Pembangunan Sumur Resapan Jakarta Tahun 2022 Dilanjutkan Tanpa Pihak Ketiga
Pembangunan sumur resapan sejauh ini dinilai cukup efektif mengatasi genangan dan banjir di Jakarta.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
KOMPAS/FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Sumur resapan di sepanjang Jalan Aditiyawarman hingga Jalan Kertanegara, Kelurahan Selong, Kecamatan Kebayoran Baru, Kamis (2/12/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta akan tetap melanjutkan pembangunan sumur resapan tahun 2022 tanpa anggaran khusus seperti tahun sebelumnya. Pembangunan sumur resapan sejauh ini dinilai cukup efektif mengatasi genangan dan banjir di Jakarta.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Dudi Gardesi saat dihubungi wartawan di Jakarta, Kamis (2/12/2021), mengatakan, pembangunan sumur resapan di tahun 2022 akan dilakukan dengan melihat kasus dan kebutuhan di tiap wilayah Ibu Kota.
”Kami akan lihat kasus per kasus. Misalnya, karena ada genangan-genangan yang mungkin masih sering terjadi, walaupun sudah ditanam (sumur resapan), nanti ditambahkan (sumur resapan). Contoh, di Cawang, nanti ditambah lagi dengan yang dalam,” ujarnya.
Strategi itu, menurut dia, akan dilakukan untuk tetap melanjutkan program sumur resapan tanpa anggaran khusus di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.
ARSIP CEPI AL HAKIM
Mekanisme kerja dari sumur resapan.
Pada tahun anggaran 2022, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta menghapus anggaran sumur resapan dari yang semula diusulkan Rp 322 miliar oleh Pemerintah Provinsi DKI (Pemprov) Jakarta.
Ida Mahmudah, Ketua Komisi D Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta, mengatakan, hal ini diputuskan dalam rapat badan anggaran, Rabu (24/11/2021).
”Waktu finalisasi dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah atau TAPD, mata anggaran itu banyak mendapat komplain dari beberapa anggota badan anggaran. Menurut mereka, pembangunan sumur resapan tidak efektif. Akhirnya banggar mengenolkan,” ujar anggota Fraksi PDI-P itu.
Seperti diketahui, pada 2021 Pemprov DKI Jakarta menargetkan bisa membangun 25.647 titik drainase vertikal atau sumur resapan. Dinas SDA DKI mencatat, 25.647 titik itu akan bisa menyerap 68.038 meter kubik air. Sampai dengan 27 Oktober 2021, mereka sudah membangun 12.482 titik sumur resapan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pekerja merampungkan tahap akhir sumur resapan di Jalan Soekanto, Jakarta Timur, Kamis (18/11/2021).
Ida melanjutkan, anggaran sumur resapan yang dinolkan itu akan dimanfaatkan untuk menambah anggaran gaji pegawai penyedia jasa layanan perseorangan (PJLP) DKI Jakarta. Anggaran gaji itu sebesar Rp 200 miliar.
Dilanjutkan Dudi, anggaran yang dihapus merupakan anggaran pembangunan sumur resapan yang melibatkan pihak ketiga. Pembangunan sumur resapan tetap bisa dilanjutkan dengan menggunakan APBD yang masuk melalui Dinas SDA DKI.
”Kami, kan, ada anggaran pekerjaan, perbaikan, belanja pemeliharaan, terus belanja yang tidak menjadi aset. Anggaran dan sumber daya ini bisa menambah kinerja-kinerja sumur-sumur yang dibangun sekarang. Misalnya, untuk menambah kedalaman dan sebagainya,” katanya.
Namun, dengan kemampuan yang terbatas, ia mengakui, tidak adanya anggaran khusus untuk sumur resapan akan membatasi kemampuan membangun sumur baru. Dengan anggaran internal Dinas SDA DKI, mereka hanya akan mampu membangun sekitar 2.000 titik sumur resapan, jauh dibandingkan 26.000-an titik sumur resapan yang ditargetkan terbangun hingga akhir tahun ini dengan anggaran Rp 411 miliar.
Adapun mengenai keefektifan sumur resapan seperti yang dikritik sebagian Dewan, Dudi berpendapat, sumur resapan menjadi salah satu solusi pengendalian genangan dan banjir yang baik diterapkan di Jakarta untuk jangka panjang.
”Kami jalankan arahan dan standar yang ada di Peraturan Menteri PUPR. PUPR menyebut sumur resapan sebagai solusi jangka panjang, selain pompa, polder, normalisasi, dan naturalisasi sungai,” ujarnya.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pekerja rekanan Dinas SDA DKI Jakarta merampungkan penggalian sumur resapan di kawasan Basuki Rahmat, Jakarta Timur, Jumat (22/10/2021).
Dinas SDA DKI pun berkomitmen memaksimalkan setiap program yang ada untuk mencegah banjir di Jakarta dengan pendekatan masing-masing.
”Berdasarkan apa yang kami nilai, genangan di Jakarta sudah minimal. Masih ada genangan, tetapi tidak sebesar yang sebelumnya. Jadi, tentunya cukup efektif,” ujar Dudi.