Semangat Baru dari BISKITA Trans Pakuan Kota Bogor
Sepekan diluncurkan, layanan bus ”buy the service”, BISKITA Trans Pakuan, disambut antusias warga Kota Bogor. Hingga Rabu (10/11/2021) tercatat 16.576 penumpang menggunakannya. Sejumlah masukan menunggu respons.
Sepekan lebih uji coba layanan umum BISKITA Trans Pakuan dengan sistem program pembelian layanan atau buy the service di Kota Bogor, Jawa Barat, tercatat ada 16.576 penumpang. Meski disambut antusias, layanan BISKITA Trans Pakuan masih harus ditingkatkan, terutama sarana dan prasarana penunjang.
Di Halte Bappeda, Arif Teja (39), bersama anaknya Refa (9) berdiri menunggu kedatangan BISKITA Trans Pakuan, Kamis (11/11/2021) siang. Hari itu, Arif sengaja tidak menjemput anaknya dari les piano menggunakan kendaraan pribadi. Ia ingin mengajak mencoba transportasi publik baru di Kota Bogor.
Baca juga: Bogor Jadi Kota Percontohan Program ”Buy the Service”
Lima belas menit menunggu, bus yang ditunggu-tunggu datang. Sapaan salam petugas bus mempersilakan keduanya naik dan menempelkan kartu elektronik ke sensor pemindai. Arif menyerahkan kartu ke Refa untuk menempelkannya.
”Hanya jalan-jalan saja sekalian memperkenalkan bus baru ini biar dia (Refa) tahu. Coba membiasakan bertransportasi umum. Buat saya juga, karena sudah lama enggak naik transportasi karena pandemi,” ujar Teja.
Selain karena pandemi Covid-19, alasan warga Ciburial, Bogor Utara, itu tidak menggunakan transportasi publik di Kota Bogor hampir sekitar tujuh tahun terakhir karena merasa tidak nyaman, ngetem lama, dan justru terjebak macet sehingga waktu tempuh perjalanan semakin panjang. Berkendaraan pribadi jadi pilihan karena lebih praktis dan tidak berjejal di kemacetan jalan.
Teja sadar, menggunakan kendaraan pribadi berarti turut menciptakan kemacetan. ”Makanya, saya ini coba lagi dan ajak Refa agar terbiasa bertransportasi publik. Apalagi, ini bus baru. Ini nyaman dan saya suka. Senang tentunya Kota Bogor punya seperti ini. Semoga makin banyak yang beralih ke sini. Percuma kalau tidak dimanfaatkan, gratis,” lanjutnya.
Meski demikian, kata Teja, layanan untuk penumpang tidak sekadar kenyamanan di dalam bus. Menurutnya, itu saja tidak cukup, perlu ada pelayanan lain yang harus ditingkatkan, seperti akses lalu lintas atau rute yang dilalui BISKITA Trans Pakuan.
”Kalau dalam bus sih sudah nyaman, tinggal dipertahankan kebersihan dan pendinginnya. Ini tidak ada masalah setelah tiga kali saya naik bus ini. Namun, ke depan lalu lintasnya ditata juga karena beberapa ruas jalan macet terutama kayak akhir pekan kemarin. Mungkin bisa bikin jalur khusus bus atau kebijakan ganjil genap, atau apa saja biar enggak kena macet,” ujarnya.
Antusiasme pada kehadiran BISKITA Trans Pakuan juga dirasakan Rina (23) dan sahabatnya, Gusditya (25). Mereka siap lebih sering menggunakan transportasi publik jika kondisi dan suasananya nyaman, bersih, aman, dan tidak ngetem. Tidak hanya itu, mereka juga mau bertransportasi publik asal harga tiket tidak membebani penumpang.
Mereka berharap, tarif layanan BTS tidak lebih dari Rp 10.000. Selain itu, kartu pembayarannya sebisa mungkin diintegrasikan dengan tiket pembayaran KRL dan moda transportasi lainnya.
”Satu kartu untuk semua moda transportasi. Untuk bus ini, sekitar Rp 3.000 hingga paling mahal Rp 6.000, tidak masalah. Saya soalnya sering ke Jakarta, jadi kartu ini bisa dipikirkan pusat dan pengelola biar terintegrasi juga ke layanan publik seluruh Jabodetabek,” ujar Rina diiringi anggukan setuju Gusditya.
Sementara itu, Gusditya, dalam sepekan terakhir sudah menggunakan BISKITA Trans Pakuan empat kali. Pegawai perusahaan properti di Jakarta itu berangkat dari rumahnya di Tanah Sareal menuju Stasiun Bogor, lalu melanjutkan perjalanan menggunakan KRL.
”Layanan ini telat hadir. Seharusnya dari dulu sudah ada transportasi bus ini. Tapi tidak apa-apa, daripada tidak. Saya pengguna transportasi umum, tidak bisa kendarain motor. Jadi ini membantu, tidak ngetem. Hanya perlu ditambah saja ini titik penjemputannya di luar halte resmi,” katanya, tertawa.
Pauline (66), penumpang lainnya, juga senang dengan kehadiran layanan BTS di Kota Bogor karena di dalam bus tersedia kursi prioritas untuk warga lansia, ibu hamil, anak-anak, dan disabilitas.
Sebagai warga lansia, ia menginginkan aspek keamanan lain jika ada kondisi darurat. Pauline berharap BISKITA Trans Pakuan memberikan kemudahan akses ke ambulans dan IGD rumah sakit jika ada lansia atau penumpang lain yang butuh pertolongan cepat.
”Jadi layanannya hingga kerja sama ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya. Jika ada yang sakit, ambulans bisa langsung menghampiri bus dan langsung angkut penumpang yang sakit,” ujarnya.
Tidak hanya itu, kata Pauline, petugas bus dan sopir juga harus mendapat pelatihan jika dihadapkan dalam kondisi darurat dan keadaan situasional lain. ”Sejauh ini layanan petugasnya baik dan sangat membantu. Layanannya harus diperluas, khususnya untuk para petugas juga, seperti membantu penumpang lansia dan disabilitas naik turun. Itu bikin penumpang senang, loh,” katanya.
Peningkatan layanan
Menurut Direktur Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Tatan Rustandi, program layanan BTS disambut antusias warga Kota Bogor sejak awal peluncurannya pada Selasa (2/11/2021). Berdasar data hingga Rabu (10/11/2021) tercatat 16.576 penumpang memanfaatkan layanan tersebut.
”Kehadiran layanan angkutan umum massal BISKITA Trans Pakuan disambut baik warga Kota Bogor. Meski layanan baru beroperasi di satu rute, yaitu Koridor 5, jumlah penumpang semakin meningkat. Rata-rata per hari sekitar 1.800. Paling banyak penumpang pada Sabtu (6/11/2021), ada 2.400 penumpang. Total ada 16.576 penumpang,” kata Tatan.
Dalam uji coba sepuluh armada BISKITA Trans Pakuan, untuk sementara melayani koridor 5, yaitu rute Ciparigi, Warung Jambu, Ahmad Yani, Air Mancur, fly over Martadinata, Merdeka, Jembatan Merah, dan Stasiun Kota Bogor. Kemudian dari Stasiun Bogor kembali menuju Ciparigi melalui rute Jalan Juanda, Sudirman, Pemuda, Warung Jambu, Sholeh Iskandar, Talang, dan Simpang Pomad.
Antusiasme warga Kota Bogor menyemangati operator dan semua pihak yang terlibat untuk meningkatkan pelayanan. Evaluasi menunjukkan masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan setelah satu pekan uji coba.
Menurut Tatan, ada beberapa kekurangan pada aspek sarana seperti belum ada tanda informasi larangan makan dan minum di dalam bus, belum ada penyanitasi tangan, dan armada bus yang AC-nya kurang dingin. Sementara dari prasarana dan hambatan operasional seperti kondisi halte belum steril, kurangnya rambu stop serta dukungan pengaturan lalu lintas sepanjang koridor.
”Memang tidak mungkin sebuah layanan publik yang baru operasional langsung berfungsi maksimal tanpa kekurangan. Itulah perlunya uji coba sehingga dapat dilakukan evaluasi dan perbaikan,” ujar Tatan.
Dari hasil evaluasi, Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) Kota Bogor sebagai operator menyanggupi memperbaiki aspek layanan sarana. Sementara Dishub Kota Bogor juga terus akan meningkatkan dukungan terkait aspek prasarana dan pengamanan lalu lintas di koridor.
”Kami berharap Kota Bogor dapat merealisasikan program subsidi pemerintah pusat untuk pengembangan angkutan perkotaan dengan skema BTS dengan baik. Sampai sebulan ke depan, pihak operator mampu memenuhi realisasi keseluruhan layanan empat koridor,” kata Tatan. Adapun koridor yang belum operasional adalah Terminal Bubulak-Cidangian, Terminal Bubulak-Ciawi, dan Terminal Parung Banteng-Air Mancur Bogor.
Beberapa catatan itu harus segera dibenahi agar pelayanan transportasi publik semakin baik dan berdampak kepada semakin banyak penumpang.
Wali Kota Bogor Bima Arya menambahkan, proses evaluasi sangat penting agar pelayanan trasportasi publik semakin matang. Dalam hal penataan layanan hingga teknis masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah untuk dibenahi agar program BTS berjalan baik. Ia berharap komunikasi antara operator dan BPTJ semakin kuat demi keberlanjutan pelayanan transportasi publik.
Selain mengevaluasi kekurangan layanan di Koridor 5, Pemkot Bogor juga sedang menyiapkan tiga koridor lain beroperasi pertengahan atau akhir November ini. Selain itu, pemkot bersama operator dan BPTJ juga masih merumuskan tarif layanan BTS yang rencananya berlaku Januari 2022.
”Tarifnya juga perlu disosialisasi. Saya berharap tarif BISKITA Trans Pakuan tidak jauh dari tarif angkot. Perkiraan tarifnya masih perlu dikaji,” ujar Bima.
Tarif angkot saat ini Rp 3.500 untuk sekali naik dan turun. Gambaran tarif BTS berbeda dengan angkutan konvensional, karena ada skema subsidi pemerintah. Tarif BTS memiliki skema tiket terusan. Jika tarifnya sekitar Rp 5.000, penumpang hanya bayar satu kali untuk semua koridor.
”Keuntungannya selain karena subsidi, juga terintegrasi. Bisa nyambung di semua koridor,” katanya.
Calon direktur PDJT
Selain evaluasi memperbaiki kekurangan, saat ini sedang berlangsung seleksi calon direktur PDJT. Ketua Panitia Seleksi Dody Ahdiat mengatakan, dari total 22 peserta, lima orang lolos seleksi calon direktur PDJT periode 2021-2026.
Kelima peserta itu, Avisurjo Satyodwipo, Estu Suherman, Indra Wahyu Setiawan, Lies Permana Lestari, dan Rachma Nissa Fadliya. Kelima calon itu sudah masuk tahap dua seleksi uji kelayakan dan kepatutan. Selanjutnya, mereka mengikuti ujian tertulis dan penulisan makalah.
”Pekan depan, Selasa (16/11/2021) dijadwalkan untuk mengikuti presentasi makalah dan wawancara,” ujar Dody. Calon yang lolos rangkaian seleksi itu diharapkan mampu membawa kebijakan pelayanan transportasi yang semakin baik di Kota Bogor.
Baca juga: Menanti Wajah Baru Transportasi Publik di Kota Bogor