RSUD Kota Tangerang Rawat 500 Orang dengan HIV/AIDS
Penambahan kasus, akses pengobatan, dan diskriminasi masih menjadi tantangan menuju bebas HIV/AIDS pada tahun 2030. Bebas berarti tidak ada infeksi baru, kematian, dan stigma atau diskriminasi terhadap ODHA.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·3 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang di Banten mencatat peningkatan orang dengan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) dari hubungan seks berisiko antara lelaki dan lelaki. Pada saat yang sama ada penurunan orang dengan HIV/AIDS dari pemakaian narkoba menggunakan jarum suntik.
Sedikitnya 500 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) menjalani perawatan di Poli Cemara RSUD Kota Tangerang sejak Oktober 2018. Selebihnya dirujuk ke RSUD Kabupaten Tangerang.
Taty Damayanty, Direktur RSUD Kota Tangerang, ketika dijumpai Rabu (1/12/2021), menyebutkan, makin ke sini ada tren kenaikan kasus dari seks berisiko antara lelaki dan lelaki. Sebaliknya, kasus dari penggunaan satu jarum suntik secara bersama-sama berkurang.
”Lelaki-lelaki yang sudah menikah itu lalu menularkan kepada istrinya. Jumlah ibu rumah tangga terkena HIV/AIDS mencapai 60 persen. Kalau penggunaan jarum suntik, mungkin berkurang karena ada layanan jarum suntik steril di puskesmas,” tuturnya.
RSUD Kota Tangerang menggiatkan program perawatan dukungan pengobatan kepada ibu hamil supaya tidak menulari buah hatinya. Selain menyarankan persalinan secara caesar, juga mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) secara teratur. Tak hanya mendukung kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS, ARV juga dapat menekan risiko penularan.
Jangan takut ikut skrining HIV karena pemerintah berkomitmen menangani, mendampingi, dan menyelesaikan kasus HIV di Kota Tangerang secara bertahap.
Taty menambahkan, pemerintah tengah mengupayakan bebas HIV/AIDS pada tahun 2030. Ada tiga hal yang ingin dicapai, tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian, dan tidak ada stigma atau diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS.
”Caranya dengan penyuluhan, terapi, pengobatan, dan pertahankan kondisi kesehatan pasien karena belum ada obat untuk benar-benar sembuh. Jangan sampai daya tahan tubuh menurun sehingga meninggal,” ucapnya.
Skrining
HIV merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Penularannya melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, seperti dari darah, air susu ibu, air mani, cairan vagina, dan cairan anus. Juga bisa terjadi selama kehamilan dan menyusui, hubungan seksual tanpa pengaman, serta jarum suntik bekas atau berbagi jarum suntik.
Rani Handayani, spesialis penyakit mulut di RSUD Kota Tangerang, menuturkan, HIV/AIDS bagaikan fenonema gunung es karena sedikit yang ketahuan, sedangkan lebih banyak tersembunyi. Orang dengan HIV/AIDS pun bisa hidup normal asalkan daya tahan tubuhnya terjaga dengan cara menjalani konseling atau perawatan.
”Kalau berperilaku seks berisiko, tolong rutin periksakan diri. Alangkah baiknya melakukan hubungan seks yang aman, seperti tidak gonta-ganti pasangan dan menggunakan kondom. Juga hindari penggunaan jarum suntik bersama-sama,” katanya.
Dalam peringatan Hari AIDS se-dunia, 1 Desember ini Kelurahan Sangiang Jaya dan Puskesmas Sangiang menggelar skrining HIV, gula darah, dan katarak di Pasar Laris Taman Cibodas, Kecamatan Periuk. Ada hadiah menarik bagi warga yang mengikuti skrining tersebut.
Kepala Puskesmas Sangiang Elly Herawati Panggabean mengatakan, warga yang positif HIV akan mendapatkan perawatan dukungan pengobatan. RSUD Kota Tangerang juga akan menyuplai obat-obatan sehingga kualitas hidup pasien dapat terjaga.
”Jangan takut ikut skrining HIV karena pemerintah berkomitmen menangani, mendampingi, dan menyelesaikan kasus HIV di Kota Tangerang secara bertahap,” katanya.