Penunjukan Langsung Kontraktor Belum Ada Hasil, MRT Tunggu Keputusan JICA
Proses penunjukan langsung kontraktor untuk proyek CP 202 dan CP 205A belum menghasilkan kontraktor karena ada perbedaan harga. MRTJ sudah menyampaikan hasil negosiasi ke JICA untuk mendapatkan keputusan.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT MRT Jakarta memastikan proses penunjukkan langsung untuk mendapatkan kontraktor proyek untuk paket kontark CP 202 dan 205A masih berlangsung. MRT Jakarta sudah menyampaikan hal tersebut kepada Badan Kerja Sama Internasional Jepang atau JICA.
Rendi Alhial, Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT MRT Jakarta, Rabu (1/12/2021), memastikan hal itu. ”Betul, masih dalam tahapan mendapatkan kontraktor. Pemerintah Indonesia dan JICA masih mendiskusikan perbedaan harga,” katanya.
Dalam agenda Forum Jurnalis MRT Jakarta yang digelar secara daring, Selasa (30/11/2021), Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar menjelaskan, proses penunjukan langsung yang dilakukan MRT Jakarta itu sesuai dengan kesepakatan atau keputusan antara Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kontraktor yang akan mengerjakan dua paket kontrak itu.
Saat ini MRT Jakarta berdiskusi dan berkonsultasi dengan JICA untuk memastikan bahwa proses ini tetap bisa berjakan secara efisien dan efektif sesuai target yang diharapkan.
Sebelumnya diberitakan, untuk paket kontrak (CP) 202 yang berupa paket sipil dari Harmoni ke Mangga Besar, serta CP 205A yang berupa paket pengadaan sistem perkeretaapian dari Bundaran Hotel Indonesia ke Mangga Besar, dua kali gagal lelang pada 2020. Dengan demikian, mulai Januari 2021 diputuskan untuk dilakukan penunjukan langsung dengan menggabungkan CP 202 dan CP 205A.
”Sejak Januari 2021, kami mulai mengumumkan direct contracting dan persiapan proposal oleh kandidat. Kandidat sudah memasukkan proposal awalnya pada April, kemudian dilakukan klarifikasi teknis dengan kandidat,” kata William.
Dalam proses itu, William melanjutkan, didapatkan harga yang ditawarkan kandidat itu lebih tinggi daripada harga yang ditetapkan panitia sehingga pada September-Oktober 2021 dilakukan negosiasi harga dengan kandidat. ”Setelah kami melakukan negosiasi harga, kami mendapati masih terdapat perbedaan harga,” katanya.
Lantaran perbedaan harga masih terjadi, di awal November MRT Jakarta mengajukan hasil negosiasi dan menyampaikan rekomendasi kepada JICA untuk mendapatkan keputusan terkait tindak lanjut proses negosiasi. Tentunya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia ataupun standar JICA guideline.
”Saat ini MRT Jakarta berdiskusi dan berkonsultasi dengan JICA untuk memastikan bahwa proses ini tetap bisa berjakan secara efisien dan efektif sesuai target yang diharapkan,” kata William.
Dalam proses ini, William menyebutkan bahwa Pemerintah Jepang dan Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen mendukung dan memastikan tidak terjadi hambatan dalam pelaksanaan pembangunan MRT Jakarta.
”Jadi, rekomendasi tindak lanjut yang sedang kami lakukan adalah PT MRT Jakarta telah menyampaikan dan memberikan hasil evaluasi rekomendasi kepada pihak JICA dan saat ini sedang dilanjutkan dengan koordinasi high level antara pemerintah dan JICA atas paket pengadaan civil works baik itu CP 202 juga railways system dan trackwork CP 205A, tentu dengan mekanisme JICA guideline,” katanya.
Pembangunan fase 2A MRT Jakarta ini dibagi dalam dua segmen. Segmen pertama adalah CP 201 dari Bundaran HI ke Harmoni yang direncanakan selesai Maret 2025. Kemudian segmen dua terdiri dari CP 202 dan CP 203 dari Harmoni ke Kota yang direncanakan selesai Agustus 2027.
Januari pengeboran
Terkait pekerjaan sipil paket CP 201 dari Bundaran HI ke Harmoni, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan, mesin bor terowongan atau tunnel boring machine (TBM) untuk pembangunan terowongan CP 201 sudah tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 20 November 2021.
Saat ini, MRT Jakarta tengah menyelesaikan urusan dengan Bea dan Cukai untuk kemudian bisa dihantarkan ke titik awal pengeboran di sebelah utara Stasiun Bundaran HI.
”Tunnel eye TBM di area utara stasiun Bundaran HI tengah dibuat sehingga begitu TBM tiba di site akan segera dirakit supaya Januari 2022 sudah bisa melakukan pembuatan terowongan,” kata Silvia.
Adapun untuk TBM 2, kata Silvia, sudah ada di Pelabuhan Shanghai siap untuk dimuat dan dikirim ke Indonesia. TBM untuk pembangunan terowongan MRT fase 2A itu diproduksi oleh Kawasaki Heavy Industries di Hangzhou dan Wuhu, China.
Untuk pembangunan CP 203 dari Glodok ke Kota, kata Silvia, pekerjaan yang sudah terjadi adalah pemotongan, relokasi, dan penanaman pohon terdampak; pekerjaan relokasi utilitas; pelebaran jalan di Pintu Besar Selatan, Jalan Gajah Mada, dan Jalan Hayam Wuruk; serta pekerjaan halte sementara Transjakarta Glodok.