Korona Kota Bogor Turun Drastis, Warga Jangan Lengah
Pelonggaran PPKM level 1 menjadi kesempatan relaksasi dan meningkatkan perputaran roda ekonomi, tetapi juga menciptakan kembali lapangan pekerjaan. Prokes ketat tetap harus diterapkan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Penanganan pandemi Covid-19 di Kota Bogor, Jawa Barat, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 1 relatif terkendali. PPKM level 1 ini menjadi momentum meningkatkan ekonomi. Warga diminta tetap menjalankan protokol kesehatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan pada Selasa (16/11/2021), hanya ada penambahan 1 kasus konfirmasi positif sehingga total sejak awal pandemi mencapai 37.594 kasus. Adapun pasien yang masih sakit atau dalam perawatan 20 kasus, sedangkan yang meninggal 525 kasus.
”Selama PPKM level 1, kasus di Kota Bogor cukup terkendali. Rata-rata penambahan 1-3 kasus positif per hari. Kesadaran protokol kesehatan kita tetap harus ketat agar kasusnya terus terkendali,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno, Rabu (17/11/2021).
Dari data kasus itu, kata Retno, bed occupancy rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur di 21 rumah sakit rujukan Covid-19 juga terus menurun. Total 570 tempat tidur terisi 17 pasien atau tingkat BOR 3 persen.
Dibandingkan saat kasus tinggi beberapa bulan lalu, tingkat BOR saat ini sudah sangat jauh berkurang. Juli lalu, BOR Kota Bogor mencapai 90 persen dan ruang ICU penuh. Pihak dinkes dan rumah sakit bahkan harus menambah ketersediaan tempat tidur mencapai sekitar 1.300 tempat tidur.
Meski kasus melandai dan cukup terkendali, lanjut Retno, fasilitas kesehatan tetap siaga disiapkan untuk mengantisipasi jika terjadi lonjakan.
Wali Kota Bogor Bima Arya menambahkan, melandainya kasus Covid-19 jangan dijadikan alasan untuk tidak menjalankan protokol kesehatan. Justru melandainya kasus ini dijadikan warga kian ketat menerapkan protokol kesehatan, karena interaksi yang semakin terbuka seiring relaksasi PPKM level 1 yang berlanjut hingga 29 November mendatang.
“Kita tidak boleh letih untuk prokes ketat dalam beraktivitas. Pelonggaran aktivitas dan usaha tetap beriringan dengan prokes dan pola hidup sehat,” ujar Bima.
Pengendalian dan penanganan kasus yang sudah menunjukkan hasil baik, kata Bima, penting untuk dipertahankan dan ditingkatkan agar pada PPKM level 1 ekonomi pulih dan meningkat.
Pemulihan ekonomi perlu dilakukan karena sudah berdampak pada tingkat pengangguran di Kota Bogor yang mencapai 175.000 orang atau 12,6 persen dari sebelumnya 3,5 persen.
Bima melanjutkan, banyak sektor usaha terdampak pandemi sehingga imbasnya mata pencarian berkurang dan warga kehilangan pekerjaan.
Oleh karena itu, pelonggaran PPKM level 1 di Kota Bogor menjadi kesempatan untuk relaksasi ekonomi. Tidak hanya meningkatkan perputaran roda ekonomi, tetapi juga menciptakan kembali lapangan pekerjaan.
Tidak hanya terkait ekonomi, kata Bima, tetapi juga terkait kesehatan khususnya untuk anak-anak sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Jika terjadi lonjakan kasus, sekolah atau PTM juga akan berdampak.
Aliya Carrisa Milania Putri (14), pelajar kelas 9 SMP Negeri 1 Kota Bogor, mengatakan, selama uji coba PTM berlangsung lancar dan protokol kesehatan diterapkan sangat ketat.
”Setiap ruang kelas dibatasi jumlahnya separuh. Dari awal masuk hingga keluar kelas dan sekolah, kami prokes karena ada pengawasan. Bahkan kayak jajan gitu saja ketat. Banyak yang membawa bekal dari rumah,” ujar Aliya.
Ia tak keberatan dengan protokol kesehatat ketat di sekolah selama PTM karena demi kebaikan dan kesehatan pelajar. ”Kami senang sudah bisa kembali sekolah, bikin semangat belajar. Kalau sekolah tutup karena ada kasus, misalnya, kami sedih. Itu jangan sampai terjadi. Belajar di sekolah asyik daripada di rumah,” tuturnya.