Sejumlah kecelakaan di akhir 2021 mewarnai perjalanan Transjakarta memasuki tahun ke-18 memberikan layanan angkutan umum bagi warga Ibu Kota. Aspek keselamatan bermobilitas dan berkesehatan jadi sorotan untuk pembenahan.
Oleh
Agnes Rita/Helena F Nababan
·6 menit baca
Pada tiga bulan terakhir 2021, warga Ibu Kota dibuat khawatir dan takut dengan insiden kecelakaan yang melibatkan bus-bus Transjakarta. Kejadian beruntun hingga ada korban meninggal dan cedera membuat penumpang mempertanyakan keamanan menggunakan layanan Transjakarta.
Kejadian demi kejadian yang terjadi menjelang tahun ke-18 layanan angkutan umum dalam sistem bus rapid transit (BRT) itu merupakan teguran keras bagi Transjakarta dan manajemen Transjakarta. Kecelakaan demi kecelakaan yang terjadi, bukan hanya di pengujung tahun yang terlihat tetapi juga di sepanjang tahun, mengingatkan Transjakarta akan peran utama untuk memberikan pelayanan angkutan umum bukan hanya aman dan nyaman, tetapi juga sehat dan selamat.
Ketua Komite Keselamatan Transportasi Nasional (KNKT) Soerjanto Tjahjono dalam wawancara, Minggu (9/1/2022), menegaskan kembali, karena kaitan dengan aspek keselamatan itulah KNKT terlibat. Seperti yang diberitakan, tim KNKT melakukan surveilance atau evaluasi atas aspek keselamatan itu di empat area, yaitu manajemen risiko Transjakarta, pemastian kelaikan armada, pemastian kesiapan awak, dan evaluasi atas keselamatan/keamanan rute. Dari empat area itu, KNKT menemukan sejumlah persoalan yang mesti dibenahi demi kelangsungan angkutan umum.
KNKT merekomendasikan perlunya menambah satu unit atau departemen yang khusus mengelola manajemen risiko pada operasional bus Transjakarta serta menjalankan sistem penjaminan mutu atau quality assurance system. KNKT juga melihat perlu meningkatkan standar dan prosedur yang dipergunakan dalam memastikan kelaikan kendaraan dan kesiapan awak kendaraan.
Lalu KNKT juga menilai manajemen Transjakarta perlu memetakan potensi bahaya dan penilaian risiko pada rute atau lintasan bus (route hazard mapping) baik yang ada di koridor BRT amaupun non-BRT. ”Yang paling penting lagi, kompetensi pengemudi. Ini yang juga sedang disiapkan manajemen Transjakarta,” jelas Soerjanto.
Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Yoga Adiwinarto secara terpisah menjelaskan, berangkat dari pandemi, kejadian kecelakan, serta rekomendasi KNKT, keselamatan bermobilitas kian menjadi perhatian serius Transjakarta. ”Keselamatan bermobilitas dari aspek operasional dan layanan, serta keselamatan dari aspek kesehatan menjadi tantangan Transjakarta pada 2022 ini,” jelasnya.
Dari sejumlah insiden dan rekomendasi KNKT, dari aspek layanan dan operasional, keselamatan dijawab dengan pembentukan dua divisi baru. Divisi manajemen risiko yang berada di direktorat teknik dan digital, serta divisi keselamatan yang berada di direktorat operasi.
Untuk memastikan layanan aman dan selamat, jelas Yoga, divisi keselamatan akan melakukan route hazard mapping. Divisi itu yang akan memetakan potensi bahaya atau hambatan-hambatan apa saja yang akan ditemukan pengemudi dalam satu rute atau koridor, juga langkah-langkah mitigasnya.
”Dari sana akan ada briefing mingguan bagi para pengemudi terkait rute, lalu divisi keselamatan akan memperbarui atau meng-up date potensi hazard. Bila ditemukan hazard, tim akan meminta pengemudi menurunkan kecepatan, atau berhenti, atau membunyikan klakson,” jelas Yoga.
Dengan karakternya sebagai layanan umum berbasis jalan raya, maka para pengemudi adalah ujung tombak layanan. Belajar dari kejadian-kejadian 2021, para pengemudi akan dikelola untuk meminimalkan tingkat kelelahan. Maka, upaya penyiapan sopir langsir atau sopir pengganti di ujung-ujung koridor tengah dan sopir langsir di akhir layanan untuk pengisian bahan bakar tengah disiapkan. Juga pengaturan kembali jadwal kerja pengemudi supaya tidak ada pengemudi yang jumping atau pengemudi dengan jadwal kerja terus-menerus dari sif siang, istirahat, lalu bertugas di sif pagi akan dilakukan.
”Jadwal para pengemudi akan kita monitor lagi. Transjakarta akan mengingatkan kalau ada yang jumping,” jelas Yoga.
Berangkat dari rekomendasi KNKT juga, imbuh Yoga, Transjakarta selaku regulator layanan angkutan umum akan menyusun standar layanan. Supaya layanan yang diberikan unit swakelola Transjakarta ataupun para operator bisa sama.
”Goal dari KNKT, semua adalah sama. Layanan standarnya sama,” jelas Yoga.
Untuk itu, Transjakarta berupaya memperbaiki dan menjaga dari awal, yaitu mulai dari perawatan, persiapan kelaikan kendaraan, kelaikan pengemudi di mana ada program fit to work, hingga saat pelayanan. Akan ada SOP yang disusun Transjakarta.
”Itu nanti akan kami cek semua apakah operator menjalankan atau tidak,” katanya.
Kemudian dari aspek keselamatan di sisi kesehatan, kata Yoga, juga menjadi tantangan. Karena pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 sampai hari ini dan diikuti dengan kebijakan-kebijakan pembatasan penumpang sudah menurunkan jumlah penumpang. Belum lagi manajemen tetap harus meyakinkan penumpang, bus-bus disiapkan dan selalu dibersihkan sesudah operasi.
Di awal pandemi saja, dengan kebijakan pembatasan mobilitas, bus yang dioperasikan hanya 60-70 persen khusus untuk layanan di 13 koridor BRT. Adapun yang non-BRT dan mikrotrans dihentikan. Bus-bus besar dari non-BRT dialihkan layanannya ke rute BRT untuk meng-cover pembatasan penumpang 50 persen supaya tidak ada penumpukan penumpang.
Penumpang rata-rata harian yang di 2019 sudah mencapai 755.000 orang, anjlok ke 362.000 orang per hari di 2020. Pada 2021, menurut Yoga, lebih berat lagi karena awal tahun diawali dengan pandemi yang masih berlanjut bahkan diawali dengan kenaikan kasus, kemudian diikuti gelombang kedua di pertengahan tahun.
Di 2021 rata-rata penumpang sebanyak 339.000 orang. ”Namun, memang di akhir tahun, tepatnya di November-Desember 2021, penumpang naik lagi menjadi 500.000 orang per hari sejalan dengan kebijakan 100 persen kapasitas penumpang,” jelas Yoga.
Yoga menyatakan, kebijakan-kebijakan pembatasan penumpang itu diikuti pula dengan pembatasan jumlah rute layanan. Dengan demikian, saat ini memasuki 2022, seluruh rute mikrotrans sudah dibuka, sedangkan rute non-BRT yang dilayani bus besar belum sepenuhnya dibuka. Namun, ia memastikan seluruh layanan Transjakarta menerapkan protokol kesehatan ketat.
Semua upaya perbaikan pembenahan, menurut Yoga, menjadi tantangan dalam layanan menuju service excellent atau pelayanan terbaik. Ada harapan, ini akan menjadi cara Transjakarta menarik kembali para pelanggan yang enggan atau malah meninggalkan Transjakarta.
Penyediaan armada yang sehat dan aman, serta layanan yang berkeselamatan, menurut Yoga, juga menjadi cara membangkitkan kepercayaan (trust) dan keyakinan diri (confidence) pelanggan, layanan Transjakarta itu aman. ”Kita yakinkan layanan aman selamat dari sisi kesehatan, juga selamat dari sisi layanan,” katanya.
Soerjanto pun mengingatkan, KNKT menanti aksi nyata pembenahan aspek keselamatan di Transjakarta karena bisa dibilang Transjakarta adalah etalase Indonesia di mata dunia dalam hal layanan angkutan umum berbasis jalan raya. ”Model Transjakarta ini juga dicontoh banyak kota di Indonesia. Kalau yang dicontoh amburadul, tidak bisa menjadi contoh,” tegasnya.
Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Haris Muhammadun menegaskan, layanan yang berkeselamatan menjadi catatan penting DTKJ bagi Transjakarta. Apalagi dengan adanya insiden-insiden kecelakaan, DTKJ menekankan keselamatan layanan menjadi aspek utama yang mesti diselesaikan.
Masih terkait dengan layanan, DTKJ juga melihat belum semua kalangan bisa mengakses layanan Transjakarta. Haris menyebutkan, misalnya untuk kalangan penyandang disabilitas, belum semuanya bisa mengakses layanan karena infrastruktur yang belum ramah disabilitas.
Pekerjaan rumah itu, kata Haris, harus diselesaikan Transjakarta karena ke depan Transjakarta juga mesti memenuhi layanan yang terintegrasi secara fisik dan tarif dengan moda angkutan lain. Namun, DTKJ juga mengingatkan, integrasi fisik dan tarif ini mesti dibarengi dengan integrasi jadwal layanan antarmoda supaya penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama saat berpindah dari moda lain ke Transjakarta.
”Penumpang bisa kecewa. Transjakarta bisa jadi tidak populer apabila fisik dan tarif terintegrasi tetapi jadwal layanan tidak terintegrasi,” ujarnya.
Haris kembali menekankan, selain pekerjaan rumah yang masih banyak dan perlu pembenahan, demi menjaga kualitas layanan, Transjakarta di 2022 di tahuan ke-18 layanan harus bisa menjawab tantangan keselamatan dalam layanan dan operasi, juga keselamatan dalam kesehatan.
”Untuk transportasi seperti Transjakarta, safety first jangan hanya lip service,” tegas Haris.