Cuaca ekstrem di Bogor salah satunya disebabkan suhu permukaan laut sekitar Pulau Jawa yang hangat serta pasokan uap air tambahan dari Samudra Hindia sebelah barat Sumatera akibat fenomena Indian Ocean Dipolemode.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Cuaca ekstrem hujan deras disertai angin kencang pada Selasa (19/10/2021) menyebabkan 11 kejadian bencana di Kota Bogor, Jawa Barat. Potensi cuaca ekstrem diprediksi masih akan terjadi dalam sepekan ke depan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor Theo Patrocinio mengatakan, hujan deras disertai angin kencang pada Selasa sore hingga malam kemarin menyebabkan rentetan bencana.
Berdasarkan data tercatat ada 11 peristiwa bencana yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Bogor. Kecamatan Tanah Sareal 8 peristiwa, 1 peristiwa di Bogor Selatan, dan 2 peristiwa di Kecamatan Bogor Utara.
”Bencana terjadi mulai dari banjir lintasan, pohon tumbang, longsor, hingga rumah rusak akibat terjangan angin kencang,” ujar Theo, Rabu (20/10/2021).
Sebanyak 11 peristiwa itu berdampak kepada 60 rumah warga dan 71 kepala keluarga atau 252 jiwa. Selain itu, juga ada fasilitas PLN yang dilaporkan terdampak. Akibatnya, pada Selasa malam sejumlah wilayah di Bogor tidak ada aliran listrik beberapa menit. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa dampak cuaca ekstrem itu.
Theo melanjutkan, cuaca ekstrem menyebabkan longsor di Kelurahan Kayu Manis dan Kencana, Tanah Sareal. Di Kayu Manis, talud atau dinding penahan tanah sepanjang 5 meter ambruk dan menyebabkan dapur rumah warga rusak. Kejadian serupa terjadi di Kelurahan Kencana. Talud sepanjang 7 meter dan tinggi 3 meter ambruk menimpa kamar dan dapur milik warga.
Diimbau untuk tidak beraktivitas di luar saat cuaca buruk. Jika pun terpaksa, cari tempat aman dan jauh dari kawasan pohon-pohon besar.
Cuaca ekstrem juga menyebabkan empat pohon tumbang di Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal. Dua rumah dan instalasi listrik dilaporkan rusak tertimpa pohon. Turut dilaporkan, angin kencang merusak dua rumah warga di Tanah Sareal. Rumah rusak akibat atap tertiup angin kencang.
”Bencana terparah ialah banjir lintasan yang berasal dari Kali Lebak di Tanah Sareal. Banjir 30-60 sentimeter menggenangi 26 rumah sekitar 3 jam,” tutur Theo.
Akibat cuaca ekstrem seminggu terakhir, total 24 bencana menerjang Kota Bogor. Sebelumnya, pada Minggu (17/10/2021), ada 13 bencana yang menyebabkan pohon tumbang, atap rumah warga rusak, hingga sejumlah mobil rusak karena tertimpa pohon atau dahan.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Citeko Fatuhri Syabani menuturkan, cuaca ekstrem diprediksi masih akan terjadi sekitar sepekan ke depan di wilayah Bogor Raya. Warga pun diimbau hati-hati saat beraktivitas di luar ruang dan jangan berteduh atau memarkir kendaraan di bawah pohon.
”Diimbau untuk tidak beraktivitas di luar saat cuaca buruk. Jika pun terpaksa, cari tempat aman dan jauh dari kawasan pohon-pohon besar,” katanya.
Cuaca ekstrem di Bogor, kata Fatuhri, dipicu beberapa faktor dinamika atmosfer yang kebetulan terjadi secara bersamaan. Udara di sekitar pulau Jawa bagian barat banyak menyimpan kandungan uap air.
Suhu permukaan laut sekitar Pulau Jawa yang hangat, serta adanya pasokan uap air tambahan dari wilayah Samudra Hindia sebelah barat Sumatera akibat fenomena Indian Ocean Dipolemode (IOD).
”Diperkuat pula kondisi lokal sekitar Bogor yang dikelilingi pegunungan. Kondisi pegunungan itu menyebabkan uap air berkumpul, dan dipaksa naik secara orografis oleh ketinggian sehingga cepat berkondensasi menjadi awan hujan,” kata Fatuhri.