Manggarai Baru Dikembangkan sebagai Stasiun Sentral Tersibuk
Kementerian Perhubungan merencanakan Stasiun Manggarai menjadi stasiun sentral tersibuk, tempat KA jarak jauh, KA bandara, dan KRL beroperasi.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan memastikan Stasiun Manggarai diproyeksikan sebagai stasiun sentral yang nantinya kereta api jarak jauh dan kereta bandara direncanakan beroperasi dari sana, melengkapi kereta komuter yang sudah beroperasi. Saat ini ada sejumlah perbaikan fisik agar mampu melayani seluruh masyarakat.
Dalam diskusi bertajuk ”Stasiun Manggarai Baru, Tonggak Pelayanan Baru” yang digelar Institut Studi Transportasi (Instran), Rabu 03/11/2021), Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi yang hadir secara virtual menyatakan, perbaikan aspek fisik itu terus dikerjakan. Stasiun Manggarai akan menjadi semakin sibuk sehingga perlu ditopang kesiapannya.
”Menjadi stasiun sentral karena akan terintegrasi dengan pengembangan kawasan sekitar dengan konsep kawasan berorientasi transit,” jelas Budi Karya.
Tahun 2019, sebelum pandemi Covid-19, angka perjalanan di Jabodetabek menggunakan kereta komuter terus bertambah. Kementerian Perhubungan mencatat, perjalanan dengan kereta komuter mencapai 1,2 juta penumpang per hari. Sebanyak 50 persen perjalanan di antaranya dilayani di Stasiun Manggarai.
Pengembangan stasiun itu juga merupakan bagian dari pengembangan jalur double-double track atau rel ganda. Terbagi atas beberapa paket, sebagian besar jalur ganda itu disebutkan sudah selesai, antara lain, Stasiun Jatinegara, Stasiun Depok-Cipinang, sisi barat Stasiun Manggarai-Jatinegara, dan Manggarai-Cikini. Adapun yang belum selesai adalah Stasiun Manggarai sisi timur, Stasiun Bekasi, dan underpass Cibitung.
Harno Trimadi, Direktur Prasarana Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub menjelaskan, dengan konsentrasi penumpang di Stasiun Manggarai itulah maka pengembangan stasiun dilakukan.
Konsep besarnya adalah memisahkan kereta antarkota dengan kereta dalam kota. Namun, penumpang kereta antarkota dan penumpang kereta dalam kota bisa dilayani dengan seimbang, serta nantinya akan bertemu di Manggarai.
Dalam pengembangan, saat ini yang sudah dilaksanakan adalah pengoperasian jalur layang untuk kereta komuter dari Bogor ke kota. Di sisi barat, nanti akan terhubung dengan halte bus Transjakarta dengan jembatan multiguna.
Lalu, sisi timur juga akan dilakukan hal yang sama, yaitu penataan. Penataan sisi timur itu sedang dikerjakan PT MITJ melalui kegiatan penataan empat stasiun terpadu tahap kedua. Di sisi timur juga dirancang untuk terkoneksi dengan bus Transjakarta. ”Kami juga berdiskusi dengan KAI untuk rancangan penataan di dalam stasiun,” jelas Harno.
Selain kedua kereta itu, di Stasiun Manggarai juga beroperasi kereta bandara. Untuk itu, pergerakan penumpang dirancang lebih mudah dengan menerima masukan-masukan dari masyarakat dan komunitas.
Seperti dijelaskan Roppiq Lutzfi Azhar, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia, dengan selesainya Stasiun Manggarai baru itu nanti akan meningkatkan pelayanan atau pengoperasian perjalanan kereta per hari.
Dari sisi jumlah perjalanan kereta yang melewati Stasiun Manggarai, dari 974 KA per hari, kini menjadi 999 kereta per hari. Itu karena Stasiun Manggarai menjadi pertemuan tiga jalur layanan kereta komuter. ”Manggarai menjadi titik simpul pelayanan kereta komuter per hari,” jelas Roppiq.
Di Stasiun Manggarai baru, jelas Roppiq, KAI Commuter memasang enam gerbang pembayaran di sisi timur dan dilengkapi mesin isi ulang, hingga penanda-penanda yang jelas dan membantu penumpang. Dengan jalur layang yang sudah dioperasikan, KAI Commuter juga sudah bisa menata dan mengontrol jumlah penumpang yang dibolehkan saat pandemi.
Dari diskusi tersebut, David Tjahjana dari Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) mengingatkan pentingnya fasilitas bagi penumpang disabilitas. Perencanaan fasilitas dan rancangan stasiun perlu juga memperhatikan penumpang disabilitas supaya mereka juga terlayani baik.
Sementara Candra dari komunitas B2W Indonesia menyampaikan perlunya bisa membawa sepeda di dalam kereta. Selain itu, akses menuju dan dari stasiun hingga area parkir kendaraan juga perlu diperhatikan.
Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik yang hadir sebagai penanggap menyatakan, ia memiliki harapan seiring penataan Stasiun Manggarai, pelayanan angkutan kereta menjadi lebih baik. Ke depan, tinggal diatur pengelola stasiun mesti dipastikan dan disiapkan sebelum operasi.
Oleh karena di Stasiun Manggarai akan menjadi titik operasi sejumlah operator kereta, ia berharap pengelola Stasiun Manggarai akan melengkapi stasiun tersibuk itu dengan penanda-penanda yang jelas dan membantu penumpang.
Adapun dari sisi kawasan, penataan kawasan Stasiun Manggarai tengah dikerjakan PT MITJ bersama Dishub DKI Jakarta dan PT MRT Jakarta. Stasiun Manggarai masuk dalam penataan kawasan stasiun tahap II di mana penataan kawasan direncanakan selesai pada akhir tahun 2021.