Polri Selidiki Kebakaran yang Tewaskan Satu Keluarga di Tambora
Polisi memeriksa sembilan saksi serta mengerahkan Pusat Laboratorium Forensik untuk mengungkap musibah kebakaran yang menewaskan lima orang di Tambora.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mabes Polri, melalui Pusat Laboratorium dan Forensik, mulai menyelidiki penyebab kebakaran yang menewaskan satu keluarga di Tambora, Jakarta Barat. Jumlah saksi yang diperiksa dalam musibah itu juga terus bertambah menjadi sembilan orang.
Pusat Laboratorium dan Forensik Mabes Polri mendatangi lokasi kebakaran yang menewaskan satu keluarga di Jalan Tambora RT 010 RW 002, Tambora, Jakarta Barat, Kamis, (9/12/2021) pagi. Hal ini dilakukan untuk menyelidiki penyebab di balik kebakaran itu.
Korban tewas itu meliputi Agus Sugianto (40) bersama istrinya, Wawa (37), dua anaknya, Timotius (7) dan Doycelyn (5), serta seorang lansia perempuan bernama Melan (81). Mereka terjebak di dalam rumah saat api mulai membesar dan menghanguskan seisi rumah.
Kepala Kepolisian Sektor Tambora Komisaris Faruk Rozi mengatakan, Puslabfor mengambil beberapa sampel barang bukti, seperti abu arang sisa kebakaran dan kabel-kabel yang sudah terbakar. Polisi juga telah memeriksa sembilan orang saksi terkait musibah itu.
”Ada penambahan dua saksi lagi, jadi total sudah sembilan saksi. Mereka yang diperiksa merupakan warga yang berada di sekitar lokasi. Satu di antaranya korban yang selamat dari peristiwa ini,” kata Faruk, dalam siaran pers, Kamis (9/12/2021).
Sebelumnya, Pinky (41), warga RT 010, RW 001, Kelurahan Tambora, pada Rabu (8/12/2021), mengatakan, saat terjadi kebakaran, ada satu orang lelaki lanjut usia yang tinggal bersama Agus. Lelaki itu berhasil selamat dalam kebakaran tersebut.
”Dia sudah keluar rumah, sudah berhasil buka pintu. Cuma, mungkin sudah lansia, jadi pintu rumah ditutup lagi,” katanya.
Pinky menambahkan, sumber kebakaran awalnya berasal dari luar rumah Agus. Semula ada percikan api dari salah satu tiang listrik yang berada di bagian pojok depan rumah Agus dan pos jaga pabrik konfeksi. Api itu kemudian merembet dan masuk ke rumah.
”Warga sudah coba gedor, tapi pintunya susah dibuka. Pintu rumahnya pakai rooling door, jadi memang susah,” kata Pinky.
Saat api mulai merambat dan kian membesar, warga mendengar ada teriakan minta tolong dari dalam rumah itu. Suara teriakan permintaan tolong itu merupakan suara seorang anak kecil.
”Dia panggil-panggil papanya. Tidak lama kemudian diam,” ucap Pinky.
Rumah Agus berlantai tiga. Rumah itu didesain berbentuk rumah toko dengan akses keluar masuk hanya melalui satu pintu di bagian depan. Pintu depan dilengkapi dengan rooling door. Selain itu, rumah tersebut juga memiliki pagar dengan ketinggian sekitar 1,5 meter.
Di dalam rumah itu juga terdapat banyak suku cadang kendaraan, vespa, dan satu mobil. Bagian depan rumah Agus selama ini dijadikan seperti bengkel pribadi.
Saat kebakaran, para korban yang tewas berada di lantai dua. Adapun kebakaran dari luar rumah merambat ke lantai dasar sehingga menghanguskan seisi rumah itu.
”Jenazah suami istri ditemukan di kamar dalam kondisi berpelukan. Kalau dua anaknya bareng neneknya di kamar lain,” ucap Pinky.
Kepala Seksi Operasi Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Barat Sjukri Bahanan mengatakan, kebakaran yang terjadi di Jalan Tambora I itu menghanguskan empat rumah dengan luas area terdampak mencapai 735 meter persegi.
Selain lima korban tewas, kebakaran itu juga mengakibatkan kerugian material mencapai Rp 1,5 miliar. ”Kebakaran diduga akibat korsleting listrik,” kata Sjukri dalam keterangan tertulis.