Ketika Transjakarta Menebar Teror Ketakutan
Saat DKI mendorong warga lebih banyak mengunakan angkutan umum, Transjakarta justru terlibat kecelakaan beruntun dan berulang. Sebagian pengguna khawatir dan waspada. Sopir membuka kisah beban kerja melebihi standar.

Bus Transjakarta tengah mengantre jadwal operasional di Terminal Blok M, Jakarta Selatan, Senin (6/12/2021) sore.
Sukma Yanti (27), warga Pondok Gede, terlihat anteng menunggu bus di Halte Pinang Ranti, Jakarta Timur, Selasa (7/12/2021). Setelah memarkir sepeda motor di tempat parkir di seberang halte, ia menyeberang dan masuk halte.
Tak lama bus Koridor 9 Pinang Ranti-Pluit tiba dan ia pun naik. ”Saya bisa saja naik sepeda motor ke kantor di Gatot Subroto, tetapi capek. Jadi, saya memilih naik bus,” jawabnya.
Sebagai karyawan swasta, ia memiliki keberuntungan dengan jam kerja fleksibel sehingga bisa berangkat siang. Naik bus Transjakarta adalah pilihannya.
”Namun, jujur, kecelakaan yang menimpa Transjakarta akhir-akhir ini membuat saya ngeri. Takut untuk naik bus, tetapi saya tidak ada pilihan,” kata Sukma.
Rasa takut yang sama dirasakan Ahmad Rizky (36), warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setiap hari ia naik bus Transjakarta rute Pasar Minggu-Tanah Abang. Karena kantornya terletak di Medan Merdeka Barat, ia berganti bus di Halte Sarinah atau Halte Bundaran HI.
”Selama naik bus Transjakarta saya sering menjumpai pengemudi yang ngebut atau kadang mengerem kurang baik sampai membuat perut saya mual,” katanya.

Ia mengaku khawatir dan deg-degan manakala harus naik bus Transjakarta. Apalagi dengan kecelakaan beruntun selama dua bulan terakhir, ia merasa ia makin ketakutan. ”Namun saya tidak ada pilihan lain. Transportasi umum bus di Jakarta sudah dilayani semua oleh Transjakarta,” kata Ahmad.
Teror menakutkan yang ditebar Transjakarta turut dirasakan Mohamad Fajar (35). Warga Pulo Gadung, Jakarta Timur, itu selalu menggunakan bus Transjakarta rute 2 atau 2A dari Pulo Gadung ke Harmoni. Di halte besar Harmoni ia akan berganti bus 1A rute PIK-Balai Kota atau rute Koridor 1 Kota-Blok M karena ia bekerja di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.
”Saya saking takutnya karena kecelakaan beruntun, sekarang kalau naik bus enggak mau duduk di belakang atau depan. Saya maunya duduk di bagian tengah bus,” ujarnya.
Baca juga: Polemik Transjakarta
Menurut Fajar, dengan duduk di tengah ia bisa melihat sekeliling dan waspada. Sebagai pengguna setia Transjakarta, ia merasa panik dan khawatir dengan layanan Transjakarta. ”Saya jadi merasa, aman atau tidak ya?" katanya.
Bagi Fajar, naik Transjakarta adalah pilihan terbaik. Ia bisa saja naik kereta komuter, tetapi ia tidak merasa nyaman karena pada jam sibuk di pagi hari penumpang kereta sangat padat.
Fajar punya pengalaman tidak enak sama seperti Rizky. Ia sering mendapati perilaku pengemudi yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, seperti mengebut, mengerem mendadak, hingga membuka dan menutup pintu bus tanpa melihat situasi penumpang, baik di dalam bus maupun kondisi di luar.

Arsip Infografis Kompas 16 tahun Transjakarta (Kompas, 15 Januari 2020).
Fajar, Rizky, dan Sukma menilai, Transjakarta seperti menebar teror ketakutan kepada para penumpang. ”Kecelakaan-kecelakaan yang menimpa Transjakarta membuat saya kurang percaya lagi dengan Transjakarta. Ini masalah trust issue buat saya,” kata Sukma.
Bagi Fajar, naik Transjakarta malah sama seperti naik pesawat tingkat keterancaman atau potensi kekhawatirannya. ”Saya sekarang milih-milih naik bus, cari yang busnya nyaman,” katanya.
Seperti diketahui, dalam dua bulan terakhir, kecelakaan demi kecelakaan terus terjadi dan melibatkan bus-bus Transjakarta. Dimulai dari kecelakaan bus milik operator Bianglala yang membuat dua orang meninggal pada 25 Oktober 2021. Kemudian ada bus milik operator PPD yang menabrak separator di Kebayoran Lama.
Pada 2-3 Desember 2021 kembali terjadi insiden. Pada 2 Desember, bus milik operator Steady Safe menabrak pos polisi di persimpangan PGC dan pada 3 Desember, bus milik operator Mayasari Bhakti menabrak separator di depan Ratu Plaza, Senayan.
Terbaru, pada Senin (6/12/2021), kecelakaan kembali terjadi di Pramuka, Jakarta Timur, yang melibatkan bus milik operator PPD; kejadian menabrak tembok di Puri Beta 2, Ciledug, Tangerang Selatan yang melibatkan bus milik Transjakarta; dan kejadian di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang melibatkan bus milik operator Steady Safe dan membuat seorang pejalan kaki meninggal.

Lokasi kejadian kecelakaan bus Transjakarta yang menewaskan satu orang saat menyeberang di Jalan Raya Taman Margasatwa Raya, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Foto diambil Selasa (7/11/2021) siang.
Baca Juga: Transjakarta Butuh Divisi Keselamatan untuk Tekan Angka Kecelakaan Bus
Gito, pramudi dari PPD, salah satu operator Transjakarta, mengatakan, rata-rata pramudi mengalami kelelahan akibat pengaturan jam kerja yang berlebih. Sesuai aturan, pramudi diatur bekerja delapan jam.
Yang paling apes, jika seorang sopir mendapat jadwal kerja mulai pukul 12.00. Dengan aturan kerja delapan jam, seharusnya seorang pramudi bekerja hingga pukul 20.00. Kenyataannya, saat jam operasi terakhir pukul 22.00 seorang pramudi masih harus mengisi solar di SPBU.
”Mengantre solar saja bisa sampai tengah malam, pukul 01.00, kadang pukul 02.00 baru pulang,” kata Gito yang saat ini bertugas di Koridor 9 Pinang Ranti-Pluit.
Dari antrean solar saja, pramudi bisa sangat lelah. Belum lagi jika rumah seorang pramudi jauh dari pul, maka kelelahan bisa bertambah.
Tambahan lagi, menurut Gito, selama pandemi Covid-19, ada kebijakan layanan Transjakarta yang menurut Gito kurang pas. Ada layanan untuk tenaga kesehatan yang dimulai setelah layanan reguler selesai.

Pramudi Transjakarta mengantre pengisian bahan bakar gas di SPBG COCO Cililitan, Jakarta Timur, Minggu (5/12/2021) malam. Antrean setidaknya berkisar 5 menit hingga 30 menit tergantung keramaian kendaraan.
Transjakarta disebutkan tidak menyiapkan bus dan pramudi khusus terpisah dari layanan reguler untuk layanan tambahan itu. Program untuk tenaga kesehatan itu menjadi beban pramudi yang telah bekerja dari siang. ”Dulu waktu normal, ada angkutan malam hari atau amari. Itu Transjakarta menyiapkan bus dan pramudi sendiri sehingga segar,” kata Gito.
Sayangnya, sudah rasa lelah membayang, di pul atau di tempat pergantian pramudi atau di halte ujung tidak selalu tersedia tempat istirahat atau tempat tunggu yang layak, tentunya dengan fasilitas yang manusiawi seperti kamar kecil.
”Kayak sekarang, saya aplusan di Terminal Pinang Ranti, ya, ngamprak saja. Hujan, ya, kehujanan, panas, ya, kepanasan,” kata Gito yang bertempat tinggal di Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu.
Gito menyayangkan sikap Transjakarta yang begitu ada kecelakaan atau insiden langsung menyalahkan sopir. ”Seharusnya Transjakarta membuat terobosan terkait perlakuan layak kepada para pramudi,” katanya.

Bus Transjakarta tengah mengantre untuk memulai operasional pengangkutan penumpang di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Senin (6/12/2021). Waktu antrean berkisar dari 5 menit sampai 20 menit.
Daryono, Manajer Operasional Mayasari Bhakti, salah satu operator mitra Transjakarta, menambahkan, selain hal-hal itu, ia melihat para pramudi sering kali dibuat untuk bisa bekerja di semua rute atau koridor. Padahal, setiap koridor di 13 koridor utama, belum termasuk rute nonBRT atau yang tidak berjalur khusus, masing-masing memiliki tantangan, kesulitan, dan hambatan sendiri. Ada karakteristik masing-masing. Misalnya di tikungan mana banyak diserobot sepeda motor, di persimpangan mana ada sekolah sehingga banyak anak sekolah.
Padahal, menurut Daryono, apabila satu pramudi ditempatkan di satu koridor, dia akan memahami kesulitan dan karakteristik koridor dengan baik. Tentu saja itu akan berdampak pada kualitas layanan.
Sayangnya, Transjakarta selalu dengan cepat memindah tugas seorang pramudi dari satu rute atau koridor ke rute atau koridor lain. ”Keuntungannya, seorang pramudi akan kenal semua koridor. Kekurangannya, pramudi kurang memahami dengan baik karakteristik koridor,” katanya.
Baca Juga: Transjakarta Evaluasi Total Layanan, Dua Operator Bus Dihentikan Sementara
Daryono juga menyayangkan kebijakan Transjakarta ketika ada satu bus terlibat kecelakaan, kemudian seluruh bus sejenis akan dihentikan sementara operasinya untuk dilakukan pemeriksaan detail kembali. ”Kami sudah menggandeng agen pemegang merek untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan rutin sesuai aturan dan evaluasi pengendalian Transjakarta,” ujarnya.

Surat pertanggungjawaban operasional pramudi Transjakarta. Mereka wajib mengisi surat tersebut sebelum operasional. Foto diambil di Halte Harmoni, Jakarta Pusat, Senin (6/12/2021).
Jika seluruh bus sejenis dihentikan sementara, Daryono mengkhawatirkan kepercayaan pihak investor yang sudah berinvestasi pada usaha angkutan. ”Perbankan bisa tidak mempercayai kami,” jelasnya,
Adapun untuk persiapan armada, menurut Daryono, Mayasari berhati-hati dan secara detail menyiapkan. Adapun untuk pramudi, dengan karakteristik yang berbeda-beda, pelatihan bisa dilakukan seminggu saat pagi hingga sore, kemudian selama sepekan saat malam hari. ”Itu membuat pramudi mendapatkan gambaran suasana dan situasi koridor secara lengkap sambil beradaptasi,” jelasnya.
Pengelolaan pelayanan angkutan umum kebanggaan Jakarta itu akhirnya dinilai karut-marut dan tidak becus. Itu terungkap dalam rapat kerja antara Komisi B DPRD DKI Jakarta dan direksi Transjakarta, Senin (6/12/2021).
Adi Kurnia, anggota Komisi B dari Fraksi Gerindra mengatakan, Transjakarta sudah menebar teror ketakutan bagi warga Jakarta. ”Warga harusnya mendapatkan pelayanan angkutan umum yang nyaman dan aman. Ini Transjakarta malah menebar ketakutan,” kata Adi dalam rapat.
Manuara Siahaan, anggota Komisi B dari Fraksi PDI-P, mempertanyakan fungsi pengawasan Transjakarta atas organisasi. Ia mengatakan, kurangnya pengawasan menjadi celah yang bisa dimainkan operator.
”Misalnya ketika sesungguhnya standar pelayanan minimum tidak bisa dipenuhi operator, tetapi tetap diizinkan jalan. Ini harusnya diawasi betul,” kata Siahaan.

Bus Transjakarta tengah mengantre untuk memulai operasional pengangkutan penumpang di Halte Transjakarta Harmoni, Jakarta Pusat, Senin (6/12/2021). Waktu antrean berkisar dari 5 menit sampai 20 menit.
Terkait sopir yang kelelahan pun menjadi sorotan Gilbert Simanjuntak, anggota Komisi B dari Fraksi PDI-P. Ia mengatakan, para pramudi Transjakarta yang ia temui banyak yang mengeluhkan bekerja melebihi batas waktu. Para pramudi bekerja dalam waktu yang terlalu panjang.
Begitu banyaknya kekacauan yang terjadi dalam pengelolaan operasi dan layanan Transjakarta, Komisi B meminta direksi Transjakarta berbenah, baik dari aspek manajemen maupun layanan. Transjakarta diminta bekerja sama dengan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) untuk mengevaluasi dan menginvestigasi atas insiden-insiden yang belakangan terjadi supaya kepercayaan masyarakat akan angkutan umum terjaga.