Sistem Uji Coba Manual Lemah dan Penggunaan Ponsel Picu Tabrakan LRT
KNKT merilis hasil investigasi atas tabrakan antarkereta LRT Jabodebek pada 25 Oktober 2021. Salah satu temuan KNKT, teknisi kereta terganggu penggunaan ponsel untuk komunikasi saat pengujian.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Selubung dua rangkaian kereta LRT Jabodebek yang bertabrakan pada lintasan di kawasan Harjamukti, Cibubur, Jakarta Timur, telah dibuka seiring tahap pekerjaan evakuasi, Sabtu (30/10/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Komite Nasional Keselamatan Transportasi mendapati, tabrakan kereta LRT Jabodebek terjadi akibat sejumlah hal, di antaranya mulai dari teknisi yang tidak fokus pada pekerjaannya karena tengah menggunakan telepon seluler. Selain itu, ada faktor tombol rem darurat yang tidak bisa dipergunakan. KNKT merekomendasikan sejumlah perbaikan demi peningkatan aspek keselamatan.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono yang dihubungi pada Selasa (21/12/2021) menjelaskan, dari hasil investigasi tim KNKT, ada sejumlah temuan yang menguatkan. Teknisi train set (TS) 29 mengalami distraksi atau gangguan akibat penggunaan telepon seluler (ponsel) sehingga teknisi TS 29 tidak fokus melihat kecepatan dan posisi kereta.
Penggunaan ponsel itu, menurut Soerjanto, karena dalam pengujian menggunakan aplikasi Whatsapp di telepon pintar untuk perintah langsir atau perintah berhenti. Komunikasi tidak menggunakan handy talky (HT) ataupun sarana komunikasi yang ada di dalam kereta karena memang belum diaktifkan.
Teknisi TS 29 mengalami distraksi atau gangguan akibat penggunaan ponsel sehingga teknisi TS 29 tidak fokus melihat kecepatan dan posisi kereta.
Suprapto, Kepala Subkomisi IK Perkeretaapian KNKT, dalam paparan akhir tahun capaian kinerja KNKT, Senin (20/12/2021), dan dirilis dalam media sosial KNKT, Selasa (21/12), menjelaskan, dari kronologi kejadian yang dicatat tim KNKT, tabrakan antara rangkaian kereta atau TS 29 dengan TS 20 terjadi di Km 12+720 antara Stasiun Ciracas dan Stasiun Harjamukti, Jawa Barat, pada 25 Oktober 2021.
Tabrakan terjadi ketika kedua rangkaian sedang menjalani proses langsir untuk mengosongkan trek 2 Stasiun Harjamukti untuk kepentingan pengujian sarana oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dan pengujian balise (suar elektronik atau transponder yang ditempatkan di antara rel kereta api sebagai bagian dari sistem perlindungan kereta api otomatis) oleh LRT Jabodebek.
Rangkaian pengujian dilakukan di lintasan yang ada karena belum tersedianya depo. Pengoperasian rangkaian uji coba LRT Jabodebek dilakukan secara manual oleh seorang teknisi PT INKA. Sistem persinyalan di LRT Jabodebek belum berfungsi sehingga communication based train control (CBTC) atau sistem kendali kereta berbasis komunikasi tidak difungsikan.
Sesuai prosedur operasi standar (SOP) langsir di jalur utama, batas kecepatan maksimum disesuaikan tanda batas kecepatan. Di lokasi kecelakaan, tanda batas kecepatannya adalah 80 kilometer per jam. Kecepatan tersebut berlaku hingga melihat rangkaian kereta yang parkir (atau berhenti di depannya) dan kecepatan diturunkan menjadi kurang lebih 3 km per jam.
Koordinasi dilakukan oleh seorang pengawas tim yang membawahkan 14 personel. Saat kejadian, terdapat 12 rangkaian kereta yang akan dipindahkan dan dilangsir. Komunikasi dilakukan dengan telepon menggunakan aplikasi Whatsapp.
TS 29 direncanakan untuk berhenti langsir pada Km 12 + 800 trek Stasiun Harjamukti. Namun, teknisi TS 29 belum sempat mengerem dan tidak menekan tombol darurat. Dari investigasi KNKT, ada sejumlah temuan, seperti plat penutup tombol darurat begitu keras sehingga tidak bisa ditekan.
Temuan lainnya, SDiag atau kotak hitam (blackbox) kalau di pesawat belum dikonfigurasi. Ergonomi kabin pun tidak optimal dengan desain kursi berputar. Kemudian sun visor atau penghalang sinar matahari tertutup sebagian sehingga membatasi pandangan bebas teknisi ke depan.
Pada lengkung sebelum lokasi kecelakaan pandangan terhalang adanya pepohonan, juga titik berhenti langsir tidak jelas. Kemudian KNKT menemukan jarum speedometer analog pada MC1 TS 29 berhenti pada posisi 50 km per jam.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Selubung dua rangkaian kereta LRT Jabodebek yang bertabrakan pada lintasan di kawasan Harjamukti, Cibubur, Jakarta Timur, telah dibuka seiring tahap pekerjaan evakuasi, Sabtu (30/10/2021).
Dari temuan-temuan, menurut Suprapto, KNKT sudah melakukan simulasi kecepatan dan waktu kejadian. Juga skenario kapan rem darurat diaktifkan.
Berdasarkan temuan-temuan dan hasil analisis KNKT, kecelakaan disebabkan teknisi TS 29 tidak fokus dalam menjalankan kereta dan terdistraksi akibat penggunaan ponsel. Sesaat sebelum kereta berjalan menuju arah Stasiun Harjamukti, teknisi TS 29 menurunkan sun visor mengakibatkan terhalangnya pandangan ke depan. Selanjutnya kereta berjalan dengan kondisi sun visor sebagian tertutup sehingga tidak melihat TS 20 yang berhenti dan selanjutnya terjadi tabrakan dengan kecepatan lebih dari 50 km per jam.
KNKT lantas membuat rekomendasi keselamatan, di antaranya meminta LRT Jabodebek menelaah ulang prosedur langsir dan pengujian kereta dengan memperhitungkan ketika terjadi suatu kegagalan. Selain itu, LRT Jabodebek diminta menelaah kembali desain kabin serta penghalang sinar matahari sehingga perlu dibuat regulasi tentang ergonomi pada perkeretaapian. LRT juga wajib melakukan pengunduhan secara berkala terhadap sistem perekaman di dalam SDiag dan di-review untuk mengetahui semua fungsi kereta, terutama apakah sistem perangkat lunak bekerja dengan standar yang diinginkan.
Rekomendasi berikutnya, menerapkan penjaminan kompetensi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebagai masinis, baik itu untuk operasional maupun uji coba LRT Jabodebek. Pengelola wajib melengkapi depo untuk perawatan ataupun perbaikan, baik saat ujicoba maupun saat operasional. Lainnya, memberikan pelatihan pemahaman digitalisasi kepada seluruh personel atau SDM yang berkaitan dengan pengoperasian, perawatan, dan penjaminan kualitas mengingat LRT Jabodebek akan dioperasikan dengan otomatisasi level 3.
Departemen keselamatan untuk Transjakarta
Untuk hasil investigasi atas insiden-insiden yang melibatkan bus-bus Transjakarta, Pelaksana Tugas (Plt) Kasubkom IK Lalu Lintas dan Angkutan jalan (LLAJ) KNKT Ahmad Wildan mengatakan, dari empat lokasi yang menjadi area surveilance tim KNKT untuk kepastian kelayakan kendaraan, tidak ada masalah pada armada Transjakarta. Salah satu rekomendasi KNKT adalah agar di dalam Transjakarta ada departemen khusus yang menangani keselamatan.
Departemen itu mengelola manajamen risiko sehingga bisa berjalan lebih efektif dan efisien untuk melakukan mitigasi terhadap bahaya yang muncul. Rekomendasi kedua adalah supaya Transjakarta memastikan kelayakan awak dan ketiga adalah memastikan keselamatan rute.
”Secara utuh, kami akan melakukan paparan besok Rabu,” kata Wildan.