga yang harus memiliki pemahaman baik dalam menangani pasien positif. Fasilitas pelayanan kesehatan juga diharapkan bersiap untuk menghadapi lonjakan pasien.
”Namun, semuanya harus didukung tiga hal penting. Pertama, ketersediaan data melalui surveilans yang baik. Kedua, ketersediaan sistem rujukan yang cepat dan akurat untuk mobilisasi pasien antara rumah, wisma, dan rumah sakit. Ketiga, komunikasi risiko yang baik agar masyarakat mendapat informasi yang akurat, jelas, dan transparan,” tuturnya.