Kasus Aktif Harian Meningkat, Alarm Potensi Lonjakan Kasus di DKI
Sampai 10 Januari, kasus aktif di DKI Jakarta tembus 2.129 kasus. Ahli epidemiologi menegaskan, alarm potensi lonjakan kasus sudah menyala, Pemprov DKI mesti segera merespons dan bersiap menghadapi kemungkinan itu.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) mengantar warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah menjalani tes usap di RW 002 Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (11/1/2022). Penguncian lokal, penyemprotan disinfektan dan pelacakan tes antigen dan PCR dilakukan di kawasan padat penduduk tersebut. Dari pelacakan tes antigen dan PCR pada Selasa (11/1/2022) terhadap sekitar 300 warga terdapat 10 warga yang positif Covid-19. Sebelumnya ada 36 warga dari RT 008, 010, 011, dan 014 di RW 002 Kelurahan Krukut yang positif Covid-19 dan ada suspek varian Omicron.
JAKARTA, KOMPAS — Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta pada 10 Januari 2022 menunjukkan, angka kasus aktif sebanyak 2.129 kasus dengan kasus varian Omicron mencapai 407 orang yang terinfeksi. Ahli epidemiologi menegaskan, kasus yang bertambah menunjukkan alarm lonjakan kasus menyala. DKI mesti segera menyiapkan fasilitas kesehatan juga terus memantau atau mengawasi warga terkait disiplin penerapan protokol kesehatan (prokes).
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, Selasa (11/1/2022), menjelaskan, pada Senin (10/1/2022), jumlah kasus aktif di Jakarta naik 255 kasus sehingga kasus aktif di DKI Jakarta kini 2.129 orang yang masih dirawat atau isolasi.
Masyarakat, jelas Dwi, juga harus terus waspada karena penularan virus varian Omicron kini juga meningkat di Jakarta. Ada 407 orang terinfeksi varian Omicron di DKI Jakarta saat ini, dengan 350 orang adalah pelaku perjalanan luar negeri dan 57 orang terinfeksi dari transmisi lokal.
Ahli epidemiologi dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, secara terpisah, menegaskan, kenaikan kasus itu menunjukkan alarm tanda potensi kenaikan kasus sudah menyala. ”Sudah saya prediksi sejak September 2021 bahwa potensi gelombang ketiga itu nyata. Sekarang semakin jelas karena variannya sudah muncul. Bahkan meskipun varian Omicron belum muncul, potensi gelombang ketiga itu ada. Dari mana? Selain Omicron, Delta itu sendiri juga belum selesai,” jelas Dicky.
Menurut Dikcy, dengan bertambahnya kasus aktif harian dan kasus dengan varian Omicron bertambah, sudah jelas, alarm atau lampu kuning sudah menyala untuk potensi lonjakan kasus ini di Indonesia. Ia menilai, meskipun potensi dampak ke fasilitas kesehatan itu moderat dalam arti beban di fasilitas kesehatan juga kematian itu moderat, tidak seperti varian Delta, tetapi potensi akan menyamai atau mendekati dampak akibat varian Delta bisa saja tetap ada, karena itu sesuatu yang dinamis.
Bertambahnya kasus Covid-19 varian Omicron harus direspons serius. Itu karena orang yang sudah divaksinasi lengkap sekalipun bisa terinfeksi karena kemampuan infeksi varian Omicron ini tiga kali lebih dari varian-varian lainnya.
Dalam merespons gelombang ketiga, lanjut Dicky, tidak bisa disamakan dengan sebelumnya di awal 2021 dimana gelombang bisa diprediksi sebulan lagi akan meningkat. Menurut Dicky, pergerakan gelombang akan sedikit lebih lambat karena virus masih akan bersirkulasi di tengah orang-orang yang berimunitas.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) menjaga akses masuk hunian warga di zona merah RW 002 Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (11/1/2022). Karantina lokal, penyemprotan disinfektan, serta pelacakan tes antigen dan PCR dilakukan di kawasan padat penduduk tersebut. Dari pelacakan tes antigen dan PCR pada Selasa (11/1/2022) terhadap sekitar 300 warga terdapat 10 warga yang positif Covid-19. Sebelumnya ada 36 warga dari RT 008, 010, 011, dan 014 di RW 002 Kelurahan Krukut yang positif Covid-19 dan ada suspek varian Omicron.
Berimunitas itu artinya mereka yang sudah divaksin atau yang terinfeksi, atau yang terinfeksi lalu divaksin. ”Nah, mereka ini punya imunitas, tetapi tetap bisa terinfeksi walau tidak bergejala. Terinfeksi mereka, tetapi tidak ketahuan karena minimnya testing kita,” jelas Dicky.
Setelah menginfeksi mereka yang berimunitas sehingga cepat atau lambat akan menimpa atau merambah kelompok yang rawan yaitu yang punya komorbid, yang lansia.
”Nah ini yang akhirnya akan menimbulkan lonjakan kasus karena mereka akan dites. Sehingga potensi jumlah orang yang juga akan memerlukan layanan kesehatan akan meningkat, sementara orang yang akan masuk kategori kasus kontak erat sehingga harus karantina atau isolasi akan meningkat juga,” jelasnya.
Untuk itu, Dicky menyarankan supaya Pemprov DKI menyediakan lebih banyak fasilitas isolasi karantina di level terbawah. Yaitu supaya menjadi benteng supaya jangan banyak warga yang ke RS.
Masyarakat juga perlu dilengkapi dengan informasi yang lengkap. Karena dengan banyaknya kasus, akan banyak yang khawatir dan ketakutan sehingga warga akan ke RS. Untuk itu, penyediaan informasi yang lengkap di level masyarakat harus siap. Itu bisa di puskesmas, bisa di klinik, sehingga warga bisa berkonsultasi dan bisa diyakinkan untuk cukup di rumah saja.
”Yang benar-benar membutuhkan layanan karena masuk kategori berat atau berisiko tinggi itu yang harus ke sistem layanan yang lebih tinggi. Sistem rujukan harus disiapkan,” tegas Dicky.
Karena akan banyak yang melakukan karantina di rumah, Dicky melanjutkan, tentu perlu adanya pemonitoran. Aplikasi Peduli Lindungi sebaiknya bisa ditambahkan aplikasi untuk memantau dan melaporkan orang-orang yang menjalani karantina mandiri di rumah-rumah.
”Secara keparahan memang ada penurunan dibandingkan varian Delta. Tapi kalau potensi dia menjalani pemburukan tetap ada. Itu harus dihindari dengan melakukan monitoring yang ketat ini. Sehingga adanya kasus kasus pemburukan dan kematian yang tidak harus terjadi bisa dihindari,” tegas Dicky.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pelajar SMKN 35 menjalani tes usap di RW 002 Kelurahan Krukut, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Selasa (11/1/2022). Puluhan pelajar SMKN 35 menjalani tes usap karena lokasi sekolahnya berada di zona merah di RW 002 Kelurahan Krukut.
Dengan banyaknya kasus, pemerintah juga harus fokus pada warga yang bergerak di bidang pelayanan publik di RS atau di fasilitas umum atau pengantaran makanan. Dengan adanya penelusuran kasus yang membuat mereka masuk kasus kontak erat, mereka mesti menjalani isolasi karantina sehingga kegiatan bisa terhambat.
Untuk itu, harus diperhatikan supaya terjadi kelangkaan stok di pasaran. Pemerintah mesti melindungi petugas publik dengan penguat, juga dilengkapi dengan masker yang kuat seperti N95. Untuk masyarakat tidak mampu, tentu harus ada dukungan.
Kemudian dari sisi masyarakat, Dicky melanjutkan, masyarakat harus dibangun kesadaran akan pentingnya 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas).
”Ini yang harus kita jaga dan akan menghindarkan kita dari situasi yang lebih buruk. Ingat, ini adalah era Omicron plus. Musuh kita bukan hanya Omicron, tapi varian lainnya, seperti Delta, Alfa, Beta itu masih ada, juga ada potensi varian baru lainnya,” jelasnya.
Dicky juga sepakat, pembatasan pergerakan ke luar negeri ini menjadi sangat penting. Jangan sampai abai, karena sekali abai, akan membuka peluang virus masuk dan itu menjadi kerugian.
Arifin, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DKI Jakarta, menegaskan, belajar dari kasus di Kelurahan Krukut, Jakarta Barat, juga untuk menghadapi ancaman gelombang ketiga, Satpol PP DKI memantau dan mengawasi kedisiplinan warga akan prokes dengan cara patroli keliling. Patroli di lingkungan permukiman ditujukan untuk mengawasi kepatuhan warga menggunakan masker juga penerapan prokes lainnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Petugas gabungan empat pilar mengimbau dari pintu ke pintu rumah warga agar mengikuti tes usap massal di perkampungan di Krukut, Kecamatan Tamansari, Jakarta Baratm Senin (10/1/2022). Sebagian warga yang positif terpapar Covid-19 dibawa ke RSDC Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, untuk mendapatkan perawatan. Dinas Kesehatan DKI Jakarta beserta aparat Kelurahan dibantu Kepolisian, TNI, Satpol PP PMI masih melakukan pelacakan (tracing) terhadap warga yang diduga terpapar Covid-19 varian Omicron untuk mengantisipasi penularaan lebih berlanjut. Polisi menerapkan penguncian mikro di lokasi sekitar tempat tinggal yang diduga menjadi tempat penularan langsung.
Patroli keliling di kawasan permukiman dilakukan di pagi hari dan di sore hari ketika orang-orang mulai banyak kembali ke rumah.
Adapun untuk fasilitas kesehatan seperti RS khusus Covid-19, seperti yang dijelaskan Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria, seluruh rumah sakit dan tenaga kesehatan bersiaga. Jumlah tempat tidur isolasi dan ICU dipastikan siap.