Penanggulangan Banjir Jakarta Fokus Potensi Dampak Bencana
Kesiapsiagaan perlu difokuskan pada potensi dampak bencana di setiap wilayah kotamadya.
Oleh
erika kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar apel kesiapsiagaan sumber daya penanggulangan banjir dalam situasi La Nina dan pandemi Covid-19. Kesiapsiagaan perlu difokuskan pada potensi dampak bencana di setiap wilayah kotamadya.
Rabu (17/11/2021) siang, Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Ahmad Riza Patria memimpin kegiatan Gladi Posko dan Gladi Lapang secara virtual di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat. Kegiatan itu secara serentak diadakan bersama jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, TNI, Polri, masyarakat, serta lembaga pegiat kebencanaan di lima wilayah kota administratif.
Ia mengingatkan, musim hujan kali ini dihadapkan pada dua situasi. Pertama, pandemi Covid-19 yang masih perlu diwaspadai kendati sudah dalam kategori terkendali karena persentase kasus positif sepekan terakhir 0,6 persen. Angka itu sesuai standar persentase kasus positif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tidak boleh lebih dari 5 persen.
Kedua, Jakarta juga terancam fenomena iklim La Nina. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, La Nina yang berlangsung dari November 2021 hingga Februari 2022 akan meningkatkan curah hujan dan kejadian hujan ekstrem.
”Untuk itu, seluruh potensi sumber daya yang ada perlu diberdayakan secara maksimal, baik itu berupa sumber daya manusia maupun peralatan, sehingga dapat dimanfaatkan secara cepat, tepat, dan akurat saat menghadapi banjir,” ucap Ariza, panggilan akrabnya.
Lilik Kurniawan, Sekretaris Umum Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang hadir dalam kesempatan yang sama menilai, kegiatan tersebut berguna untuk menguji sistem penanganan bencana. Sistem itu perlu diperkuat dengan pembagian tugas sumber daya manusia (SDM) yang jelas.
”Misalnya, kalau ada pengungsi, perlu bikin kluster pengungsi yang diisi (petugas) dinas sosial dan BNPB. Kalau perlu, warga yang perlu dicari, ada kluster pencarian. Ini saya lihat sudah dilakukan di DKI Jakarta, tetapi diharapkan lagi semua mengerti posisi masing-masing agar tidak ada kebingungan, dan ujungnya masyarakat selamat,” tuturnya.
Kebutuhan wilayah
Hal senada diutarakan Panglima Komando Daerah Militer Jaya Mayor Jenderal Mulyo Aji. Namun, penyediaan sistem ini, menurut dia, perlu juga menimbang kebutuhan wilayah. Hal ini untuk mencegah penumpukan kekuatan bantuan yang membuat penanggulangan banjir tidak efektif.
Pengalaman sebelumnya, pada saat bencana pasti banyak orang yang mau berkontribusi secara fisik untuk membantu saudara-saudaranya yang terimbas banjir. Namun, saking banyaknya sukarelawan yang datang pada waktu dan ruang yang tidak tepat, mereka malah perlu kita evakuasi,” ujarnya.
Potensi dampak bencana banjir di Jakarta beragam, dari kemacetan lalu lintas, putusnya akses warga dan logistik, hingga kekurangan air bersih dan fasilitas sanitasi. Di Jakarta Pusat, misalnya, kurangnya air bersih dan sanitasi sering dialami warga yang terdampak banjir.
Harmadi, Ketua Rukun Wilayah 005 Kelurahan Karet Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, menuturkan, dampak banjir kerap dialami di wilayahnya yang berbatasan dengan Kali Krukut. Hal ini terakhir kali dialami pada saat banjir besar di 2020, yang datang hingga lima waktu, dan menenggelamkan 15 rukun tetangga (RT) dari total 17 RT di wilayah RW 005.
Oleh karena itu, dalam simulasi penanggulangan banjir oleh jajaran Pemerintah Kota Jakarta Pusat di wilayahnya, PT Palyja dan Dinas Lingkungan Hidup DKI dilibatkan untuk menyimulasikan bantuan air bersih dan bilik mandi cuci kakus (MCK).
”Biasanya, ketika banjir tinggi, aliran listrik dipadamkan. Persediaan air bersih jelas terhambat. Jadi, sangat membantu ketika ada pihak Palyja datang menyediakan air bersih,” ujarnya.
Simulasi itu, menurut dia, juga membantu warga memastikan ke mana harus meminta bantuan pertolongan bencana. Sementara itu, RW tersebut juga telah menyiapkan Satuan Tugas Banjir hingga sarana dan prasarana penyelamatan, seperti perahu karet, genset, dan posko bencana.
Di sisi lain, Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi memastikan, pihaknya juga telah berupaya mencegah banjir dengan cara setiap minggunya melakukan grebek lumpur, pembersihan sampah, dan pengerukan sungai. Adapun titik banjir di Jakarta Pusat hanya tersebar di tiga kelurahan, yakni Bendungan Hilir, Gunung Sahari, dan Petamburan.