Penguncian lokal tampak tak terlalu ketat dan warga masih sulit diminta ikut tes PCR di RW 002, Kelurahan Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat. Padahal, sedikitnya 36 warga di sana positif Covid-19 dan ada terduga Omicron.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
Warga dan kendaraan lalu lalang di permukiman RT 008, 010, 011, dan 014 di RW 002 Kelurahan Krukut. Pedagang pasar menata lapak dan bertransaksi jual beli di Pasar Krukut. Siswa-siswi dan orangtua yang mengantar atau menjemput berbondong-bondong ke kompleks SD Negeri Keagungan 1-6.
Begitulah keadaan di wilayah yang masuk Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Senin (10/1/2022) pagi. Padahal, setidaknya terpampang empat spanduk micro-lockdown atau penguncian lokal setelah 36 warga setempat terkonfirmasi Covid-19 dan ada suspek varian Omicron.
”Zona merah virus (Covid-19). Wilayah pengendalian ketat (WPK) telah diterapkan di wilayah RT 008, 010, 011, dan 014 di RW 002 Kelurahan Krukut. Selain warga dilarang keras masuk. Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi”. Demikian tulisan berwarna merah dan hitam pada spanduk putih bercorak amplop.
Hiruk-pikuk itu mendadak sirna ketika petugas puskesmas, Palang Merah Indonesia, kelurahan dan kecamatan, serta TNI dan Polri berkeliling. Mereka berbagi tugas mendisinfeksi rumah warga, pasar, fasilitas umum dan sosial, serta meminta warga ikut tes reaksi rantai polimerase atau PCR sebagai lanjutan dari pelacakan kontak erat.
Warga spontan menghentikan aktivitas dan masuk ke dalam rumah. Sama halnya dengan pedagang di pasar yang merapikan lapak sebelum pergi. Permukiman padat penduduk yang dihuni sedikitnya 300 warga itu pun lengang.
Sebagian besar pintu rumah terkunci rapat. Hanya tersisa kendaraan yang terparkir di gang-gang selebar 1-2 meter.
Rencana tes PCR kepada 500 warga nyaris buyar. Bisa dihitung jari jumlah warga yang datang ke Puskesmas Krukut, Lapangan SMK Negeri 35 Jakarta, Pasar Krukut, dan Lapangan Garuda untuk mengikuti tes.
”(Saya) Tidak tahu sama sekali ada warga kena Covid-19 karena beraktivitas di rumah saja. Tiba-tiba sudah micro-lockdown. Tadi dipanggil ikut tes, datang saja,” tutur Endrayanti (39), warga setempat yang ikut tes PCR bersama dua anak balitanya.
Warga luar tidak boleh masuk ke wilayah zona merah. Tapi untuk aktivitas di pasar belum ada imbauan tutup atau tidak karena, kan, kebutuhan pokok sehari-hari. Sekolah juga belum ada instruksi resmi.
Jemput warga
Camat, lurah, TNI, dan Polri, serta RW 002 tidak tinggal diam melihat sepinya lokasi tes PCR. Mereka menyambangi warga dari pintu ke pintu, membujuk untuk ikut tes meskipun diwarnai penolakan dan perdebatan.
Bong Tji Moi (45), warga setempat, misalnya, beralasan hendak mengantarkan paket ketika dibujuk untuk ikut tes. Ia tak bisa menunda pengantaran dan harus diantar olehnya karena paketnya penting.
”Saya harus antar paket ini dulu. Tidak bisa ditunda. Nanti kembali baru saya ikut tes,” ujarnya kepada Camat Taman Sari dan Ketua RW 002. Setelah hampir 30 menit dibujuk, akhirnya ia sepakat meninggalkan fotokopi KTP-el dan berjanji akan ikut tes setelah mengantar paket.
Valentino Ali (60), warga lainnya, menimbrung melihat petugas menyambangi warga dari pintu ke pintu. Ia mengatakan, pengurus RT tidak menginformasikan kepada warga tentang tes sehingga banyak warga enggan ikut.
”Kalau datang, terus kasih tahu pasti warga sini pada mau ikut. Ini belum ada informasi, tiba-tiba datang,” katanya.
Menurut ia, warga tahu tentang temuan kasus positif di RW 002 dari omongan mulut ke mulut dan pesan di grup percakapan Whatsapp. Bukan dari pengurus RT. Tidak heran kalau aktivitas warga berlangsung seperti biasa dan mendadak ketat ketika ada petugas.
Babinsa Krukut Sersan Satu Supriyanto mengakui kerepotan meminta warga ikut tes. Itu lantaran ada kekhawatiran positif dan harus isolasi di fasilitas pemerintah. ”Warga takut positif. Ada yang antusias tapi banyak juga yang agak sulit. Mau tidak mau harus ikut tes karena pelacakan,” ucapnya.
Penguncian
Penguncian di RW 002 bermula dari seorang warganya yang terkonfirmasi positif pada awal Januari. Belakangan warga ini berstatus suspek Omicron.
Kelurahan Krukut dan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat melacak kontak erat pada Kamis (6/1/2022) dengan hasil 13 warga positif. Juga memulai penguncian lokal selama 14 hari dengan evaluasi per pekan. Kemudian kembali melacak kontak erat, Jumat (8/1/2022), dan hasilnya 20 warga positif.
Ketua RW 002 Hadi Riswanto menuturkan, ada tiga portal keluar masuk selama penguncian lokal. Dua di antaranya ditutup dan menyisakan satu untuk akses ke pasar dan puskesmas. Itu pun hanya untuk warga setempat.
”Warga luar tidak boleh masuk ke wilayah zona merah. Tapi untuk aktivitas di pasar belum ada imbauan tutup atau tidak karena, kan, kebutuhan pokok sehari-hari. Sekolah juga belum ada instruksi resmi,” katanya. Ada 4 petugas PPSU, 1 satpam, 2 satpol PP, polisi, dan TNI yang berjaga selama penguncian lokal.
Lurah Krukut Ilham Nurkarim menambahkan, RT/RW terlebih dulu menyaring warganya yang akan keluar masuk dengan memastikan hasil tes PCR negatif. Penyaringan berikutnya oleh petugas gabungan yang berjaga di akses keluar masuk.
”Tanya sudah tes atau belum. Hasilnya apa. Harus jelas keperluannya, penting, mendesak, atau tidak,” katanya. Ia juga mengimbau warga setempat dan berkoordinasi dengan sekolah-sekolah di wilayah Krukut agar siswa yang masuk penguncian lokal tidak perlu ikut pembelajaran tatap muka untuk sementara waktu.
Omicron terus bertambah hingga awal 2022. Berbanding terbalik dengan disiplin protokol kesehatan dan penanganannya di tingkat wilayah yang kendur.