Pandemi Covid-19 Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran Baru di Bogor Raya
Di Kota Bogor, dampak pandemi Covid-19 menimbulkan pengangguran 175.000 orang atau 12,6 persen dari sebelumnya 3,5 persen. Jika tidak ada langkah kolaborasi, bukan tidak mungkin pengangguran akan terus meningkat.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pandemi Covid-19 berdampak pada tingkat pengangguran di Bogor Raya sebanyak 515.604 orang. Pemerintah daerah didorong menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Di Kota Bogor saja, dampak pandemi Covid-19 menimbulkan pengangguran sebanyak 175.000 orang atau 12,6 persen dari sebelumnya 3,5 persen. ”Itu angka tenaga kerja yang terdampak saat ini. Hampir seluruh sektor terdampak pandemi, mata pencarian berkurang, bahkan kehilangan pekerjaan,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya saat dikonfirmasi Senin (15/11/2021).
Dalam kondisi pandemi yang belum tahu kapan berakhirnya, kata Bima, jika tidak ada langkah kolaborasi, bukan tak mungkin pengangguran justru akan terus meningkat. Itu perlu diantisipasi dengan beberapa program penanggulangan, seperti penguatan UMKM dan ekonomi kreatif dengan terus meningkatkan inovasi teknologi pemasaran.
Pelonggaran pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 1 di Kota Bogor menjadi kesempatan untuk relaksasi ekonomi. Tidak hanya meningkatkan perputaran roda ekonomi, tetapi juga menciptakan kembali lapangan pekerjaan.
”Relaksasi ini kita kejar untuk peningkatan dan pemulihan ekonomi. Namun, ini perlu tetap dibarengi dengan protokol kesehatan. Penanganan kita sudah baik harus dipertahankan,” kata Bima.
Pada periode 2020-2021, Pemkot Bogor fokus pada pemulihan kesehatan. Kondisi pandemi membuat pemkot banyak mengalihkan anggaran untuk kesehatan. Pada 2022, dengan kondisi penanganan yang saat ini dinilai sudah membaik, pemkot akan fokus pada pemulihan ekonomi.
Sementara itu, Bupati Bogor Ade Yasin dalam keterangan tertulisnya menyatakan, ketenagakerjaan atau tingkat pengangguran pada 2021 sebesar 12,22 persen atau sebanyak 340.604 orang.
Meski begitu, kata Ade, angka pengangguran itu sudah turun signifikan. Sebelumnya, pada 2020 tingkat pengangguran mencapai 14,29 persen atau 390.731. ”Terjadi penurunan sangat tajam, telah berkurang 2,07 persen atau 50.127 orang. Dari 14,29 persen menjadi 12,22 persen. Selisih penurunan ini merupakan penurunan tertinggi se-Jawa Barat,” katanya.
Ade menambahkan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bogor tahun 2021 juga menunjukkan kenaikan dibanding tahun 2020. Tahun 2021 sebesar 70,48, sebelumnya 70,40. IPM naik 0,08 poin.
”Kenaikan ini masih tertahan daya beli masyarakat yang belum stabil di masa pandemi. Namun, secara perlahan, daya beli menunjukkan ke arah perbaikan,” tambahnya.
Melalui program-program penanggulangan kemiskinan di masa pandemi, Kabupaten Bogor telah menahan laju kemiskinan tidak terlalu dalam. Kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2021 diperkirakan masih menunjukkan kenaikan meski tidak terlalu dalam.
Tahun 2021, kemiskinan diperkirakan 7,99 persen. Adapun 2020 sebesar 7,69 persen. Sebelumnya pada 2019-2020 terjadi kenaikan kemiskinan sebesar 1,03 persen. Namun, 2020-2021 kenaikannya ditahan agar tidak terlalu dalam, yakni sebesar 0,30 persen.
Selain itu, lanjut Ade, perekonomian Kabupaten Bogor pada 2021 juga mulai membaik. Produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar Rp 245,22 triliun, meningkat dari 2020 sebesar Rp 236,15 triliun.
”Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan positif 3,48 persen, sebelumnya tahun 2020 mengalami pertumbuhan negatif atau terkontraksi -1,77 persen. Terjadi kenaikan 5,25 persen (dari -1,77 persen menjadi 3,48 persen ),” jelas Ade.
Kolaborasi
Tingkat pengangguran yang masih cukup tinggi itu, Pemkab Bogor berusaha untuk membuka jaringan pekerjaan dengan kolaborasi bersama pihak swasta.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bogor Zaenal Ashari mengatakan, masalah pengangguran karena dampak pandemi menjadi perhatian khusus setiap daerah, termasuk Pemkab Bogor.
Saat ini, pihaknya terus meningkatkan sistem pencarian kerja melalui Bogor Career Center (BCC). Sistem BCC diharapkan mampu mengatasi angka pengangguran atau membuka kesempatan warga mencari pekerjaan.
”Ini sebagai pusat lowongan kerja. Kami juga akan semakin intens berkomunikasi dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan HRD di sejumlah perusahaan atau institusi,” ujar Zaenal.